BANDUNG (Arrahmah.com) – Meningkatnya permintaan tenaga kerja dibidang IT, mendorong sejumlah penggiat IT menggelar Bandung IT Champ (BIT Champ) atau bisa juga disebut sebagai ‘pesantren IT’.
Namun di pesantren ini berbeda dengan pesantren lainnya yang mengajarkan ilmu mengaji atau kaidah-kaidah ilmu Islam. Di BIT Champ ini, para santrinya diajarkan bahasa-bahasa pemrograman yang bersinggungan langsung dengan IT.
Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Departemen Komunikasi dan Informasi, Cahyana Ahmadjayadi mengatakan, saat ini yang disayangkannya banyaknya tenaga kerja yang ada tidak memiliki sertifikasi yang dibutuhkan oleh perusahaan tersebut.
“Tantangan ini belum bisa dipenuhi oleh institusi pendidikan yang ada. Secara akademik dan skill tenaga kerja kita mampu bersaing. Namun tanpa sertifikasi, kita tidak bisa bersaing,” ujar Cahyana di Bandung Minggu (4/10) siang.
Selain itu didirikannya BIT Champ ini sebagai salah satu upaya mengembangkan sumber daya manusia profesional dan kreatif di bidang Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dan Badan Litbang SDM.
“Tentunya dalam pendiriannya pun berkolaborasi dengan kalangan industri yang menginisiasi pendirian BIT Champ,” jelasnya.
Menurut Koordinator Bit champ, Mugi Sugiarto para peserta yang dilatih di BIT Champ ini tidak memerlukan waktu lama dan mereka akan siap kerja serta bersaing dengan tenaga kerja terlatih lainnya.
“Para peserta BIT Champ akan dibekali sertifikat dari Sun dan Oracle. Maksimal dalam waktu 3 bulan kita akan hasilkan tenaga kerja yang bisa berdaya saing,” ujar Mugi.
Pendirian BIT Champ ini, imbuhnya, didukung oleh Depkominfo serta komunitas kreatif digital, MIKTI serta industri-industri nasional di bidang TIK. “PT SIMS, PT INTI, Indonesian Towers dan beberapa perusahaan lainnya mendukung langkah kami,” katanya. (okz/arrahmah.com)