BAGHDAD (Arrahmah.com) – Pertempuran antara kelompok-kelompok jihad dan pejuang suku-suku muslim melawan pasukan rezim Syiah Irak yang dibantu milisi-milisi loyalisnya semakin meluas ke berbagai wilayah di Irak. Amerika Serikat telah mengumumkan pengiriman kapal induk untuk melakukan intervensi militer. Sementara itu pemerintah Syiah Iran mengumumkan kesiapannya untuk bekerja sama dengan Amerika dalam intervensi militer tersebut, Al-Jazeera melaporkan.
Sumber-sumber lokal mengatakan kepada Al-Jazeera bahwa para pejuang suku-suku muslim menguasai wilayah Uzhaim yang berada di Diyala utara, 90 kilometer utara Baghdad. Para pejuang suku-suku muslim juga wilayah Sa’diyah dan Jalula’ yang terletak di bagian timur propinsi Diyala setelah pasukan keamanan Irak mengundurkan diri dari wilayah tersebut.
Pertempuran sengit sampai hari ini masih meletus di propinsi Shalahuddin dan Baghdad. Rezim Syiah Nouri Al-Maliki menegaskan akan melancarkan serangan besar-besaran untuk merebut wilayah-wilayah yang telah dikuasai oleh para pejuang pada beberapa hari terakhir.
Pada hari Sabtu (14/6/2014) Menteri Pertahanan AS Chuck Hagel telah memerintahkan sebuah kapal induk AS untuk bergerak dari utara Laut Arab menuju Teluk Persia, sebagai persiapan jika Washington memutuskan intervensi militer di Irak.
Sementara itu presiden Iran Hasan Rouhani menyatakan kesiapan negaranya untuk bekerja sama dengan Amerika dalam intervensi militer guna memerangi apa yang ia namakan “para teroris” di Irak.
“Kami siap memberikan bantuan dalam kerangka hukum internasional. Namun saya rasa Iran tidak akan sampai melakukan intervensi militer karena kami yakin pasukan Irak mampu untuk mengusir para teroris. Dari pihak kami, kami akan melakukan segala tindakan yang diperlukan jika ada kelompok teroris manapun yang mendekati wilayah perbatasan kami dan membuat ancaman serta bahaya bagi keamanan kami,” kata Rouhani.
Jatuhnya kota Mosul ke tangan kelompok-kelompok jihad dan suku-suku muslim revolusinoner Irak mengundang pertanyaan besar di kalangan banyak pihak. Khususnya setelah 50.000 pasukan Irak mundur dari kota Mosul tanpa memberikan perlawanan terhadap kelompok jihad dan suku muslim. Banyak pihak menengarai ada skenario besar untuk melegalkan intervensi militer AS dan Iran di Irak.
(muhib al majdi/arrahmah.com)