WASHINGTON (Arrahmah.com) – Petraeus berusaha tabah dan mengatakan pada Rabu (9/12) bahwa kemajuan melawan mujahidin di Afghanistan mungkin akan lebih lambat dibanding Irak dua tahun yang lalu.
Menurutnya perang yang dilakukan oleh Amerika Serikat dan sekutunya akan menjadi lebih keras dan rumit sebelum AS memperoleh kemudahan.
Jenderal David Petraeus, yang memimpin pasukan AS di Irak pada tahun 2007, mengatakan kepada Komite Senat Hubungan Luar Negeri bahwa ia mendukung peningkatan jumlah pasukan AS yang akan segera dilakukan di Afghanistan.
“Meski tentu saja berbeda dan, dalam beberapa hal lebih tangguh daripada Irak, Afghanistan tidak lebih sia-sia dari Irak ketika saya mengambil alih komando di sana pada bulan Februari 2007,” kata Petraeus. Memang, katanya, tingkat kekerasan dan jumlah kematian warga sipil kekerasan di Irak itu jauh lebih tinggi daripada apa yang telah dilihatnya di Afghanistan.
Petraeus merupakan jenderal Komando Sentral AS, yang memiliki tanggung jawab untuk mengawasi kegiatan militer AS di Asia Tengah, termasuk Afghanistan dan Pakistan, serta Timur Tengah. Dia datang bersama dengan Duta Besar AS untuk Kabul, Karl Eikenberry, dan Wakil Menteri Luar Negeri Lew Yakub untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan seputar rencana baru Presiden Barack Obama untuk mengirim lebih 30.000 pasukan Amerika ke Afghanistan dan mulai menariknya pada bulan Juli 2011.
Petraeus mengatakan ia percaya bahwa kebijakan baru yang akan berlaku selama lebih dari 18 bulan ke depan itu memungkinkan AS untuk membuat kemajuan penting.
Petraeus tidak akan memberikan perkiraan berapa tahun yang dibutuhkan agar pasukan keamanan Afghanistan bisa sepenuhnya bertanggung jawab atas keamanan negara.
“Akan butuh bertahun-tahun sebelum mereka (pasukan Afghan) dapat menangani sebagian besar tugas keamanan,” Petraeus mengatakan.
Senator Dick Lugar, anggota komite dari kubu Republik, mengatakan dia yakin pasukan sekutu akan meningkatkan keamanan di Afghanistan, tapi pertanyaan terbesarnya adalah apakah hal itu akan membantu membasmi Taliban dan al-Qaidah di seberang perbatasan Pakistan.
“Presiden telah mengatakan bahwa Amerika Serikat tidak memilih perang ini, dan dia benar,” kata Lugar dari Indiana. “Tapi dengan penempatan pasukan ini ke Afghanistan, kita memilih medan pertempuran di mana kita akan mengkonsentrasikan sebagian besar sumber daya militer yang kita miliki.”
“Resikonya adalah bahwa kita akan menghabiskan perang dengan biaya puluhan miliar dolar tanpa strategi di medan tempur di Afghanistan, jika Taliban dan pemimpin al-Qaidah menjadi semakin aman di Pakistan,” kata Lugar.
Ketua Komite, John Kerry, mengamini opini Lugar.
“Pakistan dalam banyak cara bisa menjadi inti dari tantangan kita,” kata Massachusetts Demokrat.
Dia memuji militer Pakistan yang telah berpartisipasi dalam perang melawan mujahidin Pakistan dalam serangan ofensifnya beberapa bulan terakhir. “Sekarang kita sedang meminta Pakistan untuk juga berpartisipasi menyerang Taliban, al-Qaidah, dan kelompok perlawanan lainnya di Afghanistan,” Kerry menambahkan.
Petraeus mengatakan upaya yang dilakukan oleh Pakistan selama satu tahun terakhir telah menjadi upaya terbesar dan paling efektif yang telah dilakukan Islamabad terhadap ‘ekstremis’ internal. Hal tersebut, katanya, merupakan sebuah langkah penting ke depan dan membantu usaha AS untuk mengurangi kelompok-kelompok mujahidin di wilayah perbatasan dan mengalahkan al-Qaidah.
Komandan AS di Afghanistan, Jenderal Stanley McChrystal kepada Komite Senat Angkatan Bersenjata hari Selasa mengatakan bahwa ia percaya Taliban bisa dikalahkan. McChrystal terlalu percaya diri mengatakan bahwa saat ini kekuatan mujahidin telah melemah dan tidak lagi mampu mengancam pemerintah Afghanistan.
Eikenberry, yang secara pribadi menyatakan keraguan tentang pengiriman sejumlah besar pasukan tambahan, menekankan pentingnya pelebaran upaya perang anti-Taliban dengan memasukkan lebih banyak warga sipil untuk bergabung bersama AS dan NATO dalam rangka menstabilkan Afghanistan dan membangun kredibilitas pemerintah pusat. (althaf/ansr/arrahmah.com)