ANKARA ( Arrahmah. Id) – Pertemuan tertutup telah dimulai di ibu kota Turki, Ankara, antara Presiden Turki Recep Tayyip Erdoğan dan Presiden Suriah Ahmad Asy-Syaraa di kompleks kepresidenan.
Menurut sumber yang mengetahui pertemuan tersebut, kedua pihak membahas perjanjian pertahanan bersama yang mencakup pembentukan pangkalan militer Turki di tengah Suriah serta pelatihan tentara Suriah yang baru. Pangkalan militer ini akan memungkinkan Turki mempertahankan wilayah udara Suriah jika terjadi serangan. Ankara juga bertekad mendirikan pangkalan di Suriah sebagai pesan kepada kelompok pejuang Kurdi di timur laut negara itu.
Sebelumnya pada Selasa, Asy-Syaraa tiba di Ankara atas undangan Presiden Erdoğan untuk membahas rekonstruksi dan isu kelompok pejuang Kurdi. Pemerintah baru di Suriah, yang berbatasan sepanjang 900 kilometer dengan Turki, kini menghadapi fase transisi dengan berbagai tantangan, termasuk mengembalikan kontrol penuh atas wilayahnya.
Dilansir dari Al Jazeera, sebagai upaya menjaga keseimbangan hubungan regional setelah kunjungannya ke Arab Saudi, Asy-Syaraa kini berupaya memanfaatkan hubungan strategis yang telah ia bangun dengan Ankara selama bertahun-tahun. Kantor kepresidenan Turki menyatakan bahwa kunjungan ini dilakukan atas undangan Presiden Erdoğan, yang menjamu Asy-Syaraa di istana kepresidenan.
Kepala Direktorat Komunikasi Kepresidenan Turki, Fahrettin Altun, menulis di platform “X” bahwa pembicaraan antara Erdoğan dan Asy-Syaraa akan berfokus pada “langkah-langkah bersama yang harus diambil untuk pemulihan ekonomi, stabilitas, dan keamanan berkelanjutan” di Suriah.
Turki menawarkan bantuan kepada Suriah untuk pulih dari perang yang telah berlangsung selama 13 tahun. Ankara juga ingin memastikan dukungan Damaskus dalam menghadapi pasukan Kurdi di timur laut Suriah, di mana Pasukan Demokratik Suriah (SDF) yang didukung AS terus bertempur melawan kelompok-kelompok yang didukung Turki.
Turki menuduh Unit Perlindungan Rakyat Kurdi (YPG), komponen utama SDF, memiliki hubungan dengan Partai Pekerja Kurdistan (PKK), yang telah melakukan pemberontakan bersenjata melawan Turki sejak 1980-an. Turki dan negara-negara Barat mengklasifikasikan PKK sebagai “organisasi teroris.”
SDF menguasai sebagian besar wilayah timur laut Suriah yang kaya minyak dan telah mendirikan pemerintahan otonom de facto selama lebih dari satu dekade. Turki telah mengancam akan melakukan operasi militer untuk mengusir pasukan Kurdi dari perbatasannya, meskipun AS berusaha mencapai kesepakatan gencatan senjata.
(Samirmusa/arrahmah.id)