MANILA (Arrahmah.com) – Presiden Filipina Rodrigo Duterte mengucapkan syukur kepada Allah karena kemajuan disahkannya Undang-Undang Organik Bangsamoro (BOL), tetapi ia terus menyerang anggota kependetaan Katolik.
Berbicara di depan banyak orang yang didominasi Muslim dalam pertemuan perdamaian untuk ratifikasi BOL di Kota Cotabato pada Jumat (18/1/2019) malam, Duterte menegaskan kembali bahwa ia bukan Katolik, dan mengkritik para pemimpinnya, yang ia sebut “gila.”
“Ada bagian dari diri saya yang sebenarnya adalah Islam. Itu sebabnya jika saya dan para pendeta ‘gila’ itu bertengkar, saya bukan seorang Katolik. Saya Islam. Itu benar,” ujarnya dalam pidatonya, sebagaimana dilansir Manila Times, Ahad (20/1/2019).
“Tuhan pasti baik untuk kita. Fakta bahwa kita telah mencapai titik ini setelah bertahun-tahun melakukan negosiasi dan interupsi. Kita di sini. Insya Allah. Tuhan itu agung. Allahu Akbar,” lanjut Duterte.
Pernyataan Duterte tersebut datang sehari setelah Malacañang (istana Presiden Filipina) mengatakan kepada para pemimpin Gereja Katolik untuk tidak ikut campur dalam urusan Presiden menjalankan pemerintahan.
Juru bicaranya, Salvador Panelo, mengatakan ‘omelan’ Presiden terhadap kependetaan dan ajaran-ajaran Katolik seharusnya tidak membuat khawatir para uskup mengingat keberadaan gereja yang sudah lama.
“Karena itu tidak perlu bagi beberapa pemimpin gereja untuk merasa tertekan dan memanifestasikan komentar tidak menyenangkan mereka terhadap Presiden, terutama sehubungan dengan bagaimana Presiden menjalankan pemerintahan,” ujar Panelo.
Pejabat Istana membuat pernyataan tersebut setelah Uskup Agung Lingayen-Dagupan Socrates Villegas menyatakan keprihatinan atas kesehatan Duterte.
“Uskup Agung Lingayen-Dagupan Socrates Villegas telah menyatakan keprihatinannya tentang Presiden dan mengatakan bahwa pernyataan Gereja yang terakhir mungkin tidak baik untuk kesehatan dan statusnya sebagai pemimpin negara,” kata Panelo.
Duterte, yang lahir dan besar sebagai seorang Katolik, kerap menyerang Gereja dan ajarannya.
Tahun lalu, dia menuai kritikan setelah menyebut Tuhan “bodoh.”
Setelah itu, terpaksa ia melakukan dialog dengan para pemimpin gereja setelah kata-katanya tersebut.
Setelah mendapat kecaman akibat pernyataan kontroversialnya tentang Tuhan, Duterte pun mengaku secara blak-blakan bahwa ia sudah berhenti menjadi seorang Katolik.
Duterte mengatakan hal ini dengan menyinggung adanya insiden yang mengerikan. Dia diduga mengalami pelecehan seksual oleh seorang pendeta.
“Sesuatu yang mengerikan terjadi ketika kita masih muda. Sementara mengaku, kami sedang dibelai. Jadi ketika saya lulus, saya bukan lagi seorang Katolik. Saya bukan lagi seorang Katolik pada usia itu,” kata Duterte seperti dikutip Asia One.
(ameera/arrahmah.com)