DARAA (Arrahmah.com) – Pasukan rezim Suriah menembaki wilayah yang dikuasai pejuang oposisi di kota Daraa selatan yang bergejolak, Senin (30/8/2021), menewaskan sedikitnya satu orang, sementara gerilyawan menewaskan empat tentara rezim setelah pembicaraan yang ditengahi Rusia untuk mengakhiri kehadiran pejuang oposisi di daerah itu gagal.
Media rezim Suriah melaporkan bahwa pasukan rezim membalas tembakan pejuang oposisi di dalam kota Daraa dan bahwa serangan terhadap pos pemeriksaan tentara di kota itu menyebabkan empat tentara tewas dan 15 terluka. Mereka juga mengklaim beberapa warga sipil terluka dalam penembakan tersebut, lansir AP.
Oposisi menyalahkan rezim atas eskalasi tersebut, dengan mengatakan bahwa pasukan rezim meningkatkan serangan untuk memaksa pejuang oposisi menyerah.
Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia (SOHR) yang berbasis di Inggris, kelompok pemantau perang, mengatakan Divisi 4 (pasukan elit rezim Asad) dan orang-orang bersenjata pro-rezim mencoba menyerbu kawasan tua Daraa yang dikuasai pejuang yang dikenal sebagai Daraa al-Balad.
Setidaknya satu orang tewas dan lainnya terluka dalam penembakan di Daraa al-Balad, menurut pertahanan sipil oposisi Suriah, juga dikenal sebagai White Helmets.
Rusia telah menengahi kesepakatan baru untuk mengakhiri pertempuran baru-baru ini di Daraa di mana pejuang yang menolak kesepakatan harus meninggalkan wilayah tersebut.
Pekan lalu, pihak berwenang Suriah memerintahkan sekitar 100 pria bersenjata untuk meninggalkan Daraa al-Balad. Beberapa pergi ke daerah yang dikuasai oposisi di utara, tetapi lusinan menentang perintah dan tetap tinggal.
Sebagai bagian dari kesepakatan, pasukan rezim seharusnya memasuki Daraa al-Balad setelah kepergian orang-orang bersenjata oposisi. Pejuang yang menerima kesepakatan itu harus menyerahkan senjata mereka dengan imbalan amnesti.
Provinsi Daraa dikenal sebagai tempat lahirnya pemberontakan melawan Bashar Asad yang meletus pada tahun 2011 sebagai bagian dari pemberontakan Musim Semi Arab. Itu direbut kembali oleh pasukan rezim Suriah pada 2018. Asad sejak itu mendapatkan kembali kendali atas sebagian besar negara dengan bantuan Rusia dan Iran. (haninmazaya/arrahmah.com)