Kini kita telah menapaki awal bulan Ramadhan. Tradisi Rasulullah sebagai utusan Allah, pembawa risalah agama Islam, dan sebagai kepala negara adalah menyampaikan pidato (khotbah) pada akhir bulan Sya’ban guna menyambut awal bulan Ramadhan serta menerangkan keutamaan dan keistimewaan bulan ini.
Tradisi itu pulalah yang dilanjutkan para khalifah beliau seperti Abu Bakar, Umar bin Khaththab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib –radhiallahu anhum-, sebagai pengganti-pengganti beliau saw dalam memimpin umat dalam satu kesatuan negara kaum muslimin. Tradisi ini kiranya terus berlanjut hingga runtuhnya negara Khilafah pada tahun 1924 di tangan agen penjajah Inggris, Musthafa Kemal, yang mengubah negara kaum muslimin itu menjadi Republik Turki Sekuler dan membiarkan negeri-negeri Islam sisa-sisa wilayahnya dicaplok para penjajah.
Sehingga sayang sekali kaum muslimin yang kini terpecah belah menjadi sekitar 50 negara itu tidak bisa mendengar pesan Ramadhan dari pemimpinnya yang satu untuk seluruh dunia. Seperti yang kita saksikan, masing-masing komunitas kaum muslimin tersebut mendengar pesan Ramadhan dari pemimpin mereka atau wakilnya masing-masing. Hanya saja, karena berbeda-beda pikiran dan perasaan mereka, tidak mustahil pesan-pesan itu berbeda satu sama lain. Lebih-lebih jika ada perbedaan dalam menentukan awal bulan Ramadhan yang di era globalisasi ini tidak bisa ditutupi. Andai Rasulullah dan Khulafaur Rasyidin itu hidup kembali, niscaya mereka heran dengan apa yang terjadi.
Tentunya umat sangat merindukan pidato dan pesan Ramadhan yang satu untuk kaum muslimin sedunia di era globalisasi ini sangat dimungkinkan. Untuk membangkitkan kerinduan akan tradisi itu serta menyatukan persepsi dan perasaan kita, kami coba mengangkat kembali pesan Ramadhan Rasulullah saw dan sedikit menambah penjelasan agar kita memahami pesan itu.
Pidato Rasulullah SAW. Imam Ibnu Khuzaimah dalam kitab At-Targhib Juz II/217-218 meriwayatkan suatu hadits dari shahabat Salman r.a yang mengatakan bahwa Rasulullah saw pada hari terakhir bulan Sya’ban berkhutbah di hadapan kaum muslimin, sebagai berikut : “Wahai manusia, sesungguhnya kalian akan dinaungi oleh suatu bulan yang agung lagi penuh berkah, yaitu bulan yang di dalamnya ada suatu malam yang lebih baik daripada seribu bulan; bulan yang oleh Allah telah menjadikan puasa-Nya suatu kewajiban dan qiyam (shalat) pada malam harinya suatu tathawwu’ (ibadah sunnah yang sangat dianjurkan). Siapa saja yang mendekatkan kepada Allah dengan suatu perkara kebajikan (sunnah) di dalamnya, (ia diganjar pahala) sama seperti menunaikan kewajiban (fardhu) di bulan yang lain. Dan siapa yang menunaikan kewajiban di bulan Ramadhan, (ia diganjar pahala) sama dengan orang yang mengerjakan 70 kali kewajiban tersebut di bulan yang lain. Ramadhan adalah bulan sabar, sedangkan sabar itu pahalanya adalah surga (al-jannah). Ramadhan itu adalah bulan memberikan pertolongan dan bulan Allah menambah rizki para mukmin di dalamnya. Siapa saja yang pada bulan itu memberikan makanan berbuka kepada orang yang puasa, maka perbuatan itu menjadi pengampunan atas dosa-dosanya, kemerdekaan dirinya dari api neraka, dan ia mendapatkan pahala seperti pahala orang berpuasa yang diberinya makanana berbuka itu tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa itu”.
Para sahabat berkata : “Ya, Rasulullah, tidak semua dari kami memiliki makanan berbuka untuk orang-orang yang berpuasa.”
Rasulullah saw pun menjawab : “Allah membrikan pahala tersebut kepada orang-orang yang memberikan sebutir kurma sekalipu atau sekedar seteguk air atau seteguk susu. Bulan Ramadhan ini adalah bulan yang permulaannya adalah rahmat, pertengahannya adalah ampunan, dan akhirnya pembebasan dari api neraka. Siapa saja yang meringankan beban dari orang-orang yang dikuasainya (hamba sahaya atau bawahannya), niscaya Allah mengampuni dosanya dam membebaskan dari api neraka. Karena itu perbanyaklah empat perkara di bulan ramadhan ini. Dua perkara yang dengannya kalian menyenangkan Tuhan kalian dan dua perkara lainnya yang sangat kalian butuhkan. Dua perkara yang yang kalian lakukan untuk menyenangkan Tuhan kalian adalah: mengakui dengan sesungguhnya bahwa tiada Tuhan melainkan Allah dan kalian memohon ampun kepada-Nya. Adapun dua perkara yang sangat kalian butuhkan adalah kalian memohon surga-Nya dan berlindung dari api neraka. Siapa saja yang memberi minum kepada orang yang berpuasa niscaya Allah akan memberinya minum dari air kolamku dengan suatu minuman yang dia tidak merasa haus lagi karenanya sehingga dia masuk surga.”
13 Pesan Rasulullah. Pidato singkat Rasullah saw tersebut berisi sejumlah informasi dan pesan penting yang harus diperhatikan dan dilaksanakan. Mengingat masa kita yang jauh dari Rasulullah saw dan hilangnya gambaran utuh kehidupan Islam di muka bumi ini, ada baiknya kita perhatikan satu persatu isi pidato tersebut agar lebih dapat kita pahami dan laksanakan. Ada tiga belas informasi dan pesan penting dalam pidato Rasulullah saw di atas, yaitu sebagai berikut:
Pertama, bulan Ramadhan adalah bulan agung (syahrun ‘azhim) yang penuh berkah (syahrun mubarak) yang mempunyai bobot lebih dibanding 11 bulan lainnya yang disebut sebagai penghulu segala bulan (sayyidus syuhur). Oleh karena itu kaum muslimin harus menyiapkan diri memasuki bulan Ramadhan ini dengan penyambutan yang luar biasa, tidak boleh mereka melewatkannya begitu saja atau menjalaninya biasa-biasa saja. Dengan kata lain kaum muslimin tidak boleh menyamakannya dengan bulan-bulan lain.
Kedua, di dalam keagungan bulan Ramadhan itu, terdapat suatu malam yang paling bernilai bagi umat manusia, yaitu malam kemuliaan (lailatul qadar) yang nilainya lebih baik daripada seribu bulan (sekitar 83 tahun empat bulan). Imam Abu Jarir meriwayatkan suatu hadits dari Mujahid yang mengatakan bahwa di kalangan Bani Israil terdapat seorang laki-laki yang setiap malam selalu shalat hingga pagi hari, kemudia pada siang hari ia selalu berjihad melawan musuh-musuh Allah hingga sore hari. Hal itu dilakukannya selama terus menerus selama seribu bulan. Maka Allah SWT menurunkan firman-Nya: “Lailatul qadar (malam kemuliaan) itu lebih baik dari seribu bulan.” (TAQ. Al Qadar:3). Jadi beramal shalih pada bulan kemuliaan di bulan Ramadhan itu pahalanya lebih baik dan lebih besar daripada pahala amalan Bani Israil tersebut (lihat Asbabun Nuzul Surat Al Qadar dalam Tafsir Jalalain).
Ketiga, pada bulan ini Allah SWT mewajibkan shaum atau puasa sebulan penuh. Pada bulan-bulan lain ibadah puasa hukumnya hanya sunnah dan bilangan harinya tidak sampai sebulan penuh. Imam Bukhari dalam kitab Fathul Bari Juz IV/173 meriwayatkan hadits dari Aisyiyah r.a yang berkata: “Rasulullah saw kadang-kadang terus menerus berpuasa (sunnah) sampai-sampai kami mengatakan bahwa beliau tidak berbuka. Kadang-kadang beliau terus menerus berbuka sampai-sampai kami mengatakan bahwa beliau tidak berpuasa (sunnah). Saya tidak pernah melihat Rasulullah menyempurnakan puasa sebulan penuh selain bulan Ramadhan dan saya tidak pernah melihat beliau banyak berpuasa lebih dari bulan itu pada bulan Sya’ban.”
Dalam riwayat lain disebutkan bahwa Rasulullah saw menjalankan ibadah puasa Ramadhan selama hidup beliau sembilan kali, delapan kali sebulan penuh 29 hari dan satu kali selama 30 hari.
Keempat, selain mewajibkan ibadah puasa di siang hari, Allah SWT menganjurkan ibadah sunnah di malam hari berupa shalat qiyamul lail yang kemudian terkenal dengan shalat tarawih. Shalat tarawih ini adalah shalat malam di bulan Ramadhan yang biasanya dan sebaiknya dikerjakan kaum muslimin secara berjamaah. Shalat tarawih secara serempak dipimpin satu imam di masa shahabat pada masa kepimpinan Khalifah Umar bin Khaththab r.a. Secara santai mereka melaksanakan dan menikmati ibadah yang khusyu’ pada bulan Ramadhan itu. Dan shalat sunnah malam Ramadhan ini sangat penting karena merupakan pasangan puasa wajib di siang harinya. Dalam hadits yang diriwayatkan olah Nasai dan Ahmad bahwa Rasulullah saw bersabda:
“Sesungguhnya Allah SWT telah memfardlukan shaum di bulan Ramadhan kepada kalian dan aku syari’atkan kepada kalian agar mendirikannya (dengan shalat tarawih). Barang siapa yang mempuasai dan mendirikannya karena iman dan ridha (Allah), niscaya ia keluar dari dosa-dosanya seperti pada hari ia dilahirkan oleh ibunya.”
Kelima, Allah SWT sangat menghargai aktivitas positif seorang muslim di bulan Ramadhan dengan menawarkan pahala yang luar biasa kepada kaum muslimin yang melakukannya. Yang melakukan amalan sunnah di bulan Ramadhan dihargai sama kalau ia lakukan amalan wajib di bulan lain. Sedangkan pelaku perbuatan fardlu di bulan ini dihargai sama kalau ia lakukan perbuatan itu 70 kali di bulan lain. Oleh karena itu, pada bulan Ramadhan kaum muslimin dapat dikatakan panen pahala. Kalau ia melaksanakan shalat fardlu lima wakti terus menerus selama sebulan dinilai Allah SWT sebagai melaksanakannya dalam 70 bulan. Sedangkan shalat-shalat sunnah seperti rawatib, dhuha, hajat, istikharah, tahiyatu masjid, tathawu’ siang hari, tarawih malam hari, dan lain-lain diganjar pahala setara shalat fardlu di bulan lain. Sedangkan yang membayar zakat dinilai sama dengan 70 kali membayar zakat pada bulan yang lain. Yang Umrah di bulan Ramadhan bahkan mendapat pahala setara dengan yang pergi haji, bahkan dalam satu hadits diriwayatkan oleh Imam Muslim dianggap sama dengan berhaji bersama Rasulullah saw (lihat kitab Hakadza Nashumu). Saking besarnya pahala, tidak heran kita membaca sejarah kaum muslimin sejak masa Rasulullah tidak menghentikan ibadah perang jihad fisabilillah yang sangat berat itu di bulan Ramadhan. Mereka tetap berjihad dan berpuasa. Sebab jihad yang sangat tinggi nilainya disetarakan debgan 70 kali jihad di bulan lain. Sedangkan ibadah puasa sendiri tak terhitung pahalanya dan Allah sendiri yang akan membalasnya.
Keenam, Ramadhan dikatakan bulan kesabaran (syahrus shabri). Dalam berpuasa bulan Ramadhan kaum muslimin berlatih bersabar menahan penderitaan dengan tidak menikmati sebagian perkara yang dibolehkan. Dalam suatu hadits Rasulullah menggambarkan puasa sebagai separuh kesabaran (nifsu shabri). Dalam pidati di atas Rasulullah saw menyebutkan ganjaran sabar adalah surga. Ini sesuai dengan firman Allah SWT :
“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang ducukupkan pahala mereka tanpa balas.”(TAQ. Az Zumar:10)
Ketujuh, bulan Ramadhan adalah bulan memberikan pertolongan (syahrul muwaasah). Pada bulan ini kaum muslimin sangat dianjurkan mengulurkan tangan mereka kepada golongan ekonomi lemah, yakni para fakir miskin dan orang-orang yang sedang kelaparan. Pada bulan inilah sikap kepedulian sosial kaum muslimin digembleng dan disadarkan bahwa di dalam harta mereka terdapat hak golongan ekonomi lemah, baik yang meminta-minta maupun yang tidak mau mengemis. (QS. Adz Dzariyat:19). Mereka pun diingatkan oleh hadits Rasulullah saw: “Tidaklah beriman kepadaku orang yang tidur nyenyak dan kenyang di malam hari sementara tetangganya kelaparan padahal ia mengetahui hal itu.”
Kedelapan, bulan Ramadhan adalah bulan di mana Allah SWT menambahkan rizki-Nya kepada seorang mukmin. Orang-orang mukmin yang sedang berpuasa dan bekerja mencari nafkah hingga kepayahan, dengan rahmat Allah akan ditambah rizkinya. Namun demikian rahmat Allah tidak menutup kemungkinan ditambahnya rizki orang-orang mukmin yang tidak bekerja atau tidak memiliki pekerjaan. Pada bulan Ramadhan biasanya mereka mendapatkan shadaqah maupun zakat yang lebih dari bulan-bulan lainnya.
Kesembilan, memberikan makanan untuk berbuka bagi mereka tindakan yang sangat bernilai dan dihargai oleh Allah SWT secara luar biasa dengan tiga penghargaan sekaligus: 1) menjadi ampunan bagi dosa-dosanya; 2) pembebasan dari api neraka; 3) diberi pahala setara dengan orang yang berpuasa itu tanpa mengurangi pahala yang bersangkutan. Dan ketentuan ini tidak hanya berlaku bagi orang-orang kaya yang bisa memberikan makanan yang layak buat berbuka orang yang berpuasa, bahkan berlaku bagi siapapun meski hanya memberikan satu butir kurma, satu teguk air atau satu hirup susu.
Kesepuluh, bulan Ramadhan adalah bulan yang hari-hari pertamanya adalah rahmat alias kasih sayang Allah SWT kepada kaum muslimin, hari-hari pertengahannya adalah hari pengampunan bagi kaum muslimin dan hari-hari terakhirnya adalah pembebasan kaum muslimin dari api neraka.
Dalam suatu hadits disebutkan bahwa pada bulan Ramadhan ini Allah menurunkan rahmat-Nya dengan membuka pintu-pintu surga dan menutup pintu-pintu neraka. Seakan-akan Allah memberitakan kepada kita yang berpuasa: “Hai mukmin, inilah surga untukmu sebagai balasan amal kebaikanmu. Hai mukmin, lihatlah neraka tertutup bagimu lantaran dosa-dosamu telah Kuampuni.” Itulah rahmat Allah yang paling besar di samping rahmat-rahmat-Nya yang lain seperti dibukanya pintu-pintu barokah dan nikmat bagi kaum muslimin.
Kesebelas, meringankan beban orang yang dikuasainya (mamluk) –dulu berarti budak, barangkali sekarang bisa termasuk pegawai dan bawahan- mendapatkan penghargaan yang sangat tinggi, yaitu menjadikan pelakunya diampuni dosanya dan dibebaskan dari api neraka.
Keduabelas, empat perkara yang dipesankan oleh Rasulullah saw, agar diperbanyak kaum muslimin di bulan Ramadhan ini. Dua perkara dari yamg empat itu bersifat: menyenangkan Allah SWT yakni kaum muslimin mengakui dengan sesungguhnya bahwa tiada Tuhan selain Allah dan mereka memohon ampunan kepada-Nya. Dua perkara sisanya sangat dibutuhkan kaum muslimin, yakni mereka memohon surga-Nya dan berlindung dari api neraka. Jadi pada bulan Ramadhan ini kaum muslimin sangat dianjurkan memperbanya membaca kalimat “Asyhadu an laailaaha illallaah. Astaghfirullah. As’alukal jannata wa A’udzubika minan naar.”
Ketigabelas, yang memberi minum kepada orang yang berpuasa mendapatkan penghargaan yang tak terbayangkan olehnya, yakni mendapatkan minuman dari Allah SWT di akhirat nanti dengan minuman dari telaga (haud) Rasulullah saw yang dia tidak merasa haus lagi sesudahnya hingga ia masuk surga. Minuman dari air telaga tersebut yang putihnya lebih dari susu, manisnya lebih dari madu dan rasa menyegarkannya tidak hilanh-hilang hingga menyebabkan peminumnya tidak pernah haus merupakan hal yang luar biasa. Lebih-lebih peminumnya adalah orang-orang mukmin yang habis menjalani pemeriksaan di pos-pos pemberhentian (mauqif) di padang mahsyar yang lamanya tidak tanggung-tanggung, 500 tahun. (HR. Abu Dawud yang sesuai dengan keterangan QS. Al Hajj:47).
Pesan Ramadhan Hari Ini. Mengingat tidak adanya khalifah yang dapat kita dengar pesan Ramadhannya hari ini, langkah terbaik adalah merenungkan ketigabelas pesan-pesan Rasulullah saw di atas dalam menapaki Ramadhan kali ini. Menyadari hakikat dan tujuan shaum Ramadhan yang tidak lain adalah penggemblengan mental, fisik dan pemikiran kita dalam rangka meningkatkan kadar ketaqwaan kita sehingga benar-benar lolos dalam medan ujian kehidupan ini dengan predikat muttaqien yang masuk al jannah tanpa dilemparkan ke dalam neraka terlebih dahulu. Jika demikian kesadaran kita, hendaknya kita menjalani ibadah puasa di bulan Ramadhan ini dengan memenuhi dan menyempurnakan rukun-rukun dan sunnah-sunnahnya. Janganlah kita sampai terjatuh pada perkara-perkara yang membatalkan puasa maupun yang membuat puasa kita sia-sia.