(Arrahmah.com) – Syaikh Abu Sulaiman Al-Muhajir, seorang petinggi syariah di Jabhah Nushrah, cabang resmi Al-Qaeda di Suriah, telah merilis sebuah video yang menjelaskan konflik yang tengah berlangsung antara Jabhah Nushrah dengan Daulah Islam Irak dan Syam atau Islamic State of Iraq and the Sham (ISIS). Pimpinan pusat Al-Qaeda tidak mengakui ISIS pada awal Februari lalu setelah Syaikh Abu Bakar Al-Baghdadi, amir ISIS, berulang kali melanggar perintah.
Syaikh Abu Sulaiman adalah seorang pendakwah jihad di Australia sampai dia pindah ke Suriah sekitar tahun lalu untuk berperan sebagai mediator dalam konflik internal antara mujahidin. Baru-baru ini, dia bergabung dengan beberapa ideolog jihad lainnya meminta supaya Syaikh Aiman Az-Zhawahiri mengeluarkan kecaman yang lebih rinci terhadap ISIS.
Dalam video wawancaranya yang berdurasi 44 menit 56 detik tersebut, Syaikh Abu Sulaiman menyampaikan sejumlah masalah utama, termasuk keengganan ISIS untuk menyelesaikan perbedaan yang ada dengan kelompok jihad lainnya.
Selain itu, dia juga menyampaikan beberapa hal baru. Syaikh Abu Sulaiman menawarkan sebuah diskusi substantif mengenai strategi dan hirarki Al-Qaeda.
Syaikh Abu Sulaiman mengatakan bahwa hubungan antara Al-Qaeda dan ISIS merupakan hubungan antara amir dengan kelompoknya. Menurut Syaikh Abu Sulaiman, pendahulu ISIS, Daulah Islam Irak atau Islamic State of Iraq (ISI), adalah cabang setia organisasi internasional Al-Qaeda.
Syaikh Abu Sulaiman juga mengatakan bahwa Al-Baghdadi telah berbai’at (sumpah setia) kepada Syaikh Aiman Az-Zhawahiri, dan dia menolak upaya pemimpin ISIS yang mengklaim bai’at ini hanya sebagai janji ketaatan yang tidak benar-benar mengikat kepada pemimpin senior Al-Qaeda.
Syaikh Abu Sulaiman menjelaskan bagaimana Al-Baghdadi dan Daulah Islam Irak, sebelum ekspansi ke Suriah, masuk ke dalam skema organisasi Al-Qaeda.
“Al-Qaeda membuat rencana-rencana dan strategi-strateginya berdasarkan apa yang kita sebut sebagai Al-Qalim, atau lokasi,” ungkap Syaikh Abu Sulaiman.
“Dan seorang pemimpin dipilih untuk mengawasi masing-masing lokasi. Sebagai contoh, Nasir Al-Wuhayshi, amir Al-Qaeda di Semenanjung Arab atau Al-Qaeda in the Arabian Peninsula (AQAP) dan general manager Al-Qaeda secara keseluruhan, merupakan wakil Al-Qaeda di Semenanjung Arab, dan Abu Musab Abdul Wadud, amir Al-Qaeda di Maghrib Islam atau Al-Qaeda in Islamic Maghreb (AQIM) mengawasi wilayah Maghrib. Hal yang sama berlaku untuk masing-masing lokasi, atau Al-Qalim,” jelas Syaikh Abu Sulaiman, dan Syaikh Az-Zhawahiri adalah amir tertinggi di atas mereka semua.
Amir di masing-masing wilayah tersebut menyampaikan bai’at kepada Al-Qaeda. Bai’at itu mengikat mereka ke dalam jama’ah, dan berarti bahwa mereka “berhutang” setia dalam urusan jihad, karena bai’at tersebut mengikat mereka menjadi satu kesatuan, satu kelompok yang disebut Al-Qaeda.
Anggota Jabhah Nushrah yang mewawancari Syaikh Abu Sulayman dalam bahasa Inggris bertanya apakah Syaikh Aiman Az-Zhawahiri benar-benar merupakan pimpinan tertinggi Al-Qaeda atau bukan. Syaikh Abu Sulaiman menyampaikan bahwa adanya semua kebingungan itu adalah hal yang cukup aneh dan pimpinan ISIS tahu betul posisi mereka di Al-Qaeda.
Melanjutkan penjelasannya tentang Al-Qaeda, Syaikh Abu Sulaiman mengatakan ada satu orang yang mengawasi semua lokasi yang berbeda ini, orang itu disebut Masul Al-Qalim. Lokasi yang Al-Qaeda pilih tidak didasarkan pada batas-batas Barat, seperti yang dibuat oleh perjanjian Sykes-Picot, jelas Syaikh Abu Sulaiman. Sebaliknya, “ini adalah keputusan strategis yang murni didasarkan pada prinsip-prinsip Islam dan berjalan sesuai dengan pedoman-pedoman Islam ini, yang telah menjadi kebijakan dari Al-Qaeda sejak didirikan.”
Hal ini menjadi bantahan langsung terhadap ISIS yang mengklaim bahwa Al-Qaeda menganut batas Barat ketika memerintahkan kelompok mereka untuk meninggalkan jihad di Suriah dan kembali ke Irak.
Al-Baghdadi adalah Al-Qalim Irak, kata Syaikh Abu Sulaiman, namun dia tidak memiliki wewenang untuk mendirikan daulah Islam di luar perbatasannya. Setiap pemimpin salah satu lokasi Al-Qaeda, atau Al-Qalim, memiliki wewenang tertentu. Tapi mengumumkan pembentukan sebuah daulah Islam bukanlah salah satu wewenang yang dimiliki setiap Al-Qalim.
Syaikh Abu Sulaiman menunjuk Asy-Saybaab yang merupakan cabang resmi Al-Qaeda di Somalia dan mengatakan bahwa mereka tidak pernah mendirikan sebuah Daulah, mereka juga tidak mengumumkan merger (penggabungan) dengan tetangga Al-Qaeda mereka di Yaman, karena mereka tidak memiliki wewenang seperti itu. Mereka harus kembali kepada amir Al-Qaeda untuk menerima izin tersebut.
Syaikh Abu Sulaiman mengatakan bahwa As-Syabaab tidak bergabung dengan AQAP meskipun ini akan jauh, jauh lebih mudah daripada upaya ISIS untuk melakukan hal yang sama.
Di sini, Syaikh Abu Sulayman kemungkinan mengacu pada munculnya rumor yang mengatakan bahwa ISIS akan bergabung dengan AQAP. Tidak ada penggabungan yang telah terjadi. ISIS juga telah berusaha untuk mengumpulkan bai’at kepada Al-Baghdadi, tetapi hanya sedikit yang telah bergabung sejauh ini.
Syaikh Abu Sulaiman mengatakan, “amir Al-Qaeda menjadi alasan mengapa kita tidak melihat amir (Al-Qalim) dari berbagai wilayah memberikan bai’at mereka kapada Syaikh Al-Baghdadi.” Karena Al-Qalim di setiap wilayah berbai’at langsung kepada Syaikh Aiman Az-Zhawahiri.
Selama berada di Australia, Syaikh Abu Sulayman dikenal sebagai pendakwah jihad, tetapi dia tidak secara terbuka dikenal sebagai anggota Al-Qaeda. Namun video terbarunya yang dirilis pada Sabtu (12/4/2014) ini menunjukkan bahwa dia telah lama memainkan peran dalam organisasi jihad Al-Qaeda.
Syaikh Abu Sulaiman mengatakan dia adalah mediator pertama antara ISIS dan Jabhah Nushrah. Posisi ini tidak mungkin diberikan kepada orang lain selain anggota terpercaya Al-Qaeda. Syaikh Abu Sulaiman menambahkan bahwa dia bertugas dalam peran ini bersama-sama dengan seorang saudara dari Irak yang namanya tidak disebutkan untuk alasan keamanan.
Sampai saat ini, semua upaya mediasi Al-Qaeda, termasuk yang dipelopori oleh Syaikh Abu Sulaiman, telah menemui kegagalan. Tapi Syaikh Abu Sulaiman menyampaikan bahwa Jabhah Nushrah bersedia untuk berkompromi dalam pemecahan masalah ini.
Syaikh Abu Muhammad Al-Jaulani, amir Jabhah Nushrah, bahkan bersedia untuk bekerja bersama Syaikh Al-Baghdadi dan ISIS di bawah bendera Al-Qaeda di Suriah. Tetapi ISIS harus membubarkan jama’ahnya, sesuatu yang tidak disetujui oleh Al-Baghdadi.
Awal tahun ini, Syaikh Jaulani mengeluarkan ultimatum kepada ISIS jika ISIS tidak setuju dengan tuntutan Syaikh Jaulani tersebut, maka ini bisa memperluas pertikaian antara kelompok. Syaikh Jaulani akan mundur, bagaimanapun, dan Syaikh Abu Sulaiman menjelaskan alasannya. Syaikh Abu Sulaiman mengatakan bahwa Jabhah Nushrah mematuhi “Pendapat ilmiah dan putusan yang diberikan oleh para masyayikh yang memiliki kredibilitas dalam ilmu Islam dan dikenal karena kedudukan mereka dalam dunia Islam, seperti Syaikh Abu Qatada, Syaikh Abu Muhammad Al-Maqdisi, dan Syaikh Sulayman Al-Alwan. Dua dari tiga ulama ini menyarankan agar Jabhah Nushrah tidak memperluas pertempuran dan konflik dengan ISIS, sehingga Jabhah Nushrah hanya memberikan tanggapan yang diperlukan, dan hanya membahas di mana ISIS jelas-jelas melakukan pelanggaran.”
Syaikh Abu Qatada dan Syaikh Al-Maqdisi, keduanya dipenjara di Yordania, tetapi telah secara aktif mengikuti perselisihan antara Jabhah Nushrah dan ISIS. Kedua ulama ini telah sangat kritis terhadap ISIS, dan telah terbuka menasihati Jabhah Nushrah tentang bagaimana untuk menangani perselisihan yang sedang berlangsung.
Bahkan setelah berbulan-bulan pertikaian dan argumen antar kelompok jihad ini memanas, Al-Qaeda masih ingin ISIS untuk menyerahkan masalah ini kepada pengadilan Syariah untuk menyelesaikan perbedaan pendapat mereka dengan kelompok lain. Syaikh Abu Sulaiman mengatakan bahwa sementara ISIS telah jelas menyebabkan keretakan terbesar dalam jihad global sejak jatuhnya kekhalifahan pada tahun 1924, Jabhah Nushrah akan menjawab pelanggaran ISIS hingga mereka kembali kepada kebenaran dan bersedia untuk tunduk kepada pengadilan Syariah, tempat di mana mereka bukan merupakan hakim dan jaksa.
“Saya yakin bahwa ada banyak saudara [mujahidin] yang baik, baik hati, dan tulus di ISIS,” kata Syaikh Abu Sulaiman. Al-Qaeda masih menginginkan pertikaian ini berakhir, tambah Syaikh Abu Sulaiman, tetapi ISIS belum mengindahkannya. (banan/arrahmah.com)