DAMASKUS (Arrahmah.id) — Israel telah melancarkan lebih dari 100 serangan di seluruh Suriah pada hari Senin (9/12/2024), menurut Syrian Observatory for Human Rights (SOHR).
Meningkatnya serangan terhadap Suriah terjadi setelah jatuhnya rezim mantan Presiden Suriah Bashar al Assad, yang melarikan diri ke Rusia pada hari Ahad.
Dua sumber keamanan Suriah yang berbicara kepada Reuters (10/12) mengatakan Israel diduga kuat sedang memperlemah kekuatan perlawanan Suriah. Itu terlihat dari sasaran mereka yang menyerang pangkalan udara utama di seluruh negeri, menghancurkan infrastruktur, dan puluhan helikopter serta pesawat.
Serangan Israel ke Suriah di luar Dataran Tinggi Golan yang diduduki setelah penggulingan Bashar al Assad hanya boleh “sementara,” kata Amerika Serikat pada hari Senin, setelah Perserikatan Bangsa-Bangsa mengatakan Israel melanggar kesepakatan tahun 1974.
“Ini adalah tindakan sementara yang telah mereka ambil sebagai tanggapan atas tindakan militer Suriah untuk menarik diri dari wilayah itu. Sekarang, yang ingin kami lihat, pada akhirnya, adalah kesepakatan itu sepenuhnya ditegakkan, dan kami akan melihat apakah Israel melakukannya,” kata juru bicara Departemen Luar Negeri Matthew Miller kepada wartawan.
Ketika ditanya apakah Amerika Serikat meminta sekutunya untuk menarik diri, Miller mengatakan kesepakatan yang dicapai setelah Perang Yom Kippur tahun 1973 “termasuk penarikan Israel ke posisi sebelumnya”.
Ia menolak untuk menetapkan jadwal, sambil menunjuk pada situasi yang berubah cepat di lapangan di Suriah.
“Israel telah mengatakan bahwa tindakan ini bersifat sementara untuk mempertahankan perbatasannya. Ini bukan tindakan permanen, jadi pada akhirnya, yang ingin kami lihat adalah stabilitas yang langgeng antara Israel dan Suriah, dan itu berarti kami mendukung semua pihak untuk menegakkan perjanjian pelepasan tahun 1974,” kata Miller. (hanoum/arrahmah.id)