TEPI BARAT (Arrahmah.com) – Selama 14 tahun terakhir, pembangunan pemukiman “Israel” berlangsung terus menerus di Tepi Barat yang kemudian secara bertahap telah memutus desa Burqa, yang terletak di sebelah timur Ramallah, menjadi terasing dari daerah sekitarnya.
Sejak tahun 2000, “Israel” telah memblokir jalan utama ke desa itu, yang saat ini berada di antara empat permukiman “Israel” yang dibangun di atas sebagian besar wilayah lahan pertanian yang dirampas secara paksa dari waktu ke waktu oleh Pasukan “Israel” dari pemiliknya warga Palestina.
“Pembangunan pemukiman “Israel” telah membuat keluarga saya merugi,” Abdul-Munim Ma’atan, warga Palestina dari desa Burqa, mengatakan kepada Anadolu Agency.
Ma’atan mengatakan bahwa pemukim “Israel” terus menahan seluas 24 dunam tanah pertanian milik warga Palestina, meskipun mereka telah memiliki bukti kepemilikan.
Untuk mencapai desa Burqa, setiap orang harus melewati tujuh desa lainnya dan melintasi jalan raya – yang warga Palestina dilarang untuk menggunakannya – yang mengarah ke pemukiman “Israel”.
Ma’atan mengatakan, sebelum penutupan jalan utama desa itu, perjalanan pulang-pergi ke Ramallah hanya membutuhkan waktu tujuh menit, dan sekarang mereka harus memutar dan itu memerlukan waktu energi.
Dia menambahkan: “Kita seperti hidup di penjara yang terbuka.”
Ahmad Barakat, kepala dewan lokal Burqa, mengatakan bahwa biaya transportasi melonjak dari 1,5 hingga delapan shekel “Israel” (sekitar $ 2) sejak “Israel” memblokir jalan utama desa itu.
“Dua ribu dunam tanah telah disita [oleh Israel] untuk membangun empat permukiman, yang mengepung Burqa di semua sisi: pemukiman Koukab Yakoub di sebelah barat, pemukiman Basghout di sebelah selatan, pemukiman Migron di sebelah timur dan pemukiman Asaf di sebelah utara,” katanya.
“Israel” terus membangun permukiman Yahudi di Tepi Barat – yang diduduki oleh “Israel” pada tahun 1967 – meskipun telah menuai kritik internasional dan dianggap melanggar hukum.”
Selain itu, pemukim “Israel” sering menyerang warga Burqa, secara rutin menyerang hewan ternak, menebang pohon-pohon zaitun, dan mencegah petani Palestina mencapai tanaman mereka, kata Barakat.
Dia mengenang insiden yang tak terlupakan pada tahun 2011 ketika pemukim Yahudi membakar masjid satu-satunya di desa itu dan menuliskan slogan-slogan anti-Muslim pada dinding-dindingnya.
Barakat menambahkan bahwa penduduk setempat juga menghadapi kesulitan untuk mendapatkan izin membangun rumah dari pemerintah “Israel”, yang telah mengubah desa Burqa yang merupakan tempat tinggal bagi sekitar 2.500 warga Palestina. Semuanya berubah seperti sebuah kamp pengungsi.
Daerah pemukiman Burqa diklasifikasikan sebagai “Area B” oleh kesepakatan Oslo II, yang ditandatangani antara “Israel” dan Otoritas Palestina (PA) pada tahun 1995.
Sejalan dengan ketentuan kesepakatan itu, Area B tunduk pada pemerintahan sipil Palestina dan administrasi keamanan “Israel”.
Akan tetapi, daerah pertanian desa Burqa merupakan bagian dari “Area C,” yang mencakup 61 persen dari Tepi Barat yang tunduk kepada kendali keamanan “Israel”. Di daerah ini, warga Palestina harus mendapatkan persetujuan dari pemerintah “Israel” untuk setiap proyek konstruksi yang direncanakan.
Banyak warga Burqa yang bergantung kepada pertanian dan peternakan-peternakan. Tetapi tingkat pengangguran dan kemiskinan telah meningkat secara dramatis karena dekatnya bangunan pemukiman “Israel” dan kondisi desa tersebut yang terisolasi.
Ahmad Habash, seorang pemilik peternakan yang tinggal bersama enam anaknya di sebuah rumah yang dibangun dari kaleng, mengatakan bahwa pemerintah “Israel” telah menolak untuk memberinya izin untuk membangun rumah di atas tanahnya, yang termasuk dalam area C.
“Sulit untuk menemukan tempat untuk mengembalakan ternak saya ketika permukiman “Israel” mengepung kami di semua sisi,” keluh Habash.
Ia menambahkan bahwa pemukim Yahudi telah berulang kali menyerang lahan pertaniannya. Pernah sekali, dia ingat, mereka telah membakar rumahnya, dan mencuri empat kudanya dan mengancam akan membunuhnya jika ia tidak menyerahkan lahan pertaniannya.
“Saya pernah mengatakan kepada seorang perwira militer “Israel” bahwa saya tidak akan pernah meninggalkan rumah saya.” Jika kalian meruntuhkannya, saya akan membangunnya kembali dalam waktu satu jam, saya mengatakan kepadanya,” kata Habash menantang.
(ameera/arrahmah.com)