GAO (Arrahmah.com) – Beberapa hari yang lalu terjadi kerusuhan di kota Gao, salah satu kota yang berada di wilayah Imarah Islam Azawad yang belum lama ini dideklarasikan. Bentrokan terjadi antara para demonstran warga setempat dengan Gerakan Nasional Pembebasan Azawad (MNLA) yang ditengahi oleh Mujahidin dari Jama’ah Ansar al-Din, Al-Qaeda di Maghrib Islam (AQIM), dan Tawhid wal Jihad.
Demonstrasi dipicu menyusul pembunuhan seorang kepala sekolah di Sekolah Shato bernama Idris Amr Miga yang diduga dilakukan oleh salah satu anggota MNLA. MNLA yang nampaknya tak terima, melepaskan tembakan kepada para demonstran yang menyebabkan korban jatuh dari warga sipil. Mujahidin berusaha untuk melerai bentrokan yang terjadi, namun tak disangka anggota MNLA juga melepaskan tembakan ke arah Mujahidin, namun Mujahidin menahan diri untuk membalas dan berhasil menjadi penghalang antara MNLA dan para demonstran. Hari berikutnya salah seorang Mujahid juga dibunuh oleh anggota MNLA yang akhirnya bentrokan terjadi. Mujahidin yang tak ingin bentrokan seperti itu terus berlangsung, akhirnya terpaksa menggunakan kekuatan untuk menangkap para anggota MNLA untuk menjaga darah kaum Muslimin tumpah kembali.
Redaksi arrahmah.com sengaja menahan diri untuk melaporkan bentrokan tersebut dan menunggu Mujahidin secara resmi mengeluarkan pernyataan untuk menjelaskan bentrokan internal itu, karena beberapa pihak memanfaatkan bentrokan tersebut dengan mengabarkan terjadi bentrokan sektarian atau antar partai di kota Gao, yang memungkinkan pihak musuh ikut campur dalam masalah internal di Azawad . Berikut terjemahan pernyataan AQIM, yang diwakili oleh komandan AQIM Khalid Abu al-Abbas, yang diterjemahkan dari AMEF:
***
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: (Al Quran) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa. (Ali Imran: 138)
Karena kami percaya bahwa klarifikasi kepada ummat adalah sebuah kewajiban, dan untuk memotong jalan atas distorsi dari fakta-fakta, kami melihat kami berkewajiban untuk mengklarifikasi beberapa poin yang penting dan dibutuhkan, tentang apa yang terjadi baru-baru ini antara Mujahidin dan Gerakan Pembebasan Azawad.
Sebagai pengenalan kami katakan:
Tujuan pertama atas keberadaan kami di kota Gao, adalah menjaga keamanan rakyat, dan melayani kepentingan-kepentingan publik, dan berusaha untuk menghentikan perpecahan antara berbagai formasi militer di kota ini, karena latar belakang dan kerumitan sejarah di wilayah ini mungkin sangat banyak, dan kami mengupayakan seluruh usaha dan kami memohon penerimaan dari Allah, dan setelah kami yakin bahwa berbagai faksi serta rakyat di kota ini telah memasuki satu langkah stabilitas dan masa depan ketenteraman dan kehidupan mulai kembali lagi ke kota ini, meskipun kesulitan-kesulitan dan pelanggaran hukum yang dianggap dari Gerakan Pembebasan Azawad, kami terkejut pada hari Selasa (26/6/2012) atas penembakan langsung dari peluru tajam dari anggota Gerakan Pembebasan Azawad dari atap markas utama Gerakan tersebut, melawan para demonstran yang berdemonstrasi karena pembunuhan salah satu dari kaum intelektual di kota ini, yang menyebabkan kematian dua orang, dan melukai 13 lainnya yang sedang berdemonstrasi.
Sehingga kami terpaksa ikut campur secara tiba-tiba, untuk menghentikan tumpahnya darah kaum Muslimin, dan kami mampu, dengan rahmat Allah, untuk menjadi penghalang antara para militan gerakan tersebut dan para demonstran yang berada dalam situasi kerusuhan parah, kami terkena tembakan langsung dari anggota gerakan tersebut, yang menyebabkan salah satu kendaraan kami dihantam peluru-peluru, tetapi kami menahan diri kami (untuk membalas -red), dan berhasil meyakinkan massa yang memberontak untuk pergi dan kembali beralih ke pengadilan Syariah, meskipun kami menyeru gerakan tersebut untuk menyerahkan orang yang terlibat ke pengadilan Syariah, dan pada hari berikutnya kami mendengar bentrokan baru di sekitar markas gerakan itu yang menyebabkan perkelahian antara para anggota gerakan itu dan sebuah kendaraan Mujahidin yang secara sewenang-wenang dihentikan dan kemudian seorang Mujahid dibunuh setelah ia ditembak dari atap markas gerakan tersebut sehingga bentrokan dimulai.
Setelah itu, anggota kami ikut campur untuk masuk ke dalam situasi itu dan mengevakuasi yang meninggal dan yang terluka ke rumah sakit, setelah konformasi dari tokoh-tokoh di gerakan yang memisahkan diri itu, ketika kendaraan kami sampai di medan operasi, kami terkena tembakan dari atap-atap markas gerakan itu, yang menyebabkan salah satu Mujahidin terbunuh karena kami sadar bahwa kami terkena upaya pengkhianatan yang disengaja, dan sebagai respon atas kesengajaan itu dan eskalasi intesif, kami memutuskan:
– Pengepungan penembakan tersebut dan turut campur tangan untuk menangkap mereka yang membunuh Muslim biasa dan Mujahidin.
– Kami menyeru kepada markas tersebut untuk menyerahkan diri tanpa bertempur dan meyakinkan setiap orang yang menyerahkan diri tidak akan dilukai.
Tragedi itu berkembang dengan cepat , kami masuk dalam keterlibatan langsung yang mana kami terpaksa, setelah itu menyerbu markas itu dan menangkap mereka di dalamnya.
Sekelompok militan gerakan itu ditangkap dan sekelompok dari mereka melarikan diri ke bandara Korogou di kota Gao, semua yang terbunuh dari Mujahidin dan para pejuang Gerakan tersebut telah dikuburkan, dan semua yang terluka telah dipindahkan ke rumah sakit untuk perawatan, dan saya memerintahkan untuk tidak membahayakan siapapun yang menyerahkan diri, dan mereka -para tahanan- diperlakukan dengan baik.
Pada hari berikutnya, saya memberikan sinyal untuk kelompok Gerakan itu yang berada di sekitar bandara tersebut untuk dievakuasi, karena takut akan bentrokan baru terjadi untuk menjaga darah kaum Muslimin.
Berdasarkan hal-hal di atas kami menekankan hal sebagai berikut:
– Kami terpaksa menggunakan kekuatan dan itu terbatas dalam waktu dan tempat.
– Dengan langkah militer ini kami tidak berniat untuk mendeklarasikan perang terhadap pihak manapun, dan tidak juga terhadap setiap anggota dari Gerakan tersebut, seperti yang diklaim oleh kepemimpinan Gerakan itu, karena ini sebuah akhir dari ketidakadilan yang disengaja, pelanggaran hukum dan pembunuhan, yang datang dari markas utama Gerakan itu.
– Kami tidak ingin dan tidak akan menjadi bagian dari konflik Jahiliyah antara partai politik atau rasial atau regional, dan standar kami adalah Syariah yang benar, tidak seperti apa yang dikabarkan oleh beberapa pihak bahwa peristiwa ini adalah konflik antara orang-orang Tuareg dan Arab.
– Kami telah memutuskan untuk membebaskan semua tahanan dan menyerahkan mereka kepada keluarga mereka dengan jaminan dari para tetua dan orang-orang ‘alim.
– Kami memperingatkan kepada semua yang ingin memanfaatkan situasi ini untuk membuat wilayah ini memasuki perang dan konflik rasial, atau bekerjasama dengan kekuatan asing yang mengintai ke wilayah ini, karena kami tidak akan tingal diam, dan akan menangani setiap peristiwa dengan tegas berdasarkan Syariah.
“kami hanya menyaksikan apa yang kami ketahui, dan sekali-kali kami tidak dapat menjaga (mengetahui) barang yang ghaib.” (Yusuf: 81)
Wa’alaykumussalam warahmatullahi wabarakatuhu
Saudara kalian,
Khalid Abu al-Abbas
***
(siraaj/arrahmah.com)