TEL AVIV (Arrahmah.id) – Menteri Pertahanan “Israel”, Yisrael Katz, kembali menegaskan sikapnya terkait keberlanjutan kontrol atas Jabal Syaikh serta apa yang ia sebut sebagai “zona aman” di selatan Suriah. Dalam pernyataannya, ia juga menyampaikan pesan tersirat kepada Presiden Suriah, Ahmad Asy-Syaraa.
Dalam kunjungannya ke kawasan Jabal Syaikh—sekitar 40 kilometer dari ibu kota Damaskus—Katz menegaskan bahwa tentara “Israel” akan tetap berada di Suriah untuk waktu yang tidak terbatas. Ia juga menyatakan bahwa “Israel” akan terus mempertahankan kontrol atas “zona aman”.
“Setiap kali Asy-Syaraa membuka matanya di pagi hari, ia akan melihat tentara ‘Israel’ mengawasinya dari Jabal Syaikh dan mengingat bahwa kami ada di sini,” ujar Katz, lansir Al Jazeera.
Ia menambahkan, “Kami akan menjaga zona aman dan Jabal Syaikh, serta memastikan bahwa zona aman di selatan Suriah tetap bebas senjata.”
Katz mengklaim bahwa militer “Israel” telah menyerang 40 target militer di selatan Suriah sebagai bagian dari kebijakan mereka untuk “menggagalkan ancaman terhadap ‘Israel’.”
Pada Senin malam, jet tempur “Israel” melancarkan serangan udara besar-besaran terhadap gudang senjata, tank, dan peralatan militer milik tentara Suriah di Provinsi Daraa, wilayah selatan negara itu.
Dalam rangka memperkuat pernyataannya sebelumnya, Katz menegaskan bahwa “Israel” akan melindungi keselamatan komunitas Druze di kawasan tersebut. Ia juga menyatakan bahwa pada 16 bulan ini, “Israel” akan memulai “rencana kerja Druze” di kota-kota yang berada di wilayah Golan.
Kontroversi di Suriah
Pernyataan Katz belakangan ini telah menimbulkan kegaduhan di Suriah, terutama setelah ia mengatakan pada awal bulan bahwa “jika rezim di Suriah mengancam Druze, maka kami akan menghukumnya.” Pernyataan itu muncul setelah terjadi bentrokan terbatas di kota Jaramana, pinggiran Damaskus, yang dihuni oleh komunitas Druze, Kristen, serta kelompok lainnya.
Sejumlah pemimpin dan tokoh agama Druze menyatakan penolakan terhadap pernyataan Katz dan menegaskan komitmen mereka terhadap persatuan Suriah.
“Omong Kosong”
Selain itu, Katz juga beberapa kali melontarkan kritik terhadap pemerintahan baru Suriah serta Presiden Ahmad Asy-Syaraa, bahkan menyebutnya sebagai “jihadis dan teroris.”
Dalam wawancaranya dengan Reuters pada Senin, Asy-Syaraa menepis ancaman “Israel” yang semakin agresif dan menyebut pernyataan Katz sebagai “omong kosong.”
“Mereka adalah pihak terakhir yang berhak berbicara,” tegasnya, merujuk pada ribuan nyawa yang melayang akibat serangan “Israel” di Gaza dan Lebanon dalam 18 bulan terakhir.
Sejak tumbangnya rezim Bashar al-Assad pada 8 Desember tahun lalu, “Israel” telah melancarkan ratusan serangan udara ke berbagai lokasi militer di Suriah. Selain itu, pasukan pendudukan “Israel” juga melakukan beberapa kali infiltrasi ke provinsi Quneitra dan Daraa di selatan Suriah.
Memanfaatkan runtuhnya rezim Assad, “Israel” sepenuhnya menduduki Jabal Syaikh serta zona demiliterisasi, bahkan meluaskan penguasaannya di luar area tersebut. Mereka juga mengumumkan bahwa Perjanjian Pelepasan Ketegangan dengan Suriah yang ditandatangani pada 1974 telah runtuh.
(Samirmusa/arrahmah.id)