AZAWAD (Arrahmah.com) – Yayasan Al-Andalus, sayap media Tanzhim Al-Qaeda Negeri Maghrib Islam, atau Al-Qaeda in the Islamic Maghreb (AQIM), pada bulan Syawwal 1437 H / Juli 2016 M merilis pesan audio Amir Kawasan Sahara, Syaikh Yahya Abu Hammam hafizhahullah. Pesan audio yang beredar luas di media ini berjudul “Pesan untuk Rakyat Kami di Negeri Muslim Mali”.
Sahara adalah kawasan gurun pasir luas yang meliputi banyak Negara di kawasan Afrika barat dan Afrika utara. Dalam pesan audio berdurasi 8 menit ini, Syaikh Yahya Abu Hammam mengingatkan kaum muslimin Mali tentang besarnya kejahatan penjajah salibis Perancis di kawasan Afrika barat dan Afrika utara secara umum, dan Mali secara khusus.
Syaikh Yahya menegaskan bahwa meskipun secara “kulit” negara-negara tersebut telah meraih kemerdekaan. Namun pada hakekatnya, Perancis masih tetap mencengkeram kuat negara-negara tersebut dalam sektor politik, ekonomi, pendidikan-budaya, dan militer.
Syaikh Yahya juga mengingatkan bahwa penjajahan Perancis tersebut terjadi lebih karena lemahnya keinginan pemimpin dan rakyat Mali untuk meriah kemerdekaan yang hakiki. Solusinya adalah memperjuangkan kemerdekaan hakiki dengan panduan syariat Islam. Beliau lantas menyerukan kepada umat Islam dan mujahidin untuk bahu-membahu berjihad melawan agresi militer Perancis dan sekutu-sekutunya.
Di akhir pesan singkatnya, Syaikh Yahya menyampaikan salam cinta dan dukungan kepada mujahidin di berbagai penjuru dunia. Beliau juga menyampaikan pesan khusus dan ancaman kepada penjajah salibis Perancis dan Amerika.
Perancis melakukan agresi militer terhadap wilayah Azawad, Mali pada 20 Desember 2012 untuk menjauhkan pemerintahan mujahidin Anshar Ad-Dien yang telah menerapkan syariat Islam di wilayah Gao, Konna, Timbuktu, dan wilayah Azawad lainnya. Negara-negara Afrika barat yag tergabung dalam ECOWAS (Masyarakat Ekonomi Afrika Barat) mengirimkan lebih dari 5000 tentaranya untuk membantu agresi militer Perancis tersebut. Dewan Keamanan PBB mendukung agresi militer yang mengatas namakan “perang melawan teroris” tersebut dalam sidangnya pada 14 Januari 2013.
Mujahidin AQIM dan Jama’ah Anshar Dien melawan agresi militer tersebut dengan melancarkan perang gerilya di wilayah Mali dan gurun Sahara. Berikut ini adalah terjemahan dari pesan audio Syaikh Yahya Abu Hammam tersebut yang dipublikasikan kiblat.net pada Selasa (26/7/2016).
Yayasan Al-Andalus
Al-Qaeda in Islamic Maghrib (AQIM)
Mempersembahkan
Pesan Audio Amir Manthiqah Ash-Sakhra’ Al-Kubra
Syaikh Yahya Abu Hammam
dengan judul
Pesan untuk Rakyat Kami di Negeri Muslim Mali
Yayasan Al-Andalus
Syawwal 1437 H / Juli 2016 M
Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang
Segala puji bagi Allah. Shalawat dan salam senantiasa dilimpahkan kepada Rasulullah SAW, keluarganya, sahabatnya, dan orang yang setia mengikuti ajarannya. Amma ba’du.
Wahai umat kami, kaum muslimin secara umum, dan rakyat kami di Mali secara khusus
As-Salamu ‘alaikum wa rahmatullah wa barakatuh
Salam penghormatan yang baik lagi penuh berkah kami sampaikan kepada kalian, mewakili putra-putra kalian dan saudara-saudara kalian mujahidin di front Sahara dan Azawad, yang di sepanjang wilayah tersebut tengah menerjuni kancah peperangan sengit melawan penjajah Perancis dengan aspek ideologi Kristennya yang penuh kedengkian, aspek militernya yang biadab, dan aspek ekonominya yang rakus.
Penjajahan Perancis tersebut ditambah oleh persekongkolan terang-terangan dengan tentara-tentara lokal yang rela menjadi alat di tangan penjajah. Padahal seharusnya tentara-tentara lokal tersebut berjihad melawan penjajah Perancis, menolaknya, dan melawan rencana-rencana Westernisasi maupun perampasan kekayaan alamnya.
Perancis tidak akan pernah bermimpi bisa menjajah negeri-negeri kita dan membantai putra-putra terbaik kita, andaikata tentara-tentara lokal tersebut dipergunakan untuk melindungi umat Islam dan mempertahankan kekayaan-kekayaan alamnya. Namun, tentara-tentara local tersebut telah beralih menjadi battalion-batalion kasta kedua dalam barisan pasukan penjajah Perancis. Mereka telah diperalat oleh pasukan penjajah Perancis sebagai penyapu-penyapu ranjau, sehingga mereka dikorbankan di garis terdepan, demi melindungi nyawa tentara Perancis yang mahal harganya.
Wahai umat Islam…
Sesungguhnya kejahatan dan kerusakan penjajah Perancis di negeri-negeri kita tidak pernah berhenti sejak pertama kalinya tentara salibis Perancis menginjakkan kakinya di negeri Islam, Afrika utara dan Afrika Barat, sejak dua abad silam. Meskipun gerakan-gerakan jihad yang sangat berani telah mengatarkan kaum kaum muslimin pada kemerdekaan dari penjajah Perancis pada pertengahan kedua abad yang telah lalu (1950an, pent). Sayangnya, kemerdekaan tersebut sekedar simbol luar belaka.
Penjajah Perancis dan sekutu-sekutunya mengetahui bagaimana cara menundukkan rakyat kita kepada dominasi dan hegemoni Perancis, baik secara pemikiran-kebudayaan, politik, ekonomi, maupun militer.
Bukti paling nyata dari hal itu adalah pasca kolonialisme, bahasa Perancis tetap menjadi bahasa resmi di mayoritas negara-negara di Afrika Barat dan Afrika utara. Istana Perancis memiliki kekuatan penuh untuk mendiktekan keputusan istana ibukota negara-negara tersebut yang hanya mereka secara kulit belaka. Istana Perancis memiliki peranan vital dalam menentukan kepala negara-kepala negara di kedua kawasan tersebut. Ekonomi negara-negara baru tersebut mengekor kepada ekonomi Perancis dan beredar mengikuti poros Perancis. Sebanyak 14 negara di kawasan Afrika Barat dan Afrika utara harus membayar “upeti wajib kepada Perancis, padahal mereka adalah negara-negara paling miskin di dunia. Perancis juga tetap mempertahankan pangkalan-pangkalan militer dan hak-hak istimewa yang bersifat rahasia.
Semua bukti tersebut menunjukkan bahwa kemerdekaan negara-negara tersebut hanyalah kebohongan belaka. Hal itu membuktikan kepada semua orang yang berakal sehat, bahwasa konflik kita dengan salibis Barat secara umum dan Perancis secara khusus belumlah berakhir. Sesungguhnya agresi mereka terhadap kita belumlah berakhir dan tidak akan pernah berakhir. Hal itu adalah fakta yang telah disebutkan kepada kita oleh AI-Qur’an sejak berabad-abad sebelumnya:
وَلَا يَزَالُونَ يُقَاتِلُونَكُمْ حَتَّى يَرُدُّوكُمْ عَنْ دِينِكُمْ إِنِ اسْتَطَاعُوا
“Dan mereka akan senantiasa memerangi kalian sehingga mereka memurtadkan kalian dari agama kalian, jika mereka mampu…” (QS. Al-Baqarah [2]: 217)
Penjajah Perancis membenarkan pernyataan Al-Qur’an tersebut dengan invasi terbarunya terhadap negeri Mali. Tiada alasan yang melatar belakangi penjajahan terbaru Perancis tersebut, selain karena Perancis tidak senang dan tidak sanggup melihat panji tauhid berkibar-kibar tinggi di atas wilayah Mali dan syariat Islam berdaulat di antara kaum muslimin negeri Mali.
Wahai umat Islam…
Sesungguhnya realita yang menyedihkan ini terjadi bukan semata karena kekuatan Perancis, namun lebih karena rakyat kita dan para tokohnya mau menerima penjajahan Perancis, dan tidak memiliki keinginan untuk meraih kemerdekaan yang hakiki dari ketundukan kepada selain Allah.
Padahal Allah telah meridhai Islam sebagai dien kita dan Allah menjanjikan kepada kita untuk meraih kepemimpinan (kekuasaan) di muka bumi selama kita istiqamah menempuhmanhaj rabbani (sistem Allah). Manhaj itulah yang telah mencetak para penggembala unta menjadi para pengasuh bangsa-bangsa dan pemimpin-pemimpin pembebasan wilayah, dan mencetak suku-suku yang saling bertikai menjadi umat terbaik yang dilahirkan di tengah umat manusia, mereka memerintahkan perbuatan yang ma’ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar.
Wahai umat Islam…
Sesungguhnya solusi dari problem kita pada hari ini berada di tangan kita, bukan di tangan Perancis, bukan pula di tangan PBB. Solusi tersebut berada di dalam mushaf Al-Qur’an, yang menunggu-nunggu tangan-tangan suci yang berwudhu’ untuk bangkit sekali lagi, mengamalkannya di atas jalan para pahlawan pembebas terdahulu; Uqbah bin Nafi’, Musa bin Nushair, Thariq bin Ziyad, Abdullah bin Yasin, dan Yusuf bin Tasyfin. Allah SWT berfirman:
إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ
“Sesungguhnya Allah tidak merubah nasib sebuah kaum sampai kaum tersebut berusaha merubah (keburukan yang ada pada) diri mereka sendiri.” (QS. Ar-Ra’d [13]: 11)
Sebelum menerima kunci kota Baitul Maqdis (Al-Quds), seseorang (panglima perang bawahannya) meminta kepada Umar Al-Faruq radhiyallahu ‘anhu agar memperbaiki pakaiannya untuk menemui raja Kristen. Maka Umar menjawab, “Kami dahulu adalah sebuah kaum yang hina, lalu Allah memuliakan kami dengan Islam. Kapan saja kita mencari kemuliaan dengan selain Islam, niscaya Allah akan menghinakan kita.”
Ya, Islam kemuliaan sebagaimana yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dan lantas diperjuangkan oleh para sahabat radhiyallahu ‘anhum setelah beliau meninggal. Bukan Islam ala Perancis yang dirampas kemuliaannya, dan dihancurkan wala’ dan bara’-nya.
Wahai umat Islam…
Sesungguhnya peperangan kita hari ini di Mali adalah bagian dari peperangan Islam melawan sistem kekafiran internasional. Ia adalah peperangan menyeluruh yang tidak bersifat parsial.
Wahai para prajurit Islam…
Bersatulah kalian menjadi tangan yang satu melawan musuh kalian dari golongan orang kafir. Hendaklah kalian saling berkasih sayang dan janganlah kalian saling bersaingan. Hendaklah kalian saling membantu dan janganlah kalian saling menjauhi. Hendaklah kalian saling mendekat dan janganlah kalian saling membelakangi.
Sebab, kalian tengah membela umat yang satu, yang kalian ingin mengembalikan kemuliaan dan kejayaannya. Waspadalah kalian, jangan sampai kalian terkena penyakit‘ujub (membanggakan diri sendiri, pent) dan ghurur(menganggap dirinya paling hebat, lalu meremehkan muslim lainnya, pent). Jangan sampai penyakit tersebut menjerumuskan kalian kepada sikap ghuluw (ekstrim), dimana kalian menghalalkan darah (nyawa) kaum muslimin. Akibatnya, kalian menjadi bencana baru bagi Islam, sementara kalian mengira sedang memperjuangkan tauhid dan orang-orang yang bertauhid.
Kami juga memperingatkan kalian untuk waspada dari sikap cinta dunia atau ambisi terhadap dunia, yang mengubah kalian menjadi alat di tangan pemerintahan boneka Perancis di kawasan (Afrika barat dan Afrika utara, pent) ini; lalu mereka mempergunakan kalian untuk membunuhi pejuang-pejuang umat Islam. Maka dengan demikian, kalian sekaligus juga memadamkan cita-cita mereka untuk mengembalikan kedaulatan syariat Islam.
Dalam kesempatan ini, kami juga tidak lupa menyampaikan untaian salam, cinta, dan dukungan kepada orang-orang yang setia (di atas jalan jihad fi sabilillah) di negeri Khurasan, Kaukasus, anak benua India, Syam, Yaman, Somalia, Palestina, Libya, Tunisia, dan Aljazair; yang memegang teguh janjinya dengan Allah dan sennatiasa tegar di atas jalan perjuangan. Tidak membahayakan mereka orang-orang yang menelantarkan mereka dan orang-orang yang memusuhi mereka. Secara khusus, kami menyebutkan syaikh kami dan amir kami, hakim al-ummah (orang bijak umat Islam), Dr. Aiman Az-Zhawahiri dan Amirul Mukminin Maulawi Haibatullah, semoga Allah menjaga keduanya.
Adapun para penyembah salib, dan secara khusus kami sebutkan Perancis dan Amerika, maka kami katakan kepada mereka…
Sekarang tiba saatnya peperangan…
Kami tidak akan pernah mendiamkan penjajahan kalian terhadap negeri kami, pemaksaan kurikulum kufur kalian terhadap kurikulum sekolah-sekolah dan universitas-universitas kami, perampasan terhadap kekayaan alam kami, dan kejahatan kalian yang membuat anak-anak kami kelaparan….
Kami tidak akan pernah mendiamkan semua kejahatan kalian tersebut, sehingga seluruh tentara kalian keluar dari negeri kami, semua negeri kami, sejak dari Palestina hingga ke Azawad.
وَلَيَنْصُرَنَّ اللَّهُ مَنْ يَنْصُرُهُ إِنَّ اللَّهَ لَقَوِيٌّ عَزِيزٌ
“Dan sungguh Allah benar-benar akan memenangkan orang-orang yang memperjuangkan (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa.” (QS. Al-Hajj [22]: 40)
Segala puji bagi Allah Rabb seluruh alam.
Reporter : Fauzan
Sumber : Al-Andalus Media
(banan/arrahmah.com)