TRIPOLI (Arrahmah.id) – Pertempuran antara kelompok-kelompok bersenjata di ibu kota Libya telah menewaskan 13 orang dan melukai 95 orang, kata kementerian kesehatan pada Sabtu (27/8/2022), dalam jumlah korban resmi pertama untuk episode kekerasan terbaru.
Pernyataan kementerian di Facebook menyebutkan “angka awal korban pertempuran di Tripoli,” yang berkobar Jumat malam antara kelompok-kelompok yang mendukung pemerintah yang bersaing.
Pertempuran sengit meletus di ibu kota Libya semalam dan berlangsung hingga Sabtu pagi, dengan faksi-faksi yang bersaing saling tembak dan suara beberapa ledakan keras memantul di sekitar kota, lansir Al Arabiya.
Bentrokan itu terjadi di pusat kota Tripoli setelah salah satu kelompok terkuat di ibu kota menyerang pangkalan pasukan saingan, kata saksi mata, yang menyebabkan baku tembak berjam-jam yang membuat takut penduduk setempat dan menimbulkan kekhawatiran akan eskalasi yang lebih luas.
Tidak jelas apakah pertempuran itu secara langsung terkait dengan kebuntuan politik Libya atas kendali pemerintah, tetapi setiap bentrokan antara kelompok-kelompok kuat Tripoli dapat berisiko menarik faksi-faksi lain.
“Ini mengerikan. Saya dan keluarga saya tidak bisa tidur karena bentrokan. Suaranya terlalu keras dan terlalu menakutkan,” kata Abdulmenam Salem, seorang warga Tripoli tengah. “Kami tetap terjaga jika kami harus pergi dengan cepat. Ini perasaan yang mengerikan.”
Angkatan bersenjata utama yang mendukung masing-masing pihak dalam perselisihan politik Libya telah berulang kali dimobilisasi di sekitar Tripoli dalam beberapa pekan terakhir, dengan konvoi besar kendaraan militer bergerak di sekitar kota dan mengancam kekuatan untuk mencapai tujuan mereka.
Seorang pria tewas dalam penembakan itu, dua sumber medis dan seorang temannya mengatakan kepada Reuters. Gambar dan video yang dibagikan secara daring dari pusat kota, menunjukkan kendaraan militer melaju kencang di jalan-jalan, pejuang menembak dan penduduk setempat berusaha memadamkan api.
Ali, seorang siswa berusia 23 tahun yang menolak memberikan nama keluarganya, mengatakan dia melarikan diri dari apartemennya bersama keluarganya pada malam hari setelah peluru menghantam gedung mereka. “Kami tidak bisa tinggal lebih lama lagi dan bertahan hidup,” tambahnya.
Tidak ada komentar langsung dari kementerian dalam negeri dan kesehatan tentang pertempuran, yang berhenti di pagi hari. Universitas Tripoli mengatakan mereka menangguhkan kelas karena pertempuran. (haninmazaya/arrahmah.id)