ALEPPO (Arrahmah.id) – Para pejuang dari kelompok bersenjata Hai’ah Tahrir Syam (HTS) telah menyerbu masuk ke kota Aleppo setelah melakukan serangan kilat, memaksa tentara rezim Suriah untuk mundur dari kota di bagian utara tersebut setelah delapan tahun.
Serangan kelompok perlawanan ini merupakan pertempuran paling sengit yang terjadi di barat laut Suriah sejak tahun 2020, ketika Rusia dan Turki menyetujui kesepakatan untuk meredakan konflik setelah pasukan rezim merebut wilayah yang sebelumnya dikuasai pejuang oposisi, lansir Al Jazeera (1/12/2024).
Pasukan rezim telah menguasai Aleppo sejak 2016, hampir setahun setelah Rusia melakukan intervensi untuk mendukung Presiden Bashar Asad.
Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan angkatan udaranya melakukan serangan pada Ahad (1/12) untuk mendukung tentara rezim Asad, kantor berita Rusia melaporkan.
HTS yang sebelumnya dikenal sebagai Jabhah Nushrah, ditetapkan sebagai kelompok teroris oleh Amerika Serikat, Rusia, Turki, dan beberapa negara lainnya.
Di Washington, Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih mengatakan bahwa mereka memantau situasi dengan seksama dan telah melakukan kontak dengan ibukota-ibukota regional selama 48 jam terakhir.
Protes damai meletus menentang Asad setelah protes Musim Semi Arab 2011. Namun tak lama kemudian, protes-protes tersebut berubah menjadi kekerasan dan kemudian berubah menjadi perang proksi setelah penumpasan yang meluas terhadap para tokoh oposisi dan para pengunjuk rasa.
Ratusan ribu orang telah terbunuh dan jutaan orang mengungsi sejak 2011. Sebagian besar pertempuran besar berhenti beberapa tahun yang lalu setelah Iran dan Rusia membantu rezim Asad untuk menguasai sebagian besar wilayah dan kota-kota utama. Pejuang perlawanan terdesak ke provinsi Idlib yang berbatasan dengan Turki.
Setelah tentara mengatakan bahwa mereka sedang mempersiapkan serangan balasan, serangan udara menargetkan pertemuan dan konvoi perlawanan di kota tersebut, surat kabar pro-Damaskus Al-Watan melaporkan.
Komando militer Suriah mengatakan bahwa pemberontak telah menyerang dalam jumlah besar dan dari berbagai arah, sehingga mendorong “angkatan bersenjata kami untuk melakukan operasi pemindahan yang bertujuan untuk memperkuat garis pertahanan untuk meredam serangan tersebut dan melindungi nyawa warga sipil dan tentara”.
Para pemberontak juga menguasai bandara Aleppo, menurut sebuah pernyataan dari ruang operasi dan sumber keamanan.
Pertempuran ini menghidupkan kembali konflik Suriah yang telah lama membara saat kawasan diguncang oleh perang “Israel” di Gaza dan Lebanon. Gencatan senjata antara “Israel” dan Hizbullah mulai berlaku pada Rabu. (haninmazaya/arrahmah.id)