POSO (Arrahmah.com) – Seorang personel senior Detasemen Khusus (Densus) 88 bernama Yoce Wartabone mati di Poso, namun banyak warga Poso yang merasa bersyukur atas kematian yang menimpa Yoce tersebut.
Mengutip Kiblat.net, kematian Yoce Wartabone, anggota Densus tersebut terjadi beberapa waktu lalu, tepatnya hari Rabu 22 Juni 2016.
Peristiwa itu terjadi saat Yoce mengajak anaknya untuk jalan-jalan selepas Subuh, yakni sekitar pukul 07.00 wita di daerah Desa Bukit Bambu Poso melalui jalan dari Kelurahan Sayo.
Pada saat menikmati pemandangan udara pagi di atas jalan pengunungan desa Bukti Bambu, tiba-tiba motor matic yang digunakan Yoce dan anaknya terperosok masuk ke jurang.
Pukul 08.00 wita Adin, putra Yoce (9 th) yang selamat berusaha mencari pertolongan, sementara Yoce terpental masuk ke dalam jurang. Luka parah di bagian kepala membuat nyawa angggota Densus 88 senior di Poso ini tidak dapat ditolong.
Banyak kerabat dan kenalan merasa terkejut dan berbela sungkawa atas meninggalnya anggota Densus 88 ini. Namun anehnya, banyak pula warga poso yang merasa bersyukur atas kejadian yang menimpa Yoce tersebut.
Usut punya usut, lansir Kiblat.net, ternyata semasa menjadi anggota Densus Yoce kerap berlaku arogan dan sadis kepada para terduga anggota Santoso. Hal ini sudah menjadi rahasia umum. Nama Yoce memang langsung naik daun setelah mengungkap, memberikan informasi dan menangkap para aktivis muslim yang diduga terlibat dalam aksi-aksi di Poso.
Masyarakat Poso pada umumnya pun ternyata juga merasakan sikap arogan anggota Densus tersebut. Yoce diketahui sempat memukul tukang ojek hanya karena dirinya merasa dimata-matai. Padahal tukang ojek itu memang tukang ojek asli dan bukan sedang memata-matainya.
Seorang pemuda Poso bahkan sempat mengomentari kematian Yoce dengan nada pedas. “Syukur Yoce meninggal, saya mau badero (menari adat poso) nanti saat pulang di rumah, ungkap pemuda yang tak mau disebut namanya itu.
Pada hari kematiannya, jenazah Yoce langsung dibawa ke kampung halamannya di Gorontalo.
(azm/arrahmah.com)