AHMEDABAD (Arrahmah.id) — Seorang guru di sekolah swasta di Ahmedabad, Gujarat, dipukuli massa Hindu radikal usai karena menyelenggarakan acara sekolah yang memperlihatkan keberagaman dan penghormatan terhadap umat beragama di India.
Dilansir Hindustan Times (4/10/2023), dalam acara yang diselenggarakan pada 29 September lalu itu ada adegan dimana seorang murid melakukan shalat dan mengucapkan selamat Idul fitri.
Tidak suka adanya adegan itu, massa Hindu radikaldari kelompok Akhil Bharatiya Vidyarthi (ABVP) menerobos masuk di lingkungan sekolah dan memukulinya dengan beralasan bahwa guru itu memaksa siswa Hindu untuk melakukan adegan shalat.
Umang Mojidra, sekretaris unit kota ABVP di Ahmedabad, mengatakan sekolah tersebut menyelenggarakan sebuah acara pada tanggal 29 September yang disiarkan langsung di halaman Facebook mereka.
“Dalam acara tersebut, terlihat lima siswa kelas 2 yang semuanya berusia kurang lebih 7 tahun mengikuti shalat dan mengucapkan salam Idul Fitri kepada sesama siswa. Penting untuk dicatat bahwa baik guru maupun siswanya beragama Hindu. Guru meminta siswa untuk beradegan shalat, itu yang menyebabkan protes kami hari ini.” kata Mojidra.
Mojidra menambahkan bahwa mereka tidak bermaksud menyakiti guru musik bernama Maulik Pathak itu, namun beberapa pengunjuk rasa “mungkin secara tidak sengaja” sedikit mengasarinya.
Mojidra dan pengunjuk rasa lainnya menuntut kepala sekolah mengundurkan diri. Mereka dibawa ke kantor polisi oleh personel polisi dan segera dibebaskan setelahnya.
Kepala sekolah Kalorex Future School, Niraliben Dagli, mengatakan bahwa siswa yang beradegan orang shalat adalah seorang muslim namun 4 siswa lainnya yang berakting mengucapkan selamat Idul Fitri beragama Hindu
“Empat siswa lainnya beragama Hindu dan kami telah meminta persetujuan orang tua seluruh siswa peserta acara tersebut. Tidak ada yang punya masalah,” kata kepala sekolah Dagli kepada Hindustan Times.
“Pathak, seorang guru musik, menjadi sasaran kemungkinan karena dia terlihat bermain piano di latar belakang video. Penting untuk disebutkan bahwa acara shalat hanya berlangsung selama satu setengah menit,” tambahnya.
“Acara tersebut merupakan akting saja dan tidak ada yang dipaksa. Namun kami tidak tahu bagaimana mereka sampai di sini, mungkin orang tua yang menelepon mereka. Niat kami dibalik diadakannya acara tanggal 29 September ini bukanlah untuk menyakiti siapapun dan hanya bertujuan untuk mengedukasi siswa tentang festival kami,” kata Dagli.
Dalam surat permintaan maaf yang dikirimkan kepada para pengunjuk rasa yang menerobos masuk ke sekolah, pihak sekolah mengatakan demonstrasi shalat secara publik dilakukan pada acara tersebut pada tanggal 29 September.
“Dalam acara ini, ada salah satu siswa yang mengajari siswa lainnya cara shalat. Peristiwa ini menarik perhatian organisasi Hindu dan orang tua, sehingga memicu diskusi dengan otoritas sekolah yang melibatkan kelompok seperti International Hindu Parishad, Rashtriya Bajrang Dal, dan Rashtriya Swayamsevak Sangh. Melalui diskusi ini, otoritas sekolah menyadari gawatnya situasi ini dan mengakui kesalahannya,” kata surat itu. (hanoum/arrahmah.id)