DAMASKUS (Arrahmah.id) — Setelah 13 tahun perang saudara dan terbebas dari pemimpin diktator Bashar Al Assad, warga Suriah bisa merasakan kebebasan. Ekspresi kebebasan mereka tumpahkan dengan menyambut tahun baru 2025 dengan pesta kembang api.
Hal itu bisa dilihat ketika Lapangan Umayyah di Damaskus diramaikan oleh puluhan orang yang mengibarkan bendera “revolusi” saat Suriah menyambut tahun baru dengan harapan baru.
Suara tembakan dan letusan kembang api terdengar dari Gunung Qasioun yang menghadap ke ibu kota tempat ratusan orang menatap kembang api, menurut laporan wartawan AFP di lapangan tersebut.
Itu adalah perayaan tahun baru pertama tanpa Assad yang berkuasa selama lebih dari 50 tahun setelah jatuhnya Bashar Al Assad pada bulan Desember 2024.
“Hidup Suriah, Assad telah jatuh,” teriak beberapa anak, dikutip dari AFP (1/1/2025).
Meskipun bergembira, tentara berpatroli di jalan-jalan Damaskus, kurang dari sebulan setelah Assad jatuh dengan cepat.
Bendera “revolusi” hijau, putih, dan hitam dengan tiga bintang merah berkibar di seluruh ibu kota.
Pemandangan seperti itu jadi simbol pemberontakan rakyat Suriah terhadap pemerintahan tangan besi dinasti Assad yang tidak terpikirkan sebulan yang lalu oleh Assad.
Lagu revolusioner “Angkat kepalamu, kau warga Suriah yang merdeka” oleh penyanyi Suriah Assala Nasri bergema keras di Lapangan Umayyah. Selain itu sejumlah DJ ikut menggoyang warga yang tumpah ruah di jalanan.
“Setiap tahun, kami tiba-tiba menua 10 tahun,” kata sopir taksi Qassem Al Qassem (34), kepada AFP mengacu pada kondisi kehidupan yang sulit di negara yang ekonominya runtuh di bawah Assad.
“Namun dengan jatuhnya rezim, semua ketakutan kami telah sirna. Sekarang saya punya banyak harapan. Namun yang kami inginkan sekarang adalah perdamaian,” imbuh dia.
Lebih dari setengah juta orang tewas dalam perang saudara selama 13 tahun saat negara itu terbagi menjadi beberapa wilayah yang dikuasai oleh berbagai pihak yang bertikai.
Banyak keluarga masih menunggu berita tentang orang-orang terkasih yang menghilang di bawah pemerintahan Assad, di mana selama itu puluhan ribu tahanan menghilang.
“Saya berharap Suriah pada 2025 akan menjadi negara non-denominasi, pluralis, untuk semua orang, tanpa kecuali,” kata Havan Mohammad, seorang mahasiswa Kurdi dari timur laut yang belajar farmasi di ibu kota. (hanoum/arrahmah.id)