WASHINGTON (Arrahmah.id) – Pers internasional menyoroti meningkatnya ancaman “Israel” terhadap operasi militer yang akan segera terjadi di kota Rafah, selatan Jalur Gaza, dan bahaya yang mungkin ditimbulkan akibat kehadiran sejumlah besar pengungsi di sana, selain isu-isu terkait perang Gaza.
Dalam konteks ini, surat kabar Inggris Financial Times memperingatkan bahaya operasi militer skala besar di Rafah, karena laporannya didasarkan pada citra satelit yang menunjukkan bagaimana sejumlah besar pengungsi mengubah tampilan kota yang diinginkan Israel untuk menyerang.
Laporan tersebut mengindikasikan bahwa lokasi di Rafah telah dibom, dan mereka yang terjebak di sana tidak mempunyai pilihan lain.
Sebuah artikel di surat kabar “Israel” Haaretz mengatakan bahwa desakan Perdana Menteri “Israel” Benjamin Netanyahu untuk melawan Hamas hingga kemenangan penuh tercapai adalah ilusi.
Artikel tersebut menyimpulkan dari pernyataan Netanyahu baru-baru ini bahwa ia terlibat dalam banyak kontradiksi, termasuk pembicaraannya tentang penghancuran terowongan meskipun tujuannya sulit dicapai, dan operasi militer di Rafah meskipun sangat kompleks, selain jawabannya yang ambigu, hingga pertanyaan tentang masa depan Gaza dan ancaman dari Hizbullah Libanon.
Sebaliknya, surat kabar Prancis Le Monde mengatakan bahwa jaringan terowongan Hamas tetap utuh meskipun terjadi pemboman intensif “Israel” sejak awal perang.
Surat kabar tersebut mengutip sumber militer Prancis yang mengatakan bahwa menghancurkan terowongan seperti yang terlihat di Gaza hampir mustahil, menunjukkan kegagalan berbagai jenis bom untuk mencapai terowongan tersebut dan kegagalan rencana untuk membanjiri terowongan tersebut dengan air.
Adapun surat kabar Inggris The Independent menyinggung surat yang dikirim oleh Doctors Without Borders kepada Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak, yang menyatakan bahwa semakin banyak bukti bahwa tentara “Israel” sengaja menargetkan jurnalis.
Organisasi tersebut menyatakan bahwa mereka telah mengajukan dua pengaduan ke Pengadilan Kriminal Internasional mengenai kejahatan terhadap jurnalis di Timur Tengah sejak 7 Oktober, dan menekankan perlunya menekan “Israel” agar mengizinkan dokumentasi operasi militernya.
Sementara itu, surat kabar Amerika The Wall Street Journal mengatakan bahwa pembunuhan seorang pemimpin terkemuka Brigade Hizbullah dalam serangan Amerika di Irak meningkatkan tuntutan pengusiran pasukan koalisi internasional.
Menurut surat kabar tersebut, serangan tersebut menambah ketegangan antara Baghdad dan Washington, dan meningkatkan tekanan rakyat dan politik terhadap pemerintah Irak sehubungan dengan penarikan pasukan koalisi pimpinan AS dari wilayah Irak. (zarahamala/arrahmah.id)