TEHERAN (Arrahmah.id) — Pemimpin Tertinggi Syiah Iran, Ayatollah Khamenei, mulai buka suara terkait kerusuhan yang melanda seluruh negara itu akhir-akhir ini. Ia menyebut tindakan pasukan keamanan yang menghadapi protes nasional itu diperlukan.
Dalam sebuah pernyataan, Khamenei menanggapi demonstrasi yang dipicu kematian seorang wanita muda bernama Mahsa Amini itu merupakan sebuah skenario. Bahkan, ia secara langsung menuduh Amerika Serikat (AS) dan Israel selaku biang dari kekacauan itu.
“Tugas pasukan keamanan kami, termasuk polisi, adalah untuk memastikan keselamatan bangsa Iran… Mereka yang menyerang polisi membuat warga Iran tak berdaya melawan preman, perampok, dan pemeras,” kata Khamenei dikutip Reuters (3/10/2022).
Pasukan keamanan, termasuk polisi dan relawan milisi Basij, telah memimpin tindakan keras terhadap protes. Menurut kelompok kelompok hak asasi manusia, ribuan orang telah ditangkap dan 130 warga telah tewas dalam demonstrasi.
Pihak berwenang Iran telah melaporkan banyak anggota pasukan keamanan tewas selama kerusuhan itu. Khamenei mengatakan protes ini membuat semua pihak dirugikan.
“Dalam insiden baru-baru ini, di atas semua pasukan keamanan termasuk polisi dan Basij, serta rakyat Iran, yang dirugikan,” katanya.
Khamenei sendiri menyebut bahwa kematian Mahsa Amini merupakan insiden yang sangat menyedihkan baginya. Ia bahkan menyebut kejadian ini sebagai kejadian yang sangat pahit.
Sebelumnya protes meletus setelah kematian Mahsa Amini, wanita berusia 22 tahun yang ditahan oleh oleh polisi moral Iran karena tidak menggunakan hijab secara tepat. Diketahui, Iran telah mengambil kebijakan ketat soal penggunaan hijab setelah memberlakukan Hukum Islam pasca revolusi 1979.
Pejabat Iran mengatakan bahwa wanita asal Kurdistan itu meninggal pada 16 September lalu setelah menderita “serangan jantung”. Ia jatuh koma setelah penangkapannya.
Namun, keluarganya mengatakan dia tidak memiliki kondisi jantung yang sudah ada sebelumnya. Pihak berwenang sendiri sejauh ini telah mengatakan akan melakukan investigasi terhadap kematiannya.
Hal ini pun sontak memicu protes besar yang juga diisi wanita dalam jumlah besar. Beberapa pengunjuk rasa wanita telah melepas dan membakar hijab mereka dalam aksi unjuk rasa dan memotong rambut mereka.
Selain itu, para demostran wanita juga menari di dekat api unggun besar dengan tepuk tangan sambil meneriakan yel-yel. “Perempuan, hidup, kebebasan,” katanya. (hanoum/arrahmah.id)