TEHERAN (Arrahmah.com) – Dalam wasiat terakhirnya, Muslimah ahlu sunnah Iran berusia 26 tahun, Reyhaneh Jabbari yang dieksekusi pada Sabtu (25/10/2014) lalu karena membunuh pemerkosanya pada tahun 2007 mengatakan kepada keluarganya bahwa ia akan mendapatkan keadilan dalam pengadilan Allah.
Jabbari mulai merekam pesan suaranya sejak bulan April, hari di mana dia mengetahui bahwa dirinya akan digantung.
“Sayangku Sholeh, jangan menangis untuk apa yang Anda dengar,” ujarnya yang dialamatkan kepada ibunya Sholeh Pakravan seperti dilansir Al Arabiya pada Selasa (28/10).
“Saya katakan kepada Anda dari lubuk hati saya bahwa saya tidak ingin Anda datang ke kuburan dan meratap di situ serta menderita. Saya tidak ingin Anda mengenakan pakaian hitam untuk saya. Lakukan yang terbaik untuk melupakan hari-hari sulit saya. Serahkan saya kepada angin untuk dibawa pergi.”
Jabbari yang ditangkap di usia 19 tahun, meminta ibunya untuk menyumbangkan organ tubuhnya dan apa pun yang dapat ditransplantasikan kepada orang yang membutuhkan sebagai hadiah.
Pesan tersebut juga menjelaskan mengapa saat Jabbari berdiri di pengadilan, dia tidak meneteskan air mata dan tidak mengajukan permohonan, karena dia yakin hukum dan hakim akan kecewa di kemudian hari dengan putusan mereka.
“Di pengadilan Allah saya akan menuntut inspektur dan semua orang yang tidak tahu apa pun atau dengan kebohongan mereka menganiaya saya dan menginjak-injak hak saya dan tidak mengindahkan fakta bahwa kadang-kadang apa yang tampak sebagai
realitas berbeda dari itu.”
Jabbari dijatuhi hukuman mati di sebuah pengadilan di Teheran pada tahun 2009 karena telah membunuh Morteza Sarbandi, mantan karyawan di Departemen Intelijen Iran, meskipun ia telah menyatakan bahwa ia hanya menikamnya sekali untuk membela
diri dan ada pria lain yang datang yang sebenarnya membunuhnya.
“Dunia membiarkan saya untuk hidup selama 19 tahun. Malam itu seharusnya aku yang telah tewas. Tubuhku akan dilemparkan di beberapa sudut kota, dan setelah beberapa hari, polisi akan membawa ke kantor koroner untuk mengidentifikasi tubuhku
dan di sana juga kalian akan mengetahui bahwa saya telah diperkosa juga. Pembunuh tidak akan pernah ditemukan karena kami tidak memiliki kekayaan dan kekuasaan. Anda akan terus melanjutkan hidup dengan menderita dan malu dan beberapa tahun
kemudian Anda akan mati karena penderitaan ini.”
Otoritas Syi’ah Iran terus melanjutkan pelaksanaan eksekusi Jabbari meskipun kecaman internasional yang menuntut pembebasannya, di mana sebuah petisi telah dibuat dengan mengumpulkan lebih dari 242.000 tanda tangan. Keluarga Sarbandi
menolak untuk mengampuni Jabbari atau menerima uang ganti rugi, menurut dokumen pengadilan.
Jabbari mengakhiri pesannya dengan satu keinginan terakhir.
“Aku ingin memelukmu sampai aku mati. Aku mencintaimu,” ujarnya kepada ibunya yang hanya diberikan waktu satu jam untuk pertemuan terakhirnya dengan putrinya di hari Jum’at. (haninmazaya/arrahmah.com)