DARAA (Arrahmah.com) – Delapan warga sipil termasuk beberapa anak termasuk di antara 23 orang yang tewas Kamis (29/7/2021) dalam bentrokan paling sengit yang mengguncang provinsi Daraa Suriah sejak direbut oleh rezim, ujar laporan kelompok pemantau perang.
Penembakan artileri oleh pasukan rezim di desa Al-Yadudah, barat laut kota Daraa, menewaskan seorang wanita, anaknya, dan tiga anak muda lainnya, kata Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia (SOHR) yang berbasis di Inggris.
Tembakan artileri rezim juga menewaskan seorang anak lain dan dua pria di bagian lain Daraa, menurut SOHR, seperti dilansir Zaman Alwasl (30/7).
Kematian tersebut menjadikan jumlah korban bentrokan hari Kamis menjadi total 23 orang di seluruh provinsi, yang terletak di Suriah selatan.
Angka itu juga termasuk setidaknya delapan tentara rezim Suriah dan tujuh pria bersenjata yang berafiliasi dengan bekas kelompok oposisi, kata laporan itu.
Tentara rezim Suriah yang didukung Rusia dan pasukan sekutu merebut kembali Daraa dari pasukan oposisi pada 2018, sebuah pukulan simbolis bagi pemberontakan anti-pemerintah yang lahir di sana pada 2011.
Lembaga-lembaga negara telah kembali tetapi tentara masih belum dikerahkan di seluruh provinsi, dan pemboman balas dendam serta pembunuhan antara mantan tokoh oposisi dan pasukan rezim sejak itu menjadi rutinitas.
Ketegangan berkobar pada Kamis, yang mengarah ke apa yang disebut SOHR sebagai “bentrokan paling keras dan paling luas di Daraa sejak berada di bawah kendali rezim.”
Pertempuran dimulai ketika pasukan rezim menembakkan peluru artileri ke arah bekas pusat oposisi Daraa al-Balad bersamaan dengan tekanan dari darat, kata SOHR.
Sebagai tanggapan, kelompok bersenjata melancarkan serangan balik di banyak bagian pedesaan Daraa, di mana mereka merebut beberapa posisi rezim dan menangkap lebih dari 40 tentara rezim, menurut Observatorium.
Kedua belah pihak telah meningkatkan serangan artileri. (haninmazaya/arrahmah.com)