Basra (arrahmah) – Pertempuran sengit antara tentara Irak dan milisi Syiah di kota Basra di Irak selatan masih berlanjut dan kini masuk ke hari ketiga.
Sejumlah laporan mengatakan baku tembak juga terjadi di Hilla, di selatan Baghdad.
Lebih dari 70 orang tewas dan ratusan lainnya menderita luka-luka dalam aksi kekerasan beberapa hari terakhir ini yang dipicu oleh operasi angkatan bersenjata Irak terhadap milisi Syiah di Basra.
Bentrokan kekerasan juga terjadi di Kut dan ibukota Baghdad.
Pada hari Rabu, Perdana Menteri Irak Nouri al-Maliki memberi para milisi Syiah di Basra waktu 72 jam untuk meletakkan senjata mereka atau menghadapi “hukuman berat”.
Pemimpin Tentara Mehdi, ulama Syiah Moqtada al-Sadr, berbicara tentang kemungkinan melakukan perundingan untuk menghentikan kekerasan.
Tembak-menembak
BASRA
Kota ketiga terbesar, berpenduduk sekitar 2,6 juta Pusat perdagangan dan ekspor minyak Kawasan itu kaya akan sumber daya minyak 4.000 tentara Inggris berpangkalan di bandara internasional |
Polisi Irak di Kut mengatakan setidaknya 44 orang tewas dalam pertempuran antara tentara Irak dan AS melawan milisi Syiah, kata kantor berita AFP.
Di Basra, warga mengatakan mereka mulai kehabisan makanan dan air.
Kepala polisi Basra Abdul Jalil Khalaf mengatakan dia selamat dari upaya pembunuhan semalam, yang menewaskan para pengawalnya.
Juga dilaporkan terjadi serangan bom pada jalur pipa minyak di dekat Basra, yang menyalurkan minyak untuk ekspor.
Di ibukota, Baghdad, ratusan pendukung al-Sadr berkumpul di wilayah Sadr yang didominasi oleh warga Syiah, untuk menuntut pengunduran diri PM Maliki terkait operasi militer tersebut.
Wartawan BBC Crispin Thorol di Baghdad juga melaporkan tembak-menembak di daerah-daerah lain di Irak selatan juga tampaknya meningkat.
Perebutan kekuasaan
Pada malam hari dan pagi dini hari pertempuran terjadi di kota Hilla dan Diwaniya.
Pada Rabu malam, serangan udara oleh militer AS dilakukan untuk membantu tentara Irak di Hilla, yang menyebabkan beberapa korban jiwa.
Pertempuran itu tampaknya juga melawan para anggota Tentara Mehdi, milisi yang setia kepada Moqtada al-Sadr.
Tentara Mehdi selama setahun lebih melakukan gencatan senjata sepihak, yang menyebabkan penurunan aksi kekerasan secara umum di Irak.
Tidak jelas apa yang mendorong pemerintah Irak melancarkan operasi militer saat ini. Pemerintah mengatakan operasi dilancarkan untuk mengembalikan hukum dan ketertiban di Basra.
Namun, para pendukung al-Sadr mengatakan pemerintah berusaha menekan kekuatan milisi sebelum pemilihan lokal yang dijadwalkan bulan Oktober.
Para pengamat mengatakan yang diperebutkan adalah kendali atas satu-satunya kota pelabuhan di Irak dan kawasan yang kaya akan minyak. [bbc]