KARABAKH (Arrahmah.com) – Pasukan Armenia dan Azerbaijan telah terlibat dalam pertempuran sengit di wilayah Nagorno-Karabakh yang memisahkan diri, di tengah upaya diplomatik yang terburu-buru untuk mencapai gencatan senjata guna mengakhiri konflik terbaru yang telah menewaskan ratusan orang.
Shushan Stepanyan, juru bicara kementerian pertahanan Armenia, mengatakan pada Sabtu (3/10/2020) bahwa Azerbaijan telah melancarkan serangan skala besar baru, yang berhasil dipukul mundur oleh pasukan yang didukung Armenia yang kemudian melancarkan serangan balasan.
“Pertempuran sengit sedang berlangsung di sisi lain,” tulisnya di Facebook, seperti dilansir Al Jazeera.
Sementara itu, Kementerian Pertahanan Azerbaijan mengatakan pasukannya telah menghancurkan sejumlah besar peralatan militer milik militer Armenia.
“Saat ini, pasukan tentara Azerbaijan, yang berhasil maju ke arah yang diinginkan, menguasai benteng baru dan melakukan pembersihan wilayah dari musuh,” kata kementerian itu pada Sabtu pagi.
Nagorno-Karabakh dikendalikan oleh etnis Armenia yang didukung oleh Armenia dan telah menjadi subyek beberapa resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa yang menyerukan diakhirinya pendudukan tanah Azeri.
Pemimpin provinsi yang memisahkan diri, Arayik Harutyunyan, mengatakan dia sedang menuju ke depan dan bahwa “pertempuran terakhir” untuk wilayah itu telah dimulai, sementara Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan mengatakan bangsanya sedang menghadapi ancaman bersejarah.
“Kami mungkin menghadapi momen paling menentukan dalam sejarah ribuan tahun kami,” kata Pashinyan dalam pidatonya di hadapan bangsa pada hari Sabtu. Kita semua harus mengabdikan diri pada satu tujuan: Kemenangan.”
Kekuatan dunia telah menyerukan gencatan senjata sejak Ahad lalu ketika pertempuran di wilayah itu, yang secara resmi merupakan bagian dari Azerbaijan, pecah.
Pada hari Jumat, kementerian luar negeri Armenia mengatakan siap untuk bekerja dengan mediator internasional Prancis, Rusia dan Amerika Serikat untuk mencapai gencatan senjata dengan Azerbaijan. Sementara tiga negara menyerukan diakhirinya permusuhan, Turki dengan kukuh mendukung sekutunya Azerbaijan dan telah mengulangi bahwa penjajah Armenia harus mundur.
“Tuntutan dangkal untuk segera mengakhiri permusuhan dan gencatan senjata permanen tidak akan berguna kali ini,” Mevlut Cavusoglu, menteri luar negeri Turki, seperti dikutip oleh kantor berita Anadolu yang dikelola pemerintah Turki.
Baik Azerbaijan maupun Turki telah berulang kali membantah keterlibatan pasukan Turki dalam pertempuran tersebut, serta pernyataan Armenia, Rusia, dan Prancis bahwa pejuang oposisi Suriah bertempur di pihak Azeri.
Azerbaijan juga membalas, mengatakan etnis Armenia telah dikerahkan atau sedang dalam perjalanan untuk beroperasi sebagai pejuang teroris asing di pihak Armenia. (haninmazaya/arrahmah.com)