SRINAGAR (Arrahmah.com) – Polisi pendudukan India di wilayah Jammu dan Kashmir telah menahan jurnalis dari kantor berita Kashmir News Observer (KNO), Sajid Raina, karena status WhatsApp-nya yang memperlihatkan 20 anak korban kapal terbalik pada 30 Mei 2006 di Danau Wular.
Pada gambar yang dia bagikan di status media sosialnya itu, Sajid hanya menyebutkan bahwa para korban itu mati syahid.
Usai unggahannya itu, Sajid Raina menerima telepon dari Kantor Polisi Bandipora yang mengabarkan kepadanya bahwa dia telah dituntut karena menyebut korban kapal tersebut sebagai syahid.
“Saya terkejut mendengar bahwa tuntutan FIR telah diajukan karena status WhatsApp sederhana tentang 20 anak yang meninggal pada 3 Mei 2006 ketika perahu mereka terbalik di Danau Wular. Ini benar-benar mengejutkan. Saya tidak tahu apa yang salah dengan status WhatsApp saya,” katanya, dikutip dari Kashmir Bylines (4/6/2021).
Sementara itu, KNO menyatakan telah memberi tahu petinggi kepolisian tentang masalah tersebut. Namun, tidak ada respon sama sekali.
Kantor berita telah mendesak Klub Pers Kashmir, Persekutuan Editor, dan organisasi media lainnya untuk memperhatikan masalah ini, karena para jurnalis di daerah pinggiran dilecehkan hari demi hari.
Sebelumnya, beberapa hari yang lalu, copy editor KNO juga dipanggil ke kantor polisi Bandipora karena cuitannya di Twitter tentang pemindahan pabrik Oksigen dan tidak berfungsinya ventilator di RSUD Bandipora (Fasilitas Perawatan Covid-19 Level III).
Editor KNO ditahan dan diinterograsi selama berjam-jam di kantor polisi untuk ditanyai motifnya membuat cuitan itu. (hanoum/arahmah.com)