MALI (Arrahmah.id) — Satu lagi petinggi senior Al Qaeda, Yahya Djoudi, tewas dibunuh militer Prancis di Mali. Djouadi yang juga dikenal sebagai Abu Ammar al Jazairi merupakan warga Aljazair.
Angkatan Darat Prancis mengatakan pada Senin (7/3/2022), bahwa pasukan anti-milisinya di Mali telah membunuh Yahya Djouadi, “pemimpin senior” Al Qaeda di Maghreb Islam (AQIM) yang bertanggung jawab atas keuangan dan logistik.
Menurut Angkatan Darat Prancis dalam sebuah pernyataan, Djouadi tewas antara tanggal 25-26 Februari di lokasi yang berjarak sekitar 160 kilometer (100 mil) di utara Timbuktu di Mali tengah.
“Kematiannya sekali lagi melemahkan Al Qaeda di Mali,” tambah pernyataan tersebut, dikutip dari AFP (7/2/2022).
Djouadi dilaporkan telah melarikan diri ke Mali pada 2019 dan menetap di wilayah Timbuktu, membantu mengatur kelompok dan mengoordinasikan pasokan, pembiayaan, dan logistik.
Dia adalah seorang mantan “emir” operasi Libya Al Qaeda.
Angkatan Darat Prancis menambahkan bahwa dia dibunuh oleh pasukan darat yang didukung oleh helikopter serang Tiger dan dua drone.
Prancis sedang bersiap untuk memindahkan sekitar 2.400 tentara dari Mali ke negara-negara lain di wilayah Sahel yang menghadapi pemberontakan milisi lintas perbatasan, setelah berselisih dengan junta militer di Bamako.
Sementara penarikan itu direncanakan berlangsung selama enam bulan, Angkatan Darat Prancis mengatakan bahwa operasi berlanjut terhadap kelompok-kelompok militan bersenjata, terutama terhadap para pemimpin puncak Al Qaeda, GSIM, dan kelompok Islamic State Greater Sahara (ISGS).
Pasukan Prancis pertama kali melakukan intervensi di Mali pada 2013, tetapi perselisihan antara Paris dan Bamako sejak kudeta 2020 telah mendorong pemerintah militer untuk beralih ke sekutu lain seperti kelompok paramiliter Wagner Rusia.
Bahkan dengan sekutu internasional di lapangan, negara Mali telah berjuang untuk menegaskan kembali kontrol wilayah dari pemberontakan milisi yang dimulai di utara negara itu pada tahun 2012 dan sejak itu menyebar ke negara tetangga Niger dan Burkina Faso.
Pertempuran itu telah merenggut ribuan nyawa dan memaksa ratusan ribu orang meninggalkan rumah mereka.
Tahun lalu, seorang pemimpin senior Al Qaeda tewas dalam serangan pesawat nirawak yang dilancarkan AS di Suriah.
Laporan tersebut disampaikan Kementerian Pertahanan AS, yang berkantor di Pentagon, pada Jumat (22/10) sebagaimana dilansir The Straits Times.
Serangan itu terjadi dua hari setelah sebuah pangkalan di Suriah selatan diserang. Pangkalan tersebut digunakan oleh pasukan koalisi pimpinan AS yang memerangi Islamic State (ISIS).
“Serangan udara AS di barat laut Suriah menewaskan pemimpin senior Al Qaeda Abdul Hamid al Matar,” kata Juru Bicara Komando Pusat AS Mayor John Rigsbee.
Dia menambahkan, serangan itu dilakukan menggunakan pesawat nirawak MQ-9.
“Eliminasi pemimpin senior Al Qaeda ini akan mengganggu kemampuan organisasi tersebut untuk menyusun rencana lebih lanjut dan melancarkan serangan global,” tutur Rigsbee.
Pada akhir September, Pentagon membunuh Salim Abu Ahmad, komandan senior Al Qaeda lainnya di Suriah.
Salim Abu Ahmad tewas dalam serangan udara di dekat Idlib, wilayah barat laut Suriah.
Komando Pusat AS menuturkan, Salim Abu Ahmad bertanggung jawab dalam merencanakan, mendanai, dan menyetujui serangan Al Qaeda trans-regional.
“Al Qaeda terus menghadirkan ancaman bagi AS dan sekutu kami,” kata Rigsbee.
“Al Qaeda menggunakan Suriah sebagai tempat yang aman untuk membangun kembali, berkoordinasi dengan afiliasi eksternal, dan merencanakan operasi eksternal,” imbuh Rigsbee.(hanoum/arrahmah.id)