KABUL (Arrahmah.com) – Pemimpin mujahidin Taliban mengeluarkan pesan hari raya Muslim pada Rabu (25/11) yang isinya menyerukan rakyat Afghan untuk memutuskan hubungan dengan pemerintah yang tidak lain adalah antek orang-orang kafir.
Pesan Mullah Omar menjelang Idul Adha ini muncul seminggu setelah Presiden Hamid Karzai mencoba ‘menarik hati’ Taliban dalam pidato pelantikannya yang berisi urgensi memasukkan anggota Taliban yang siap meninggalkan terorisme ke dalam pemerintahan.
Mujahidin Taliban dengan cepat menolak hal tersebut, dan mengulangi penolakannya untuk bernegosiasi dengan pemerintah Karzai atau berpartisipasi dalam administrasi boneka thaghut.
“Saya harap anda akan terus melanjutkan jihad yang sah dan berjuang untuk mewujudkan Islam … dan memutuskan semua hubungan dengan kaki tangan pemerintah Kabul,” kata Omar dalam pesan yang diposting di situs yang biasa digunakan Taliban.
Mullah Omar pun mengatakan tidak akan pernah ada perundingan apapun yang akan memperpanjang atau mengesahkan kehadiran pasukan asing di negara itu.
“Mereka yang telah menduduki negeri kami dan menculik orang-orang kami sebagai sandera, ingin menggunakan siasat negosiasi seperti halnya drama pemilihan beberapa waktu yang tidak lain dilakukan dalam rangka mencapai tujuan-tujuan kolonialisme mereka,” katanya.
“Namun demikian, rakyat Afghanistan tidak akan pernah setuju untuk memperpanjang dan juga bernegosiasi dalam rangka mengesahkan kehadiran para penjajah.
Ketidakhadiran Mullah Omar yang terbilang cukup lama, telah menyebabkan para pejabat munafik Afghanistan berpendapat bahwa ia bersembunyi di Pakistan.
Mullah Omar bersikeras bahwa mujahidin telah menggenggam peperangan dan tengah memenangkannya.
“Realita lapangan di negeri kami tercinta menunjukkan bahwa para penjajah itu hendak melarikan diri,” katanya.
Presiden Barack Obama telah mempertimbangkan rencana untuk mengirim puluhan ribu tentara tambahan AS ke Afghanistan, dan pejabat militer AS mengharapkan penambahan sekitar 32.000 menjadi 35.000 tentara untuk memulai operasi pada bulan Februari atau Maret. Jumlah ini akan menjadi penambahan terbanyak dari pasukan asing sejak awal perang tahun 2001.
Dalam pernyataannya, Mullah Omar menyerukan mujahidin untuk terus berjuang melawan pemerintah dan sekutunya, namun mendesak mereka untuk menghindari kematian warga sipil.
Selama ini, pemerintah serta media pro-Barat selalu menyalahkan Taliban atas kematian warga sipil, meskipun pada kenyataannya yang biasa melakukan kekejian tersebut adalah pasukan AS dan NATO.
Seperti biasa, dalam setiap pernyataan, Mullah Omar selalu mengulangi bahwa perang di Afghanistan merupakan sebuah upaya Barat untuk melemahkan Islam.
“Amerika dan sekutu-sekutunya telah membuat rencana terang-terangan maupun yang tersembunyi untuk mengacaukan dunia Islam dan memprovokasi perbedaan di negara-negara Islam,” kata Omar. (althaf/ansr/tum/arrahmah.com)