WASHINGTON (Arrahmah.com) – Para pemimpin munafik Afganistan dan Pakistan berjanji untuk bekerja sama dalam percakapan tiga pihak mereka dengan AS mengenai keamanan wilayah mereka dimulai di Washington.
Hillary Clinton, menlu AS, menemui Hamid Karzai, presiden Afghan, dan Asif Ali Zardari, rekan Pakistannya, seiring dengan ketakutan yang semakin besar mengenai situasi keamanan di kedua negara.
Pihak pro-Taliban telah mengambil kontrol atas sebagian besar wilayah di Afganistan dan Pakistan, di mana mereka telah mulai bergerak 100km memasuki ibu kota Islamabad.
“Kami tahu bahwa negara anda bertempur keras dengan para ekstremis yang akan mendestabilisasi dan meremehkan demokrasi,” kata Clinton.
Zardari yang munafik itu berjanji untuk membantu AS dan Afghanistan dalam perang melawan para mujahidin al Qaeda dan Taliban.
“Kami ada di pihak saudara kami Karzai dan orang-orang Afghanistan melawan ancaman utama ini, yang saya sebut sebagai sebuah kanker,” kata Zardari.
Karzai mengatakan Pakistan dan Afghanistan “seperti saudara kembar.” Ia menambahkan: “Penderitaan masing-masing adalah penderitaan bersama.”
Dua pemimpin munafik itu menemui presiden AS Barack Obama pada Rabu (6/5) kemarin.
Anthony Cordesman, mantan analis intelejen senior di departemen pertahanan AS mengatakan bahwa ‘pertaruhan’ ini ‘sangat luhur’ bagi AS, dan bagi Obama, dalam menjamin stabilitas di kedua negara yang presidennya adalah antek-antek mereka.
“Jika anda kehilangan Afganistan, pada hakekatnya tempat itu menjadi tempat perlindungan bagi Usamah bin Ladin, bagi gerakan ekstremis, sebagai medan latihan dan pusat terorisme di seluruh dunia,” kata Cordesman.
“Dan di dalam Pakistan, situasinya lebih lebih buruk. Disana ada tenaga nuklir, anda tidak tahu dimana senjata mungkin berakhir, anda hanya melihatnya secara potensial akan digunakan sebagai pusat kekuatan untuk menekan dunia Islam dan lagi-lagi sebagai pusat terorisme.”
Dan bodohnya, kedua pemimpin munafik negeri muslim itu malah melakukan pertemuan dan pembicaraan dengan AS di Washington di tengah-tengah kemarahan di Afghanistan atas kematian lebih dari 100 rakyat sipil oleh serangan AS.
Menanggapi insiden tersebut, Clinton mengatakan bahwa pihaknya benar-benar menyesal atas kematian tersebut dan berjanji untuk menghindari hal itu di waktu yang akan datang.
Obama berjanji untuk menyepakati strategi bersama dalam menangani situasi di kedua negara dengan menyebarkan 20.000 pasukan tambahan ke Afghanistan dan memberi bantuan miliaran dolar ke Pakistan.
Pertemuan tersebut ditujukan untuk mempromosikan kerja sama antara dua negara yang saling berdampingan tersebut, namun tetap dibayang-bayangi oleh kekhawatiran AS mengenai stabilitas Pakistan.
Richard Holbrooke, utusan khusus AS untuk Pakistan dan Afghanistan, menegaskan pada Selasa (5/5) bahwa Pakistan bukan negara yang gagal dan mengatakan bahwa Washington telah berusaha untuk mendukung pemerintahan Islamabad.
“Pakistan itu sangat penting bagi AS, strategis maupun politis. Tujuan utama kita adalah tidak lain adalah mendukung dan menolong stabilisasi Pakistan yang demokratis yang dipimpin oleh presiden terpilih Asif Ali Zardari,” kata Holbrooke di hadapan Kongres.
Holbrooke juga mengatakan bahwa Pakistan harus mulai memperlihatkan hasil usahanya dalam menjaga situasi keamanan di sepanjang perbatasan dengan Afghanistan.
“Pakistan harus memperlihatkan komitmen untuk mengusir al Qaeda dan kelompok lainnya dari perbatasan,” katanya.
Hubungan di antara Islamabad dan Kabul telah menegang karena situasi keamanan, melalui pejabat Afghan yang menuduh militer dan servis intelijen Pakistan mendukung kekerasan dan minim usaha dalam mencegah para mujahidin Taliban menyeberang batas antara kedua negara tersebut. (Althaf/alj/arrahmah.com)