SIDON (Arrahmah.id) – Bentrokan terjadi pada Kamis malam (7/9/2023) di kamp pengungsi Palestina yang bergolak di Libanon selatan yang diguncang pertempuran mematikan beberapa pekan lalu, kata seorang koresponden AFP.
Pertempuran di kamp Ain al-Hilweh sekali lagi mempertemukan anggota gerakan Fatah pimpinan Presiden Palestina Mahmoud Abbas melawan faksi Islam, kata seorang sumber di pimpinan kamp Palestina, yang meminta tidak disebutkan namanya karena mereka tidak berwenang untuk berbicara kepada media.
Koresponden AFP di selatan kota Sidon, tempat kamp tersebut berada, melaporkan suara tembakan senjata otomatis dan peluncur roket.
Sejumlah keluarga yang terdiri dari perempuan dan anak-anak melarikan diri dari ujung utara kamp tempat bentrokan terkonsentrasi, tambah koresponden tersebut.
Ain al-Hilweh adalah rumah bagi lebih dari 54.000 pengungsi terdaftar. Kamp ini diciptakan untuk warga Palestina yang diusir atau melarikan diri selama perang 1948 yang bertepatan dengan berdirinya “Israel”.
Ribuan warga Palestina yang mencari perlindungan dari perang saudara di Suriah juga bergabung dengan kamp tersebut dalam beberapa tahun terakhir.
Pecahnya kekerasan biasa terjadi di Ain al-Hilweh, namun kekerasan berhari-hari yang dimulai pada akhir Juli menyebabkan 12 orang tewas dan puluhan lainnya luka-luka.
Bentrokan tersebut merupakan yang terburuk dalam beberapa tahun terakhir, dan terjadi pertikaian antara anggota Fatah dan faksi Islam.
Dengan terjadinya bentrokan baru, sekitar 200 orang mengungsi di sebuah masjid pada Kamis malam (7/9), kata koresponden tersebut, seraya menambahkan bahwa tentara Libanon telah memotong dua pintu masuk utara kamp tersebut.
Berdasarkan konvensi yang telah lama berlaku, tentara tidak memasuki kamp-kamp pengungsi Palestina, sehingga faksi-faksi tersebut sendirilah yang menangani keamanan.
Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) telah memperingatkan pekan lalu bahwa milisi bersenjata menduduki sekolah-sekolah di kamp tersebut, dan menyerukan “semua kelompok bersenjata untuk segera mengosongkan lokasinya”.
Libanon kecil menampung sekitar 250.000 pengungsi Palestina, menurut UNRWA.
Kebanyakan dari mereka tinggal di salah satu dari 12 kamp resmi di Libanon, dan menghadapi berbagai pembatasan hukum, termasuk dalam hal pekerjaan. (zarahamala/arrahmah.id)