SURABAYA (Arrahmah.com) – Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Timur (Jatim) memprediksi, setidaknya pada triwulan pertama 2014 lokalisasi (kawasan pelacuran) di Jalan Dolly, Kecamatan Sawahan, Surabaya, ditutup.
“Insya Allah paling tidak akhir tahun ini atau paling lambat triwulan 2014 (penutupan lokalisasi Dolly) tuntas. Sampai saat ini proses penutupan secara bertahap masih berlangsung dari Pemkot Surabaya dan Pemprov Jawa Timur,” kata Sekretaris MUI Jatim, M Yunus, kepada Okezone, Rabu (16/10/2013).
Menurut MUI Jatim, dalam proses penutupan lokalisasi Dolly, ada tiga hal yang harus diperhatikan. Pertama, harus integratif, yakni terintegrasi dengan pemerintah daerah (pemda) tempat pekerja seks komersial (PSK) tersebut berasal. Ketika pemulangan, pemda setempat harus mengetahui dan memperhatikan nasib para PSK agar tidak kembali ke dunia prostitusi.
Kedua, holistik, yakni persoalan di lokalisasi harus diselesaikan secara tuntas agar tidak menimbulkan masalah di kemudian hari. Termasuk peran serta dari Kementerian Sosial (Kemensos) dalam mendukung program Pemkot Surabaya.
Terakhir adalah persoalan humanistik, yakni para PSK menjadi manusia seutuhnya tanpa embel-embel masa lalu yang kelam. “Integratif, holistik dan humanistik harus benar-benar diterapkan sehingga penutupan lokalisasi Dolly ini tuntas,” ujar Yunus.
Dalam penutupan lokaslisasi Dolly, MUI terlibat dalam pembinaan Dai Ideal, yakni para dai yang khusus berdakwah di lokalisasi. Melalui pemahaman agama yang utuh dapat membuat mantan PSK ini menjadi manusia seutuhnya.
Yunus mengatakan, konsep penutupan lokalisasi dengan memberi pembekalan keterampilan bagi para PSK oleh pemerintah bakal sukses. Buktinya, kata Yunus, ia pernah berkeliling ke sejumlah daerah PSK berasal, mereka yang diberi modal untuk dituntaskan dari dunia prostitusi cukup berhasil.
“Saya pernah berkeliling ke daerah-daerah ternyata mereka (para PSK) berkembang. Insya Allah 2014 akan tuntas,” tegasnya.
(azmuttaqin/arrahmah.com)