IDLIB (Arrahmah.com) – Pemilik akun Twitter terkenal @MzmjerSh, anggota kelompok perlawanan di Suriah, mengungkapkan bahwa kelompok Ahrar Syam mengalami perpecahan besar dalam internal mereka.
“Ahrar Syam saat ini sedang menyaksikan titik balik besar, karena sekitar 1.000 pejuang telah membelot. Perpecahan terjadi sebagai akibat dari perselisihan dengan pimpinan gerakan atas beberapa reformasi internal yang dituntut oleh mereka,” kata @MzmjerSh, seperti dilansir Al Monitor (6/7/2021).
Dia menambahkan, “Pemimpin Ahrar Syam Amer al Sheikh mencoba mengecilkan pentingnya perpecahan ini dengan mengatakan bahwa yang membelot tidak lebih dari 300 orang saja. Sheikh tampaknya tidak menyadari bahwa perpecahan seperti itu akan memberikan pukulan telak bagi gerakan dan akan diikuti oleh lebih banyak pembelotan yang menyebabkan gerakan itu benar-benar runtuh.”
Dia mengatakan bahwa sejumlah besar anggota Ahrar Syam ini membelot ke Jabhah Shamiyyah karena mereka paling dekat dengannya. Namun Jabhah Shamiyyah tidak terlalu antusias dengan kondisi itu. Mereka mempertimbangkan beban keuangan yang meningkat dan langkah ini juga ditentang oleh Turki.
Sementara itu, sumber-sumber dalam Ahrar Syam mengatakan kepada Al Monitor bahwa pembelotan memang sedang berlangsung, tetapi tidak pada tingkat batalyon dan brigade. Namun terjadi pada level individu yang memiliki sedikit konsekuensi.
Tercatat sekitar 400 anggota Ahrar Syam dari wilayah Homs telah bergabung dengan Jabhah Shamiyyah awal tahun ini. Anggota wilayah Homs ini setara dengan sepertiga pasukan elit tempur Ahrar Syam.
Abu Amer al Homsi, salah satu pemimpin yang baru-baru ini membelot dari Ahrar Syam, mengatakan kepada Al Monitor, “Kami meninggalkan Ahrar Syam karena semua persaingan di tingkat kepemimpinan. Kami tidak memiliki panutan lagi untuk diikuti dan gerakan itu berubah menjadi kelompok-kelompok yang memperebutkan posisi dan kepentingan, yang membuatnya kehilangan kekuatannya. Beberapa anggota membelot ke Hai’ah Tahrir Syam [HTS], yang lain mendukung FSA, atau bergabung dengan faksi lainnya. Belum lagi Ahrar Syam juga gagal membayar gaji beberapa anggota.”
Majd Kilany, seorang peneliti Jusoor Center for Studies yang berbasis di Idlib, mengatakan kepada Al Monitor, “Gerakan Ahrar Syam telah mengalami beberapa kesulitan sejak Sheikh mengambil alih dan membuat beberapa keputusan tanpa berkonsultasi pada tokoh-tokoh utama dalam gerakan tersebut. Ini terjadi pasca Ansari membelot dan bergabung dengan Jabhah Shamiyyah beserta pasukan khusus Ahrar Syam.” (hanoum/arrahmah.com)