(Arrahamah.com) – Syaikh Abu Umar Al-Baghdadi rahimahullah petinggi Al-Qaeda yang pernah menjabat sebagai Amirul Mukminin Daulah Islam Irak telah syahid (insya Allah) bersama dengan Syaikh Abu Ayyub Al-Masri rahimahullah pada 18 April 2010. Berikut ini adalah sebuah cerita dari seorang saudara kita yang pernah bertemu langsung dengan Syaikh Abu Umar Al-Baghdadi rahimahullah, kisah pertemuan yang sangat berkesan dengan pribadi yang ramah dan rendah hati meski menjabat sebagai Amirul Mukminin. Ditulis oleh saudara kita Shafiq, ia bercerita:
***
Semoga Allah merahmatinya
Suatu hari, aku sedang menontong sebuah program di TV tentang kesyahidan dua pahlawan, Abu Umar Al-Baghdadi & Abu Hamzah Al-Muhajir, rahimahumullah. Program tersebut membahas tentang riwayat hidup mereka dan menayangkan gambar Abu Umar. Aku berkata dalam hati, “aku pernah melihat orang ini”. Program TV tersebut juga menjelaskan tentang kota beliau, yaitu kota Haditsah, sebuah tempat dimana aku pernah tinggal selama masa-masa berjihad di Iraq. Ketika mereka menyebut masjid dimana yang menjadi imam sholatnya adalah Abu Umar, aku lalu berkata kepada orang-orang disekelilingku, “aku pernah sholat di masjid itu”. Ketika mereka menyebut nama panggilan awal Abu Umar dan nama tersebut adalah nama anaknya “Mahmud”, aku terkejut. Amir Daulah Irak tidak lain adalah Syaikh yang aku biasa sholat dibelakangnya di masjid terbaik di Haditsah.
Kisahku dengan Syaikh Abu Mahmud (alias Abu Umar), semoga Allah menerimanya, bermula ketika komandanku : Abu Al-Afghan memintaku untuk pergi bersamanya mengunjungi seseorang yang penting di kota Haditsah untuk mengkoordinasikan aktifitas tanzim dengan beliau. Waktu itu bertepatan dengan bai’at Syaikh Abu Mus’ab Al-Zarqawi kepada Syaikh Usamah bin Laden semoga Allah menjaganya.
Aku dan komandan Abu Al-Afghan pergi menjumpai Syaikh Abu Mahmud. Kami memberi salam padanya dan beliau mengundang kami untuk masuk ke dalam rumahnya dan menyambut kami dengan sangat ramah. Aku lalu merasa bahwa mereka hendak berbicara rahasia maka aku melangkah mundur. Syaikh Abu Mahmud berkata padaku, “Kemarilah, anda adalah orang yang mengajarkan kami agama kita.”
Itu adalah pertemuan yang menyenangkan yang mana kata-kata yang keluar seperti buah-buah pilihan. Syaikh Abu Mahmud bersifat terus terang, ramah dan baik hati. Tiap kali dia berbicara kepada komandan Abu Afghan, ia menyebutnya dengan “wahai syaikhku”. Dia bertutur kata yang benar dan menerima kebenaran itu dari siapa saja, dan ia memberi anjuran untuk memerangi orang-orang Amerika. Beberapa hari setelah pertemuan kami, Syaikh Abu Mahmud bergabung dengan Tanzim Al-Qaeda fi Bilad Rafidhain (Tanzim Al-Qaidah di negeri dua sungai).
Setelah itu, aku tidak lagi mengingat bahkan telah melupakan semua perjumpaan itu, sampai Syaikh Abu Umar al-Baghdadi terbunuh dan siaran TV itu menayangkan gambarnya dan riwayat hidupnya. Dengan itu aku lalu mengingat pertemuan tersebut dan aku mengingat sabda Rasulullah (saw): “Allah mengangkat orang-orang yang rendah hati kepadaNya”.
Syaikh Abu Mahmud menjadi Amir daulah Islam Iraq dan komandan kami Abu Al-Afghan menjadi salah seorang komandan militer tentara Islam Iraq, semoga Allah menerima keduanya ke dalam golongan para syuhada’.
Mereka yang tidak perduli siapa komandan (amir) dan siapa yang dikomandoi (ma’mur), karena mereka berjuang dan berperang demi kemuliaan agama. Mereka tidak perduli dengan remeh temeh dunia ini. Dimana saja mereka bisa menjadi penolong agama ini, itulah cita-cita dan tempat mereka.
Semoga Allah merahmati para syuhada’ kita, berkumpul bersama mereka dan diberi kebaikan dengan kepergian mereka.
Alhamdulillah Rabb Al-‘aalamiin
***
Diterjemahkan oleh: elbahry wordpress
source: Sada al-Malahem Magazine (diterbitkan oleh Al-Qaeda di Jazirah Arab)
(siraaj/arrahmah.com)