Oleh: Aris Nurhayanto (Abu Abdullah Yusuf Azzam)
(Arrahmah.com) – Mufti Kerajaan Saudi, Abdul-Aziz bin Abdullah Aal ash-Shaikh meminta para pemuda Arab untuk meninggalkan Jihad di Suriah. Menyeru Muslim meninggalkan Jihad, ia meminta berdo’a untuk perdamaian.
Dia juga meminta kepada semua ulama Islam agar tidak berkhutbah mendukung Jihad di Suriah, lapor media Arab. “Jangan mendorong pemuda Muslim untuk pergi ke jurang,” lanjutnya seperti dilansir Kavkaz Center (29/10/2013).
Para ulama rindu dengan debu Jihad
Terlihat jelas mufti kerjaan Saudi, Abdul-Aziz bin Abdullah Aal ash-Shaikh lupa atau takut dengan istilah jihad, marilah kita tengok kaum salaf dalam rindu dengan debu-debu jihad.
Seorang tabi’in besar dari kota Kufah, Al-Faqih Amur Asy-Syabi menyampaikan riwayat kepada kita bahwa ada sekelompok pria keluar dari negeri Kufah untuk beruzlah karena hendak berkosentrasi ibadah. Setelah berita tersebut sampa ke telinga Abdulah bin Mas’ud maka ia langsung menemui mereka. Mengapa kalian berbuat seperti ini? Tanyanya. Setelah menyambut kedatangan Ibnu Mas’ud dengan gembira, mereka menjelaskan, “Kami ingin menghindari hiruk pikuk orang untuk fokus melakukan ibadah. Ibu Ma’us berkata, “Kalau semua orang berbuat seperti ini, maka tidak ada orang yang memerangi musuh. Saya tidak akan pulang sebelum kalian pulang.”
Abu Hurairah meriwayatkan bahwa seorang sahabt Rasulullah saw melewati sebuah perkampungan, yang didalamnya terdapat sumber mata air yang memancar. Mata air itu membuatnya takjub. Ia berkata, “Seandainya aku menetap dan menyendiri disni.” “Tidak (aku tidak akan lakukan ini) hingga aku bertanya pada Rasulullah.” Lanjutnya, lalu ia bertanya tentang hal itu! Jawab Rasulullah, “Sungguh seseorang yang tetap berada di jalan Allah (jihad) jauh lebih baik dibanding amal ibadah yang ia lakukan pada keluarganya selama 60 tahun (dalam riwayat laindikatakan, 70 tahun) Apakah engkau tidak ingin diampuni oleh Allah dan masuk ke dalam surga? Berjhadlah di jalan Allah. Orang yang berperang di jalan Allah pasti masuk surga (HR Ahmad dan Tirmidzi)
Ketika berperang melawan Romawi dikumandangkan, Ibnu Mubarak, seorang ahli hadits yang di kenal sangat zuhud yang tengah mengajar murid-muridnya di Masjidil Haram segera keluar meninggalkan majelis tersebut untuk mengambil hewan tunggangannya beserta pedang dan baju besinya, lalu langsung bertolak ke medan perang. Penduduk kota Mekkah berkata kepadanya, “Tetaplah engkau disini wahai Ibnu Mubarak, bukankah banyak orang selainmu yang telah ikut berperang?” Namun ia menjawab dengan membacakan sebuah syair yang berbunyi ;
Kebencian hidup dan takut kepada Allah telah mengeluarkanku
Untuk menjual diriku dengan yang tidak terukur nilainya
Aku telah menimbang yang abadi dengan fana
Demi Allah ternyata keduanya tidak sama
Ditengah-tengah perang, Abdullah bin Al-Mubarak menerima sepucuk surat dari Imam Fadhl Ibn Iyadh rekan beliau yang juga mengajar di Masjidil Haram, yang isinya sebagai berikut, “Wahai Ibnu Mubarak, mengapa engkau keluar dari Masjidil Haram dan meninggalkan mengajarkan ilmu? Maka ia menulis surat buat Al-Fudhail bin Iyadh. Dalam suratnya menerangkan bahwa ibadah yang dilakukannya tidak ada artinya
Wahai si ahli ibadah dua tanah suci Makah & Madinah
Andai engkau melihat kami
Niscaya engaku menyadari
Bahwa ibadahmu hanya main-main tiada arti
Kau basahi pipimu dengan butir air mata tangis
Sementara leher kami dilumiri dengan darah suci
Kudamu letih dalam kebatilan
Sedang kuda kami kelelahan di hari pertempuran
Aroma wangi menyelimutimu
Adapun wewangian kami
Tombak-tombak dan debu-debu perang lebih harum
Telah datang kepada kami ucapan Nabi Mulia
Yang selalu benar tiada pernah dusta
Bahwa letupan debu dari telapak kuda fisabilillah
Mengalahkan api neraka yang menyala-nyala
Inilah kitabullah yang pasti benarnya
Dihadapan kita ia bicara
Bahwa sang syahid itu tidaklah mati
Tatkala balasan surat yang berisi syair itu sampai ke tangan Imam Faldh bin Iyadh, berlinanglah air matanya dan ia pun sadar akan kebenaran yang disampaikan Ibnu Mubarak. Tidaklah sama orang-orang yang berjihad dan tidak berjihad, Allah akan menaikkan derajat bagi orang yang berjihad.
Allah swt berfirman, “Orang-orang mukmin yang tinggal dirumah tidak mau ikut berperang, padahal ia tidak ada halangan, tidak sama martabatnya dengan orang-orang mukmin yang berjihad untuk membela Islam dengan harta dan jiwa mereka. Allah melebihkan orang-orang yang berjihad dengan harta dan jiwanya satu derajat atas orang-orang yang tetap tinggal dirumah. Kepada masing-masing mereka Allah menjanjikan pahala di akhirat. Allah lebihkan orang-orang yang berjihad dengan pahala yang sangat besar atas orang-orang yang tetap tinggal dirumah.Disurga, Allah juga berikan pengam punan dan rahmat kepada mereka. Allah Maha Pengampun dan Maha Penyayang kepada mukmin yang tetap tinggal dirumah (QS An-Nisa 95-96)
Wahai kuam musrik Quraisy, apakah kalian menganggap bahwa orang-orang yang menyediakan air minum bagi jamaah haji dan mengurus Majisdil Haram sama dengan orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari akhirat serta berjihad untuk membela Islam? Mereka disisi Allah tidak sama. Allah tidak akan memberi hidayah kepada orang yang berbuat syirik. (QS At-Taubah [9]19)
Dari Abu Said, barangsiapa yang ridha menjadikan Allah sebagai Tuhannya, menjadikan Islam agamanya dan menjadikan Muhammad sebagai nabinya, maka ia wajib masuk surga. “Mendengar hal itu Abu Said heran dan berkata, “Ulangi lagi wahai Rasulullah. Maka beliau pun mengulanginya, kemudian bersabda, Selain itu, Allah mengangkat derajat hamba-Nya yang taat seratus kali lipat di dalam surga, perbandingan antara derajat yang satu dengan lainnya seperti antara langit dan bumi. Kemudian Abu Said berkata, “Amal apa yang bisa menjadikan seperti itu, wahai Rasulullah.” Beliau menjawab, “Yaitu jihad fii sabilillah, Yaitu jihad fii sabilillah,“ (Dua kali)
Orang-orang yang beriman, berhijrah dan berjihad untuk membela Islam dengan harta dan jiwa mereka, disisi Allah mereka mendapat derajat yang lebih tinggi daripada orang-orang yang tidak berjijrah dan berjihad. Mereka itulah orang-orang yang selamat dari siksa neraka. (QS At-TaubAh [9]20)
Sungguh Allah membeli jiwa dan harta orang-orang mukmin dengan pahala surga. Mereka telah berperang untuk membela Islam, lalu mereka membunuh atau dibunuh. Janji pahala surga ini termaktub dalam Taurat injil dan Al-Qur’an, wahai kaum mukmin, siapa saja di antara kalian yang memenuhi janjinya kepada Allah, bergembiralah kalian dengan bai’at yang telah kalian lakukan dalam perjanjian itu. Demikian itu adalah keberuntungan yang amat besar bagi para syuhada (QS At-Taubah [9]:111)
Rasulullah saw bersabda, “Allah swt telah menjamin bahwa siapa saja yang berjihad fisabilillah semata-mata karena-Nya maka ia akan kembali dengan membawa, harta rampasan perang atau surga. (HR Bukhari)
Dan kepada orang yang pura-pura zuhud di zaman kita sekarang, tidak kita katakan selain seperti ucapan Abudllah bin Al-Mubarak diatas, “Wahai saudaraku yang tekun ibadah dengan meninggalkan jihad. Anda engkau menyaksikan para juru dakwah dan aktivis islam tampil mencegah gigih para penyeru kesesatan dan pengikut kebatilan, pasti engkau akan tahu bahwa ibadahmu hanya main-main belaka.“
Tatkala hendak wafat, Yunus bin Ubaid rahimahullah, tabi’in yang agung, memandangi kedua kakinya, lalu menangis tersedu-sedu. Ketika ditanya, “Wahai Abu Abdillah, apa yang menyebabkan engkau menangis?” beliau menjawab: “Kedua telapak kakiku ini belum pernah tersentuh debu jihad di jalan Allah. Kalau saja kedua kakiku pernah tersentuh debu jihad di jalan Allah, tentulah aku merasa aman dari azab.”
Sedemikian tingginya tingkat wara’ dan cita-cita para salaf. Mereka berangan-angan untuk mampu meraih puncak kebaikan supaya tidak terlewat satu pun pintu kebaikan. Inilah Yunus bin Ubaid, pemilik motto, “Bersegera dalam ketaatan di setiap saat dan menunaikan kewajiban di setiap kesempatan.”
Demikian hebatnya keimanan dan ketaatan beliau, sampai-sampai orang berkata, “Tiada datang hak-hak Allah melainkan Yunus bin Ubaid telah menunaikannya.”
Beliau paham betul jaminan Rasulullah yang begitu tinggi bagi orang yang berjihad di jalan Allah. Beliau berangan-angan, kalau saja kedua telapak kakinya tersentuh debu jihad di jalan Allah, tentunya beliau akan tenang meninggalkan dunia fana ini dengan selamat dari azab Allah.
Namun demikian, beliau masih menyesali dirinya tatkala menjelang wafat, karena belum terbuka kesempatan bagi beliau untuk berjihad fi sabilillah yang beliau isyaratkan dengan istilah “debu jihad di jalan Allah.” Pada masa itu, memang keadaan sangat tenang, aman dan damai. Sehingga beliau disibukkan dengan dakwah, amal shaleh dan berkhidmat untuk umat. Sesuai dengan profesinya sebagai pedagang, beliau senantiasa berdagang dengan sangat jujur dan mengharapkan pahala serta ridha Allah dalam perdagangannya. Di samping kesibukan bisnis, beliau juga disibukkan oleh ilmu agama dan periwayatan hadits. Pendek kata, seluruh waktu beliau manfaatkan untuk taat beribadah menggapai ridha Ilahi.
Akan tetapi, beliau memiliki perasaan yang sangat peka terhadap kebaikan dan jaminan Rasulullah yang begitu tinggi, sehingga beliau paham betul bahwa jihad di jalan Allah adalah “dzirwatu sanamil Islam”, puncak ketinggian Islam.
Beliau berangan-angan, kalau saja kedua telapak kakinya tersentuh debu jihad di jalan Allah, tentunya beliau akan tenang meninggalkan dunia fana ini dengan rasa aman dan yakin akan selamat dari azab Allah, selagi dibarengi dengan niat yang ikhlas, jauh dari ujub, riya dan sum’ah.
Itulah amalan shaleh berupa debu jihad yang menyentuh kedua telapak kaki, karena pahala jihad fisabilillah didapatkan.
Wahai orang-orang yang beriman, maukah Aku tunjukkan kepada kalian perda gangan yang menyelamatkan kalian dari adzab yang pedi diakhirat? Perdagangan itu adalah kalian beriman kepada Allah, beriman kepada Rasul-Nya dan kalian berjihad untuk membela Islam dengan harta kalian dan jiwa kalian. Keimanan dan jihad itu lebih baik bagi kalian, jika kalian benar-benar menyadari beratnya adzab akhirat. Allah akan mengampuni semua dosa kalian. Allah memasukkan kalian ke tempat tinggal yang indah dalam surga Adn. Itu semua adalah kemenangan yang besar (QSAsh Shaff [61]10-12)
Maka perbuatan baik disetarakan dengan jihad, keduanya membutuhkan orang-orang yang sangup menjadikan kedua telapak kakinya berdebu di jalan Allah, dan dengannya ia akan aman dari azab.
Kektika Usamah bin Zaid bersiap-siap untuk keluar di jalan Allah bersama pasukannya sesudah Rasul saw wafat, keberangkatannya dilepas oleh khalifah pertama Abu Bakar Shidiq. Usamah menaiki kudanya, sedang Abu Bakar berjalan kaki. Usamah pun berniat akan turun dari kendaraannya agar khlalifah yang mengendarinya. Akan tetapi Abu Bakar berkata, “Jangan turun! Demi Allah, aku tidak mau naik. Apalah salahnya aku jika mendebukan telapak kakiku sesaat dijalan Allah.“
Subhannalh apa kurangnya seorang Abu Bakar yang Nabi saw mengatakan akan masuk di setiap pintu surga. Bukankah ia pernah mendebukan telapak telapak kakinya di Makkah saat penolong Islam sedikit?
Bukankah dia pernah mendebukan telapak kakinya dalam peperangan Badar, Uhud dan Tabuk? Lalu bagaimana dengan kita? Apakah yang telah dilakukan? Bilakah kita mendebukan telapak kaki kita? Kapan kita berjihad? Dimana kita melakukan peperangn dan dimana pengorbanan kita?
Mati syahid di jalan Allah merupakan puncak dari jihad dan jalan yang paling luas untuk medapatkan ampunan dan surga. Dalam surat Yasin disebutkan kisah seorang mukmin, Allah berfirman, “Pada hari kiamat, para malaikat berkata kepada laki-laki mukmin itu, “Masuklah engkau ke surga.” Laki-laki mukmin itu berkata, “Alangkah baiknya sekiranya kaumku di dunia dahulu mau menyadari seruan para utusan Allah. Lak-laki itu berkata Tuhanku telah mengampuni aku. Karena itu aku dijadikan golongan orang yang dimuliakan dengan pahala surga. (QS Yaasiin [36]26-27)
Ibnu Jauzi dalam bukunya pesan untuk si buah hati, menceritakan Ibrahim bin Adham berkata “Aku pernah mengujungi orang ahli ibadah yang menderita sakit. Maka, ketika mlihat kedua kakinya. Ia manangis. Lalu, aku bertanya, “Kenapa kamu menangus? Ia menjawab, “Kedua kaki ini belum pernah terkena debu medan jihad. Lalu menangis lagi, maka ditanyakan kepadanya, “Apa yang membuatmu menangis? Ia menjawab, “Aku menangis hariku yang berlalu tidak puasa dan menangis malamku berlalu tidak qiyamulail.”
Hanya dengan perjuangan dan gerakan, maratabat dapat diraih. Ibnu Jauzi berkata dalam kitabnya Al-Mudhisy, sebagai berikut ; Ketika air dituang ke dalam lampu lalu dituangkan pula minyak disitu, maka minyak berada di atas air. Karena sang minyak berada di atas air, maka air pun berkata, aku telah membesarkan pohonmu tetapi kamu tidak punya adab kepadaku. Kamu berada diatasku. Minyak menjawab, “Kamu berada di bebatuan sungai, berjalan di jalan yang mulus. Sedangkan aku menjali kekerasan hidup. Aku bersabar menghadapi proses pemerasan. Aku juga tabah melewati gilasan alat penggiling. Dengan kesabaran dan ketabahan, martabat menjadi naik. Maka air menimpali, “Ketahauilah, sesungguhnya aku adalah asal (pokok, inti kehidupan). Tutuplah aibmu. Sadarlah, jika lampu bersamamu, ia akan padam, ucap minyak mengingatkan air
Maka dengan perjuangan dan mujahadah, martabat menjadi tinggi. Tatkalah iman bersegera menghadang serbuan kebatilan otomatis kebatilan akan surut kebelakang.
Rasulullah menghukum orang yang menolak untuk pergi berjihad atau enggan menggerakan hatinya untuk berjihad, maka ia akan mati dengan membawa cabang kemunafikan, sebagaimana disebutkan dalam sebuat hadist dari Abu Huraiah Radhiyallahu anhu,
Barangsiapa yang meninggal dunia dan belum berperang dan tidak menggerakkan hatinya untuk beeperang maka ia mati di atas cabang kemunafikan (HR Muslim)
Memang ada saja beberapa kalangan kaum muslimin yang menolak ikut berjihad atau enggan menggerakan hatinya untuk berjihad di jalan Allah.
Karena itu Allah Subhanahu wa ta’ala telah menguji orang-orang munafik yang menolak jihad dan meninggalkannya, Allah berfirman, “Wahai Muhammad, katakanlah kepada orang-orang Arab Badui yang menarik diri dari ikut berperang bersamamu. “kalian diajak untuk memerangi kaum kafir yang memiliki kekuatan yang hebat. Kalian berperang dengan mereka menang atau menyerah. Jika kalian mau taat kepada Allah, maka Allah akan memberikan pahala yang baik kepada kalian. Jika kalian menolak untuk ikut berperang seperti yang kalian lakukan sebelumnya maka Allah akan menimpakan adzab yang pedih kepada kalian (QS Al-Fath [48]16)
Kaum munafik yang tidak mau turut berperang untuk membela Islam merasa senang. Mereka tidak menyukai jihad dengan harta dan jiwa mereka untuk membela Islam. Kaum munafik berkata kepada kaum mukmin, “Janganlah kalian pergi berperang saat hawa panas.” Wahai Muhammad, katakanlah kepada mereka “Api Jahanam lebih panas jika kalian mau menyadari.” (QS AT-Taubah [9]81)
Orang munafik itu akan kekal di neraka dan akan di kumpulkan bersama orang-orang kafir dan kekal abadi. Allah mengancam orang-orang munafiq laki-laki dan perempuan dan orang-orang kafir dengan nereka jahanam, mereka kekal didalamnya. Cukuplah neraka itu bagi mereka dan Allah melaknati mereka dan mereka azab yang kekal (at-Taubah 68).
Sesungguhnya Allah akan mengumpulkan semua orang-orang munafiq dan orang-orang kafir di dalam jahanam (an-Nisa 140)
Sesungguhnya orang-orang munafiq itu ditempatkan dineraka pada tingkat yang paling bawah (An-Nisaa 145)
Referensi, Mushaf Al Qur’anul Karim Tarjemah Tafsiriyah, Buku: Berperang demi Allah; DR A’id Abdullah Al-Qarni; Pesan untuk sibuah hati Ibnu Jauzi, cambuk hati; DR A’id Abdullah Al-Qarni, Jangan takut melawan setan Syeikh Hamid al-Bilali, Anda berhak masuk surga 5 langkah menuju surga; Nabil hamid al-Ma’az dan situs www. voa islam.
(arrahmah.com)