GAZA (Arrahmah.id) – Setelah setahun penuh pengejaran di Jalur Gaza, ‘Israel’ mengatakan pada Kamis malam (17/10/2024) bahwa mereka akhirnya berhasil membunuh kepala biro politik Gerakan Perlawanan Islam (Hamas), Yahya Sinwar, selama bentrokan yang terjadi sehari sebelumnya di Jalur Gaza selatan.
Meskipun selalu membanggakan kemampuan intelijennya dan baru-baru ini menunjukkannya dengan beberapa pembunuhan besar di Lebanon, ‘Israel’ belum dapat mencapai target pertamanya selama setahun penuh, dan mungkin lebih.
Sinwar memainkan peran utama dalam kepemimpinan militer Hamas dan merupakan salah satu tokoh paling menonjol di Palestina, yang sering menjadi sasaran operasi ‘Israel’.
Kesyahidannya, – jika benar terjadi, mengingat Hamas belum mengeluarkan pernyataan apa pun hingga saat ini – dalam bentrokan dalam pertempuran tersebut tentu merupakan pukulan besar bagi gerakan Hamas dan perlawanan Palestina.
Lalu, apakah perlawanan akan meredup dan patah semangat? Adalah hal yang dangkal jika berpikir bahwa dengan membunuh Yahya Sinwar akan menghentikan Palestina mempertahankan tanah mereka. ‘Israel’ telah membunuh ratusan pemimpin, termasuk Yasser Arafat (Abu Ammar), Syaikh Ahmad Yassin, Abdul Aziz al-Rantisi, Abu Ali Mustafa, Ismail Haniyeh, dan banyak pemimpin lainnya.
Namun hasilnya selalu sebaliknya: perlawanan tumbuh lebih ganas, lebih kuat, dan lebih bertekad.
Dua pakar politik mengonfirmasi bahwa Gerakan Perlawanan Islam (Hamas) sepenuhnya siap untuk melanjutkan kerja perlawanan dan mengisi kekosongan kepemimpinan jika kepala biro politik gerakan tersebut syahid.
Menurut pembacaan politik atas situasi terkini, penulis dan peneliti politik Palestina Sari Arabi mengatakan, “Jelas bahwa Hamas telah memperkirakan skenario seperti itu, dan mengatur urusannya serta membangun organisasinya atas dasar memiliki alternatif kepemimpinan yang siap bekerja setiap saat.”
Arabi menambahkan bahwa jika berita kesyahidan Sinwar benar adanya, maka hal ini membawa beberapa implikasi penting, yang diwakili oleh keunggulan Sinwar atas pendudukan ‘Israel’ dalam hal keamanan dan intelijen selama lebih dari setahun, meskipun ‘Israel’ berulang kali mengklaim bahwa dirinya dikepung.
Arabi juga menunjukkan kemampuan Sinwar untuk melanjutkan pekerjaan dan kepemimpinannya dalam gerakan tersebut hingga saat-saat terakhir, terlepas dari semua keadaan yang sulit dan kompleks, “saat ia mengadakan pertemuan, mengeluarkan instruksi dari atas tanah – dan tidak bersembunyi di terowongan, seperti yang dipromosikan ‘Israel’ – dan siap untuk bertempur dan berhadapan langsung, seperti yang terlihat pada gambar yang beredar yang memperlihatkan dirinya membawa senjata hingga ia menghembuskan napas terakhirnya.”
Sementara itu, pakar urusan ‘Israel’, Muhannad Mustafa, menggambarkan cara Sinwar menjadi syuhada (red: jika benar adanya) sebagai gambaran “keteguhan legendaris yang belum pernah kita lihat sebelumnya dalam sejarah konflik Palestina-‘Israel’.”
Ia menambahkan bahwa “Kemampuan Sinwar untuk tetap berada di daerah itu, bertempur dengan para pejuang, memimpin Hamas dari daerah itu, dan memimpin negosiasi dari daerah itu sendiri merupakan keteguhan yang tidak wajar, tidak logis, dan legendaris yang belum pernah terlihat sebelumnya.”
Mengenai dampak kesyahidan Sinwar terhadap masa depan gerakan, Mustafa tidak menyangkal bahwa “pukulan ini tentu berat, terutama karena terjadi setelah pembunuhan para pemimpin penting dalam gerakan tersebut, dengan menjelaskan bahwa hal itu akan meninggalkan kekosongan yang signifikan dalam sistem kepemimpinan Hamas.”
Namun, Mustafa menegaskan bahwa “kejutan ini tidak akan menjadi sebuah kecatatan dalam sistem operasi, sistem tempur, sistem pertahanan, dan sistem rudal perlawanan di Gaza.”
Mengenai masa depan perlawanan, Mustafa menunjukkan bahwa “pertempuran telah bergeser dari pasukan semi-reguler menjadi sistem geng dan kelompok-kelompok yang tersebar, di mana masing-masing berjuang sendiri tanpa komando operasional pusat,” menjelaskan bahwa “ini akan memberi organisasi keunggulan dalam perang atrisi, dan tidak akan membuatnya lemah.” (zarahamala/arrahmah.id)