ISLAMABAD (Arrahmah.com) – Kontraktor CIA dan mantan pegawai Blackwater, Raymond Davis telah keluar dari Pakistan setelah membunuh dua orang warga Pakistan dalam misi tak jelas.
Ini adalah kisah pembunuhan, penjara dan pembayaran klandestin, dibintangi oleh seorang mantan tentara Pasukan Khusus AS dalam badan intelijen suram, persaingan diplomat dan kontraktor militer swasta.
Otoritas boneka Pakistan membebaskan kontraktor CIA dari penjara pada Rabu (16/3/2011), setelah keluarga dari dua korban dilaporkan menerima uang ganti rugi yang disebut oleh otoritas boneka Pakistan sebagai “diyat” sebesar 2,3 miliar USD.
“Kasus ini menyoroti fakta bahwa AS terlibat dalam perang ‘rahasia’ di Pakistan-negara yang tidak menyatakan perang,” ujar Jeremy Scahill, penulis Blackwater : the Rise of the World’s Most Powerfull Mercenary Army.
Davis (36), pernah bekerja untuk Blackwater, kontraktor militer swasta yang kontroversial dan dikatakan bertanggung jawab atas pembunuhan warga sipil Irak, yang sejak saat itu berganti nama menjadi Xe Service LLC.
“Ia bekerja untuk Blackwater ketika perusahaan sedang mengerjakan kampanye pengeboman drone dengan JSOC (Kerjasama Komando Operasi Khusus) dan agen CIA terhadap individu bernilai tinggi di Pakistan,” lanjut Scahill seperti yang dilansir Al Jazeera.
Davis pemilik Hyperion Protective Consultant, menurut ABC News. Perusahaan ini menjual peralatan pengawasan dan menyediakan klien dengan “profesional manajemen kerugian dan resiko”.
Dalam dunia baru intelijen, individu dapat memakai topi yang berbeda pada waktu yang sama.
“Secara teori akan menjadi lebih mudah memiliki agen pemerintah yang melakukan pekerjaan kontraktor, mereka tidak dibayar banyak dan tidak ada profit margin yang didedikasikan,” ujar Eamon Javers, seorang penulis.
“Tidak ada yang abnormal mengenai kontraktor militer mengumpulkan intelijen, melakukan peperangan atau membantu dengan diplomasi,” ujar Christine Fair, pakar Pakistan di Universitas Georgetown.
“Cara kami (Amerika) melakukan bisnis, berperang, memberikan bantuan dan menjalankan kedutaan dilakukan melalui kontraktor,” lanjutnya.
siapa yang kebal?
Ketika otoritas boneka Pakistan menangkap Davis di Lahore, ia membawa alat-alat klasik agen mata-mata : pistol semiotomatis, berbagai set nirkabel, kamera, senter dan teleskop kecil.
Konflik umum antara Pakistan dan AS berkisar status diplomatik Davis. AS mengatakan kontraktor memiliki kekebalan diplomatik dari tuntutan sementara otoritas Pakistan membantah klaim tersebut.
Menurut Fair, masalah kekebalan diplomatik adalah sederhana dan “disalahartikan” dalam kasus Davis.
Davis adalah seorang kontraktor swasta atau pekerja formal kedutaan tidak penting bagi pertanyaan tentang kekebalan, katanya.
“Status anggota diplomatik angota staf diatur oleh negara pengirim.”
“Pemerintah Pakistan memiliki satu pilihan untuk dibuat, menerima persyaratan atau tidak. Pakistan menerima syarat dan mengeluarkan visa dan kemudian menerbitkan kembali.”
Tidak ada perdebatan tentang proses untuk mendapatkan kekebalan diplomatik ketika Pakistan dan Amerika telah menandatangani Konsepsi Wina yang menetapkan aturan.
Tapi Jeremy Scahill tidak yakin mengenai status diplomatik Davis. “Ada beberapa laporan bahwa AS berusaha mengklaim dia adalah seorang diplomatik setelah peristiwa terjadi,” lanjut Scahill.
Intrik
Banyak warga Pakistan termasuk oposisi sangat marah dengan serangan drone AS dan pembunuh lainnya di negeri ini, tapi itu bukanlah hal baru.
Intrik di sini memperhatikan identitas orang yang dibunuh Davis dan sifat misinya.
“Beberapa memperkirakan Davis berusaha mendokumentasikan antara agen intelijen Pakistan, ISI, dan Lashkar-e-Taiba yang akan mengekspos hubungan ISI dengan serangan Mumbai,” ujar Khan. AS dan DK PBB menunjuk Lashkar sebagai organisasi “teroris” internasional.
Pada Februari, Leon Panetta, direktur CIA mengatakan hubungan ISI dan CIA merupakan yang paling rumit yang ia temui selama di intelijen.
“Jika Davis menargetkan Lashkar atau mencoba membangun hubungan antara dia dan ISI, mungkin akan menjadi salah satu tempat sensitif untuk memukul ISI,” ujar Jeremy Scahill.
Dikatakan bahwa Davis bekerja di luar rumah aman di Lahore sebagai bagian dari sel CIA yang menyelidiki Lashkar.
“CIA bekerjasama dengan ISI dalam isu tertentu,” uja rFair. “Tapi dalam hal ini, mata-mata versus mata-mata.”
Uang berbicara
Kasus Raymond Davis menyebabkan sakit kepala untuk AS dan Pakistan.
Pembayaran uang “diyat” untuk keluarga korban yang dibunuh Davis merupakan kebiasaan yang berlaku di Pakistan dan solusi termudah.
Jumlah 2,3 miliar USD secara eksponensial lebih tinggi dari yang biasanya dibauyar AS untuk anggota keluarga ketika tentara AS membunuh sipil tak bersalah di Irak atau Afghanistan.
Pembayaran dalam jumlah besar menggambarkan pentingnya kasus tersebut. Uang yang disarankan oleh Departemen Luar Negeri AS untuk korban pembunuhan Balcwater saja hanya berkisar 5.000 USD.
“Yang lebih penting daripada uang adalah apa yang Pakistan dan AS tukar untuk pembebasan Davis?” ungkap Scahill. (haninmazaya/arrahmah.com)