KUWAIT (Arrahmah.com) – Hari ketiga perundingan perdamaian yang ditengahi PBB di Kuwait antara pemerintah Yaman dan Houtsi berakhir pada Sabtu (23/4/2016) dengan sedikit kemajuan, ungkap sumber yang mengetahui tentang pembicaraan damai tersebut.
Sumber tersebut mengatakan bahwa kedua belah pihak tetap “terpisah jauh”, terutama terkait proses penguatan gencatan senjata yang mulai berlaku pada 11 April.
Tidak ada komentar resmi dari utusan PBB, Ismail Ould Sheikh Ahmad, yang mengatakan kepada wartawan pada Jum’at (22/4) bahwa para delegasi telah mengadakan pembicaraan “konstruktif” dan berkomitmen untuk memperkuat gencatan senjata.
Namun, kemudian pada Sabtu (23/4) Ahmad mengatakan kepada Reuters bahwa pihak yang bertikai itu sepakat untuk menunjuk delegasi guna mengawasi proses gencatan senjata.
Dokumen gencatan senjata yang ditunjukkan kepada Reuters oleh koalisi pendukung pemerintah yang dipimpin Arab Saudi menunjukkan surat perjanjian untuk masing-masing provinsi di Yaman yang terlibat konflik, yang ditandatangani oleh perwakilan dari masing-masing pihak, yang telah membentuk komite untuk memantau gencatan senjata.
Ahmad mengakui bahwa penegakan gencatan senjata Yaman hanya sekitar 80 persen. Dia juga menambahkan bahwa ada pelanggaran yang dilakukan oleh kedua belah pihak.
Perundingan damai Yaman yang berlangsung di Kuwait dibuka pada Kamis (21/4) malam setelah perwakilan Houtsi – yang datang terlambat – tiba di tempat perundingan.
Syiah Houthi yang didukung Iran menuntut agar serangan udara oleh koalisi pimpinan Saudi yang mendukung pemerintah dihentikan.
Sedangkan delegasi Presiden Abdurabbo Mansur Hadi meminta kepada delegasi Houtsi untuk mengangkat pengepungan terhadap kota-kota, terutama kota Ta’iz, dan membebaskan tahanan sebagai bagian dari tindakan membangun kepercayaan.
Juru bicara delegasi Houtsi Muhammad Abdulsalam mengatakan bahwa prioritasnya adalah untuk mengakhiri pertempuran yang telah menewaskan lebih dari 6.800 orang dan menyebabkan 2,8 juta orang terpaksa pergi dari rumah mereka sejak Maret tahun lalu.
Pada Sabtu (23/4), tiga milisi Houtsi dan dua pasukan pendukung pemerintah tewas dalam bentrokan di Kirsh, sebuah kota di jalan raya menuju Ta’iz dari kota Aden yang merupakan basis pemerintah Hadi, ungkap sumber-sumber militer.
Pasukan pendukung pemerintah di Ta’iz, kota terbesar ketiga Yaman, telah dikepung oleh Syiah Houtsi selama berbulan-bulan.
(ameera/arrahmah.com)