MOSKOW (Arrahmah.id) — Para menteri luar negeri Turki, Suriah, Rusia, dan Iran bertemu di Moskow pada Rabu (10/5/2023) menandai pembicaraan tingkat tertinggi antara Ankara dan Damaskus sejak awal Perang Saudara Suriah pada 2011.
“Kami berharap pembicaraan kami akan berkontribusi untuk menyusun peta jalan untuk memulihkan hubungan Suriah-Turki menjadi normal,” tambah Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavarov, dikutip dari North Press Agency (10/5).
Moskow telah lama mendorong kedua negara untuk menemukan kesepahaman.
Pengamat mengatakan Presiden Rusia Vladimir Putin berharap penyelesaian sebelum pemilu Turki pada 14 Mei akan menghasilkan hasil yang menguntungkan bagi Recep Tayyip Erdogan, sosok yang telah lama menenangkan Putin.
Setelah pertemuan hari Rabu, Menteri Luar Negeri Suriah, Faisal Mekdad, mengatakan bahwa terlepas dari semua hal negatif dalam beberapa tahun terakhir, ada peluang bagi Damaskus dan Ankara untuk bekerja sama. Namun, dia menekankan prasyarat untuk mengakhiri kehadiran Turki di negara itu.
“Tanpa kemajuan dalam hal ini, kami akan tetap stagnan dan tidak akan mencapai hasil yang nyata,” kata Mekdad.
Turki telah menginvasi Suriah tiga kali sejak 2016, menduduki sebagian besar wilayah utara negara itu dan menempatkan angkatan bersenjatanya di sepanjang garis kontak di Idlib antara pemerintah Suriah dan kelompok perlawanan Suriah Hai’ah Tahrir asy-Syam (HTS).
Setelah pertemuan tersebut, Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu, mengatakan bahwa dia telah menekankan perlunya “kerja sama dalam perang melawan terorisme dan bekerja sama. (hanoum/arrahmah.id)