ADEN (Arrahmah.com) – Sumber-sumber Barat mengacu kepada pernyataan pejabat boneka rezim Saleh melaporkan pada Kamis (16/6/2011) bahwa pertempuran di wilayah selatan Yaman kian intensif.
Pertempuran terjadi di provinsi Aden, Lahj dan Imarah Islam Abyan (bekas provinsi Abyan-red).
Pada Rabu pagi (15/6), unit Mujahidin Al Qaeda Semenanjung arab (AQAP) memasuki ibukota provinsi Lahj, Houta, meletuskan sebuah pertempuran panjang. Pertempuran berlangsung selama 12 jam, selama itu, Mujahidin berhasil menghancurkan beberapa basis militer tentara boneka dan markas kepolisian. Fasilitas ekonomi dan administrasi juga menjadi target serangan.
Di Rabu sore, Mujahidin menarik diri dan menuju pinggiran kota dan mengumumkan melalui pengeras suara bahwa mereka memberikan waktu 24 jam kepada polisi, tentara dan pejabat boneka untuk meninggalkan kota.
Pertempuran dilanjutkan di Houta pada Kamis. Target serangan Mujahidin secara langsung di pusat kota.
Bersamaan, pertempuran kembali pecah di abyan, sekitar kota Zinjibar, di mana pasukan rezim Saleh mencoba mengambil kembali Zinjibar selama dua minggu belakangan.
Dilaporkan bahwa Mujahidin menggunakan mortir. Pada gilirannya, pasukan rezim Saleh menggunakan artileri dan serangan udara. Sebelumnya dilaporkan juga bahwa tentara teroris AS berpartisipasi dalam serangan udara di Zinjibar.
Rabu lalu, unit mobile Mujahidin menyerang pusat ekonomi terbesar di Yaman, kota pelabuhan Aden.
Beberapa unit mobile Mujahidin menyerang posisi tentara boneka Yaman dan agen mata-mata, serta pos-pos pemeriksaan juga gedung administrasi.
Penembakan itu juga terdengar di Aden pada Kamis. Menurut televisi negara Yaman, pertempuran berlangsung sepanjang hari kemarin.
Pejabat rezim Saleh mengklaim mereka menangkap 10 orang di Aden yang dicurigai anggota Al Qaeda, namun tidak ada rincian yang diberikan. Pihak Mujahidin tidak mengeluarkan pernyataan apapun terkait kabar ini.
Terkait serangan Aden membuat menteri pertahanan boneka Yaman, Muhammad Ahmad Nosir menyatakan
“keprihatinan” mengenai kemampuan dari “penegak hukum” untuk menjaga kontrol atas Aden. Pada pertemuan dengan kepala pemerintahan dan polisi kota, ia mendesak mereka untuk bersatu melindungi diri mereka sendiri.
Statemen oleh menteri informasi Saleh, Hasan al-Lawzi sangat menarik disimak terkait peristiwa terakhir di Yaman. Pada Rabu, dalam sebuah konferensi pers di Sana’a, setelah pertemuan dengan duta besar AS, Feierstein, ia menyatakan bahwa perang melawan Al Qaeda bukanlah perang gerilya.
“Ini adalah perang antara tentara reguler, bukan perang gerilya. Mereka memiliki banyak pejuang dan senjata. Mereka ingin memperluas wilayah Imarah Islam dan untuk mengisolasi wilayah selatan negara. Al Qaeda ingin mengontrol rute komersial Yaman,” ujar Hasan al-Lazwi. (haninmazaya/arrahmah.com)