Ketika bulan suci Ramadhan berakhir, sebagian besar negara di dunia merayakan Idul Fitri yang jatuh pada hari Ahad. Namun, Idul Fitri kali ini sangat berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya karena pandemi coronavirus terus melumpuhkan pergerakan manusia di seluruh dunia.
Negeri-negeri kaum Muslim seperti Turki, Qatar dan Indonesia telah menangguhkan sebagian besar kegiatan terkait Idul Fitri, termasuk sholat Id berjamaah di lapangan atau Masjid.
Di Arab Saudi, Masjid-masjid menyiarkan panggilan untuk sholat Id, tetapi tidak ada jamaah yang diizinkan untuk hadir, dengan orang-orang diminta untuk melakukan sholat di rumah, mirip dengan langkah-langkah sepanjang Ramadhan tahun ini.
Populasi Muslim minoritas, seperti yang ada di Amerika Utara dan Latin, juga merayakan Idul Fitri di bawah lockdown dan pembatasan terkait Covid-19.
“Tahun ini perayaan Idul Fitri akan menyedihkan,” kata Fuad Musa, dari Islamic Center Chili di Santiago, kepada Al Jazeera.
“Di satu sisi, ada kegembiraan yang datang setelah bulan puasa berakhir, tetapi tahun ini akan menjadi perayaan yang aneh dibanding dengan perayaan di tahun-tahun sebelumnya, di mana kita semua berkumpul, berdandan di pagi hari, melaksanakan sholat berjamaah,” tambahnya.
Ada lebih dari 5 juta kasus virus corona yang tercatat secara global hingga saat ini dan lebih dari 341.000 kematian.
Aktivitas virtual tuk rayakan Idul Fitri
Sebagai gantinya, organisasi dan individu Muslim menemukan alternatif teknologi dan virtual untuk menjaga tradisi Idul Fitri tetap hidup, seperti khutbah virtual, perayaan media sosial, dan lainnya.
Islamic Centre tempat Musa bekerja telah pada tahun-tahun sebelumnya mengundang ulama dari Timur Tengah untuk memberikan ceramah tentang Idul Fitri, yang dihadiri langsung oleh banyak orang di komunitas Muslim Chili -yang didirikan lebih dari 100 tahun di negara Amerika Latin.
Namun, karena pembatasan perjalanan, Musa mengatakan tidak ada pilihan selain mendengarkan khutbah dari ulama yang diundang melalui konferensi video.
“Kami pertama-tama melaksanakan sholat, kemudian mendengarkan Sheikh, kemudian kami akan menunjukkan makanan dan manisan kami secara online. Kami belum pernah melakukan ini sebelumnya.”
Di Inggris, Ramadan Tent Project (RTP) -yang mengorganisir ifthar komunitas di masa lalu, beralih ke kegiatan online bernama #MyOpenIftar tahun ini- akan terus “berinovasi berarti menjaga semangat tetap hidup” untuk Idul Fitri, Kepala Media RTP Rohmah Ahmed memberi tahu Al Jazeera.
“Perayaan Idul Fitri virtual kami akan mencakup segala sesuatu mulai dari kegiatan anak-anak bercerita dan membuat kerajinan, kelas olahraga, dan highlight dari #MyOpenIftar sepanjang Ramadhan.”
Dewan Hubungan Amerika-Islam (CAIR), sebuah kelompok hak-hak sipil yang berbasis di AS, juga mengumumkan akan menggunakan alat online untuk memungkinkan Muslim Amerika merayakan Idul Fitri.
Acara yang berjudul “#QuarantEid”, telah meminta orang-orang untuk mengirim foto dan video yang akan dikompilasi dan dibagikan oleh staf CAIR secara digital, termasuk di media sosial.
Foto-foto akan dibagikan di situs web CAIR dan platform media sosial mereka.
Di Uni Emirat Arab, di ibu kota Abu Dhabi, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata kota mengumumkan serangkaian konser online langsung dari 23 hingga 25 Mei, demikian dilaporkan media lokal Khaleej Times.
Penyanyi dan artis dari seluruh Timur Tengah akan tampil, termasuk penyanyi dan bintang Irak Kathem Al-Saher, yang konsernya disiarkan langsung di YouTube pada hari Ahad.
Kegiatan Amal Idul Fitri
Distribusi makanan dan barang-barang pokok lainnya ke masyarakat miskin adalah kebiasaan penting yang terjadi pada Idul Fitri.
Ahmed dari RTP mengatakan organisasi itu telah mendistribusikan makanan selama bulan Ramadhan dan akan terus melakukannya untuk Idul Fitri, dengan dukungan dari LaunchGood, sebuah platform crowdfunding online yang telah menjadi mitra penggalangan dana resmi RTP selama beberapa tahun.
“Kami juga dapat terus memberi makan masyarakat yang rentan selama lockdown, dengan menyediakan ratusan makanan hangat dan makanan manis sebelum perayaan Idul Fitri,” tambahnya.
Sebelumnya, makanan akan didistribusikan di tempat di acara Buka Puasa Terbuka, dan sukarelawan akan berkumpul di Hari Raya untuk mengucapkan terima kasih.
Tahun ini, Ahmed berkata: “Relawan telah menjangkau Masjid-masjid lokal, restoran dan asosiasi perumahan untuk membagikannya kepada kami, karena mereka memiliki proses resmi untuk mendistribusikan makanan di bawah pedoman jarak sosial.”
Demikian pula, Persatuan Misi untuk Bantuan dan Pembangunan (UMR), sebuah badan amal nirlaba yang berbasis di AS, harus menyesuaikan metode mereka untuk dapat melayani masyarakat miskin dan rentan di Idul Fitri ini.
Abdul Ghani Ismail, perwakilan UMR di Kenya, mengorganisir sukarelawan dan staf lokal secara virtual pada hari Sabtu untuk mempelopori distribusi lokal kebutuhan dasar dan mainan untuk anak-anak di berbagai kota di negara Afrika Timur.
“Di masa sebelum pandemi, saya sendiri akan pergi dan mengawasi distribusi makanan dan hadiah Idul Fitri ke cabang-cabang lokal kami di berbagai tempat di Kenya,” kata Ismail kepada Al Jazeera dari ibukota Nairobi, menyebutnya sebagai tugas “etis” untuk hadir selama pengiriman makanan ini.
Namun, pembatasan yang ditetapkan oleh pemerintah Kenya tahun ini berarti ia tidak dapat melakukan perjalanan ke luar Nairobi dan dipaksa untuk memenuhi tanggung jawabnya melalui Zoom, Skype dan WhatsApp.
Dia mengatakan kelompok itu juga membagikan Zakat Fitrah, di kota Garissa dan Wajir.
Orang-orang yang menerima bantuan termasuk anak yatim, rumah tangga yang dikepalai wanita dan orang cacat, tambahnya.
Ismail juga tidak dapat menemui keluarganya di Eastleigh, sebuah lingkungan di Nairobi, dan harus menghubungi mereka secara online. Eastleigh telah dikunci sejak awal bulan ini karena lonjakan kasus coronavirus. (haninmazaya/arrahmah.com)