Segala puji syukur hanya kepada Allah SWT, Tuhan semesta alam. Semoga salawat serta salam tercurahkan atas Rasul, dan pemimpin Mujahidin; Rasulullah Muhammad SAW, serta kepada keluarga dan Shahabat-shahabatnya.
Al Waaqidi meriwayatkan dalam Al Maghaazi, “Ketika sedang berperang intensif di medan Uhud, sebuah kelompok Musyrikin datang, kemudian Rasulullah SAW berkata, ‘Untuk Siapakah itu (berperang)?’ Wahhab bin Qaabus Al Muzni RA berkata, aku adalah untuknya Yaa Rasulullah!’ kemudian dia mulai menyerang (musuh) dengan panahnya, sampai mereka kembali. Kemudian kelompok Musyrikin lainnya muncul, kemudian Rasulullah berkata, ‘untuk siapa battalion ini?’ Wahab bin Al Muzni berkata, ‘Aku datang untuknya yaa Rasulullah!’ Dia kemudian mulai melambaikan pedangnya pada musuh sampai mereka melarikan diri. Battalion lainnya datang, dan Rasulullah SAW berkata, ‘Untuk siapa battalion ini?’ Al Muzni berkata lagi, ‘aku yaa Rasulullah!’ Rasulullah SAW berkata, ‘bangkitlah, dan berita gembira tentang jannah [untukmu].’ Kemudian dengan senang berdiri dan berkata ‘Demi Allah! Aku tidak akan pernah menyerah.’ Kemudian dia pergi diantara mereka [musyrikin] dan mulai untuk melawan mereka dengan pedangnya, ketika Rasulullah SAW melihat tentara Muslim, sampai dia datang diantara mereka. Rasulullah SAW berkata, ‘Yaa Allah! Kasihilah mereka!’ Al Muzni menerobos ketengah-tengah Musyrikin, kembali dan begitu seterusnya, sampai semua pedang mereka dan tombak menghantamnya [sampai mereka membunuhnya]. Setelah pertempuran mereka menemukan 12 tusukan tombak dan semuanya fatal. Dia telah terpotong-potong dan tubuhnya rusak. Umar bin Khattab Ra berkata, ‘Sebaik-baik bentuk kematian yang aku sukai adalah seperti kematian Al Muzni.’
Ini adalah kasus Shahabah, semoga Allah ridho kepada mereka semua. Mereka adalah ksatria di siang hari dan rahib pada malam hari. Mereka mengikuti Rasulullah SAW di jalan jihad dan berkorban hanya untuk Allah SWT semata. Mereka tidak pernah kehilangan harapan pada apa yang mereka rasakan di jalan Allah, dan mereka tidak pernah merasa lemah, tidak juga mereka mundur dari jihad. Lebih lanjut, mereka tidak pernah menyerah kepada musuh; sebaliknya, mereka tetap bersabar dan tegar dalam jihad, dan Allah SWT berfirman: “Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; maka di antara mereka ada yang gugur. Dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu- nunggu dan mereka tidak merobah (janjinya).” (QS Al Ahzab, 33: 23)
Saudaraku se-Islam, siapa saja yang merenungi Sirah Rasulullah SAW dan Shahaabah, mereka akan kagum. Dan demi Allah, pada saat kita membaca Sirah Rasulullah SAW dan Shahabatnya, luka kita akan sembuh dan kemauan kita akan menjadi lebih tinggi.
Rasulullah SAW dan Shahabat-shahabatnya telah menghadapi semua bentuk kejahatan tetapi mereka tetap teguh dan bersabar. Sungguh, membaca sejarah kemuliaan mereka akan mengembalikan kemauan kita dan penentu kepada jiwa-jiwa, pada hari dan umur jiwa ini telah diserang oleh wahn (mencintai dunia dan membenci kematian), kelemahan dan ketakutan.
Sungguh, dengan membaca sejarah kita akan mendapatkan pelajaran yang besar: Jannah mempunyai harga yang mahal. Dengan demikian juga mengajarkan kita bahwa ibtilaa’ (ujian) adalah salah satu Sunnah dari Allah atas hamba-hambaNya. Sejarah kemuliaan kita juga mengajarkan kita bahwa prinsip-prinsip tidak akan bertahan tanpa pengorbanan. Dan sungguh, pelajaran lain (yang bisa kita ambil dari sejarah), bahwa generasi terbaik (yaitu Shahabah) terbunuh sebagai Syuhada dan meninggalkan dunia di belakang mereka, dan mereka berlomba satu sama lain untuk mendapatkan Syahadah dan berperang beserta Rasulullah SAW di medan perang.
Dan ada juga Abdullah bin Amruu bin Hiraam RA. Dia memaksa untuk pergi ke hari Uhud, kemudian dia berkata pada anaknya Jaabir, ‘Wahai Jaabir! Jangan khawatir tentang menjaga di luar Madinah, dan apa yang akan terjadi pada kami. Sungguh demi Allah, jika bukan karena aku meninggalkan putriku, aku akan menyukaimu untuk terbunuh dalam tentaraku (sebagai Syahid),’ (Diriwayatkan Oleh Ahmad).
Allahu Akbar! Demi Allah, setiap dalam perkataan Shahabat ada begitu banyak pelajaran dan contoh untuk kita pelajari dimana akan membangunkan orang-orang yang tertidur dan menghabiskan waktu; pelajaran bagi Bapak dan anak, pelajaran bagi Ulamaa dan Imaam, pelajaran yang mengajarkan kita tentang nilai-nilai hidup ini.
‘Demi Allah, jika bukan karena aku meninggalkan putriku, aku menyukai kamu untuk terbunuh dalam tentaraku…’, pelajaran yang memberikan kita kemurnian pengertian pengorbanan. Mereka adalah orang-orang yang membaca firman Allah SWT: “Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup disisi Tuhannya dengan mendapat rezki.” (QS Ali Imran, 3: 169),
Maka mereka menjadikan ayat ini sebagai sebuah realitas dalam hidup mereka.
Syeikh ini, Abdullah bin Hiraam RA, pergi dan dia memperoleh kemulian menjadi syahid di jalan Allah. Dan ada anaknya Jabir RA yang berkata: ‘Ketika ayahku terbunuh di medan Uhud, ketika menyingkap wajahnya, aku mulai menangis. Para Shahabat mencoba untuk mencegahku menangis, dimana Rasulullah SAW tidak mencegahku, dan bibiku juga menangis. Kemudian Rasulullah SAW berkata kepadanya, ‘apakah kamu menangis atau tidak Malaikat sedang meneduhinya dengan sayap-sayap mereka sampai kalian mengambilnya.’ Sungguh, ini adalah harga Syahadah, ‘Apakah kamu menangis atau tidak, Malaikat meneduhinya sampai kamu mengambilnya.’ Ya tentu saja, mereka berbicara kebenaran, ‘Kami tidak akan menyerah.’
Ya tentu saja, “Kami tidak akan menyerah”; mereka telah beruntung memperdagangkan jiwa mereka dan sebagai imbalannya, mereka dibayar dengan Jannah. Sungguh, masing-masing dari mereka adalah orang-orang besar dalam Ummat ini, ya Ummat. Dan ada Sa’ad bin Abi Waqqas yang berkata bahwa Abdullah bin Jahsh berkata kepadanya, ‘Haruskah kalian tidak berdoa?’ kemudian mereka pada satu sisi dan Sa’ad berkata, ‘Yaa Allah, jika aku menghadapi seorang musuh, biarkan dia sangat kasar, bengis dan brutal, untukku memeranginya dan dia memerangi aku; dan berikanlah aku kemenangan atasnya sampai aku membunuhnya.’ Kemudian Abdullah bin Jahsh berkata ‘amin’ dan kemudian (Abdullah bin Jahsh) terus berkata, ‘Yaa Allah kirimkanlah kepadaku seorang-laki-laki yang kasar, bengis dan brutal, dengan begitu aku bisa memeranginya hanya untukMu, dan dia memerangi aku, kemudian menangkapku dan memotong hidung dan telingaku, jika dengan demikian aku bertemu denganMu besok Yaa Allah, dan Engkau bertanya kepadaku, ‘Siapa yang memotong telinga dan hidungmu?’ Aku akan menjawab, hanya untukMu dan RasulMu.’ Dan Allah akan menjawab, ‘Kau berkata benar.’ Kemudian Sa’ad berkata, ‘Wahai anakku doa Abdullah Bin Jahsh lebih baik dari doaku! Sungguh, aku melihatnya pada hari terakhir dengan telinga dan hidungnya menggantung di atas seutas benang.’ (Zaad ul Ma’aad)
Mereka adalah orang-orang yang membasmi singgasana syirik. Mereka adalah orang-orang yang telah murni dengan darah mereka, membela negeri Islam. Mereka adalah orang-orang yang berpakaian sabar pada saat berperang ditengah ringkikan kuda, suara pedang dan terpaan debu dan kepala-kepala. Sungguh, orang yang bodoh adalah orang yang mencegah seruan jihad untuk dihidupkan kembali di abad ini. Orang yang bodoh adalah mereka yang mencegah pemuda untuk berjihad di Iraq, Palestina, Chechnya dan Afghanistan. Apakah mereka tidak mengetahui bahwa sejarah kita terukir dengan darah pendahulu kita? Apakah mereka tidak mengetahui bahwa Allah SWT telah membeli kehidupan orang-orang beriman dengan kemenangan mereka Huur ul ‘Ayn? Sungguh, Dia SWT menunjuk mereka yang kendur dalam ketaatan mereka dengan mencela dan memperingati mereka, ketika Dia SWT berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, apakah sebabnya bila dikatakan kepadamu:
“Berangkatlah (untuk berperang) pada jalan Allah” kamu merasa berat dan ingin tinggal di tempatmu? Apakah kamu puas dengan kehidupan di dunia sebagai ganti kehidupan di akhirat? Padahal kenikmatan hidup di dunia ini (dibandingkan dengan kehidupan) diakhirat hanyalah sedikit. Jika kamu tidak berangkat untuk berperang, niscaya Allah menyiksa kamu dengan siksa yang pedih dan digantinya (kamu) dengan kaum yang lain, dan kamu tidak akan dapat memberi kemudharatan kepada-Nya sedikitpun. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS At Taubah, 9: 38-39),
Dan disini kita melihat fakta kesucian Allah SWT yang dilanggar. Kemudian rumah dan kalimat Allah dikotori, kehormatan wanita-wanita Muslim dilanggar. Fasad (kerusakan) telah tersebar dan kejahatan berlaku dimana-mana. Kemudian apa yang kita lakukan untuk itu? Adakah diantara kita yang tidak menginginkan Dien Allah menjadi dominan?! Siapakah yang sudah berdarah-darah, diantara kita, untuk menyampaikan dien Allah?! Siapakah yang mengangkat tanganya untuk berdoa kepada Allah di tengah malam sampai dia menjadi lelah untuk mendukung saudara-saudaranya Mujahidin dan lemah lagi miskin?! Dan sekarang seseorang dari kita akan takut untuk berkata dengan suara yang keras, pada saat menjadi seorang Imaam, ‘Yaa Allah dukunglah Mujahidin di…’ Dia akan takut berkata demikian pada saat berdiri di atas mimbar Rasulullah SAW! Kemudian dia akan ketakutan untuk mengatakan ini pada saat dia menjadi Imam Mihrab dan di dalam rumah Allah! Dia takut mengucapkan ini di dalam Ka’bah!
Kita tidak mempunyai alasan apapun bila kesucian Allah telah dilanggar, walaupun sekejap mata (bahkan sampai nafas terakhir, kita tidak mempunyai alasan untuk membolehkan kesucian Allah dilanggar). Maka dengarlah perkataan terakhir dari Sa’ad bin Ar Rabii RA; Ibnu Hisyam meriwayatkan dalam Sirah, setelah perang Uhud, dimana Rasulullah SAW bertanya, ‘Siapa yang bisa menemukan Sa’ad bin Ar Rabii’ apakah dia gugur atau hidup? Seorang lelaki Anshar berkata, ‘Aku akan mencari Sa’ad Yaa Rasulullah.’ Kemudian dia mencari [untuk beliau SAW] dan menemukannya dalam keadaan mengenaskan terluka diantara kematian mengambil nafas terakhirnya. Kemudian aku berkata kepadanya bahwa Raulullah SAW memerintahkanku untuk mencarimu jika kami masih hidup ataupun gugur. Dia berkata, ‘Aku diantara kematian, maka sampaikanlah salamku kepada Rasulullah SAW dan katakan kepadanya, semoga Allah membalasnya dengan sebaik-baik balasan dimana Allah memberikan seorang Nabi untuk apa yang dia bawab kepada Ummatnya, dan sampaikan salamku kepada orang-orangmu dan katakan kepada mereka bahwa Sa’ad Bin Ar Rabii mengatakan kepada kalian bahwa kalian tidak punya alasan di depan Allah jika Nabimu SAW diperlakukan kejam dan walaupun sekejap mata.’ Orang Ansaari, aku tidak meninggalkannya sampai dia wafat, dan kemudian aku datang kepada Rasulullah SAW dan mengatakan kepadanya apa yang terjadi.
Sungguh, ‘Kita tidak mempunyai alasan di depan Allah jika Nabi kita dihina dan kalian telah mengedipkan mata.’ Setelah semua ini, apakah kalian ingin mematikan nur (cahaya) jihad, setelah dinyalakan dan dikobarkan pada masa Shahabat? Dan setelah semua ini, jihad akan redup setelah dia bersinar?! Apakah setelah semua ini dimana cabang jihad layu setelah dia melambai? Dan apakah setelah semua ini dimana kebaikan jihad akan menjadi susut setelah ini dahulu begitu bersinar?! Apakah setelah semua ini dimana pintu jihad akan terkunci dan tidak terbuka? Dan kudanya telah dihentikan kemudian tidak lagi ditunggangi, dan tangan-tangan hina kuffar telah diperluas atas ummat Muslim dan tidak pernah dipotong. Dan pedang telah disarungkan dan tidak pernah dibuka lagi melawan musuh-musuh Millah dan Dien. Apakah setelah ini semua, lidah akan menjadi terdiam untuk mengatakan kebenaran kemudian jihad tidak lagi dibicarakan?! Yaa Allah jagalah kami untuk tetap beriman, Yaa Allah kuatkanlah Imaan dalam hati kami!
Maka Tuba (kabar gembira dan jannah) bagi seseorang yang menjaga dirinya di jalan jihad, pengorbanan dan tetap teguh pada saat sukar. Dan berita gembira kepada kalian wahai ksatria, wahai seseorang yang memerangi orang-orang kufur, dari Yahudi dan tentara Salib, dimana mereka menduduki negeri kita. Tuba bagi kalian, sebagaimana kami melihat kalian berbaris dan bersorak ‘kami tidak akan pernah menyerah.’ Tuba bagi kalian, pintu jannah telah terbuka, piala telah diset, tahta telah diangkat dan Huur ul Ain telah muncul. Tuba bagi kalian yang telah memperdagangkan hidup dengan hidup yang abadi. Tuba bagi seseorang yang telah diberikan kemenangan Syahid dan yang telah mendapat kedudukan Syahid, yang tidak akan pernah haus lagi, dan perdangangan mereka telah menguntungkan, kemudian mereka menjadi sangat bahagia diantara orang-orang yang bahagia. Allah SWT berfirman,
“Mereka dalam keadaan gembira disebabkan karunia Allah yang diberikan-Nya kepada mereka, dan mereka bergirang hati terhadap orang-orang yang masih tinggal di belakang yang belum menyusul mereka, bahwa tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (QS Ali Imran, 3: 170)
Yaa Allah berikanlah kami kemenangan! Yaa Allah berikanlah kami kemenangan! Yaa Allah dukunglah Mujahidin di mana saja mereka berada. Yaa Allah binasakanlah agresor Yahudi dan tentara salib. Yaa Allah jagalah kami agar tetap pada haq dan jihad hanya untukMu semata. Semoga Allah menerima dari kalian dan dari kami wahai mujahidin, wahai seseorang yang melindungi negeri dan mempertahankan kehormatan ummat Muslim dan kehormatan Ummat. Wahai seseorang yang berperang untuk meninggikan panji Islam dan murni dari noda nasionalisme, patriotisme, demokrasi dan syirik.
Kami memohon pada Allah dalam kebesaranNya untuk membawa Eid ini atas kita, kalian dan Ummat Muslim dan demi waktu itu, ummat kami akan memerintah dengan Islam (Insya Allah). Kami juga memohon kepada Allah SWT untuk melindungi pemimpin Jihad dari segala kejahatan, dan menjaga mereka sebagai sebuah duri dalam kerongkongan tawaghit dan tetap menunjuki mereka pada keputusan yang benar, dan memberikan mereka dukungan.
Semoga rahmat Allah tercurahkan atas Muhammad SAW, keluarga dan semua Shahabat-shahabatnya.
sumber: http://www.almuhajirun.com