YERUSALEM (Arrahmah.id) – Seorang tentara “Israel” tewas dan delapan lainnya terluka pada Kamis (22/2/2024) dalam operasi penembakan di dekat permukiman ilegal “Israel” di Ma’ale Adumim, sebelah timur Yerusalem yang diduduki.
Polisi “Israel” menyebut pejuang Palestina yang melakukan operasi tersebut tewas.
Dinas Keamanan Dalam Negeri “Israel” (Shin Bet), mengidentifikasi warga Palestina tersebut sebagai dua bersaudara Muhammad dan Kazem Zawahra – dari desa Al-Taamra – dan Ahmed Al-Wahsh dari Zaatara, dekat Betlehem.
Koresponden Al-Jazeera Walid Al-Omari melaporkan, mengutip sumber-sumber “Israel”, bahwa orang-orang bersenjata Palestina melepaskan tembakan ke pos pemeriksaan militer “Israel” di dekat desa Al-Za’im, sebelah timur Yerusalem yang diduduki.
ISRAELI MEDIA: An Israeli soldier was killed in a shooting at a military checkpoint east of Jerusalem.
FOLLOW OUR LIVE BLOG:https://t.co/3GzD7rYe3D pic.twitter.com/wvXDHDSboB
— The Palestine Chronicle (@PalestineChron) February 22, 2024
Pasukan pendudukan “Israel” mengirimkan bala bantuan dalam jumlah besar ke daerah tersebut dan menutup jalan di sana.
Menurut Channel 13 “Israel”, salah satu penyerang sengaja menabrakkan mobil hingga menimbulkan kecelakaan sehingga mengakibatkan kemacetan lalu lintas. Kemudian, tiga pejuang keluar dan menembaki kendaraan tersebut dengan dua senapan M-16 dan sebuah pistol, menewaskan dan melukai tentara.
Pemerintah kota Ma’ale Adumim meminta pemukim “Israel” untuk tetap tinggal di rumah mereka.
Penembakan di pos pemeriksaan militer dekat Ma’ale Adumim terjadi beberapa hari setelah operasi serupa terjadi di permukiman Kiryat Malachi, sebelah timur Ashdod, yang mengakibatkan tewasnya dua warga “Israel”.
‘Operasi Heroik’
Gerakan Perlawanan Palestina Hamas menggambarkan operasi tersebut sebagai tindakan “heroik”, dan menganggapnya sebagai respon alami terhadap pembantaian “Israel” dan kejahatan massal yang sedang berlangsung di Jalur Gaza dan Tepi Barat.
“Serangan pendudukan ke Yerusalem dan rencana mereka untuk mencegah jamaah mencapai Masjid Al-Aqsa selama Ramadhan tidak akan memberikan keamanan,” kata Hamas dalam sebuah pernyataan.
Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, 29.410 warga Palestina telah syahid, dan 69.465 terluka dalam genosida “Israel” yang sedang berlangsung di Gaza sejak 7 Oktober.
BREAKING: HAMAS OFFICIAL STATEMENT
“The Islamic Resistance Movement (Hamas) blesses the heroic operation south of occupied Jerusalem this Thursday morning, which is a natural response to the occupation’s massacres and crimes in the Gaza Strip and the occupied West Bank.
Our… pic.twitter.com/OfAFgwKhMP
— Sulaiman Ahmed (@ShaykhSulaiman) February 22, 2024
Selain itu, setidaknya 7.000 orang belum ditemukan, diperkirakan tewas di bawah reruntuhan rumah mereka di seluruh Jalur Gaza.
Organisasi-organisasi Palestina dan internasional mengatakan bahwa mayoritas dari mereka yang terbunuh dan terluka adalah perempuan dan anak-anak.
Lebih Banyak Senjata
Menteri Keamanan Nasional “Israel” yang berhaluan sayap kanan, Itamar Ben-Gvir, mengatakan bahwa warga “Israel” akan terus menerima senjata dari pemerintah.
Ben-Gvir menyerukan pembatasan kebebasan bergerak warga Palestina dan memberikan lebih banyak hambatan.
“Hak hidup bagi penduduk Yahudi di Tepi Barat lebih penting daripada kebebasan bergerak bagi penduduk Otoritas Palestina,” kata Ben-Gvir, menurut Times of Israel.
Politisi sayap kanan lainnya, Menteri Keuangan “Israel” Bezalel Smotrich menuntut persetujuan rencana ribuan unit rumah baru di Ma’ale Adumim dan permukiman ilegal di dekatnya sebagai tanggapan terhadap operasi Palestina.
“Serangan serius terhadap Ma’ale Adumim harus mendapat respon keamanan yang tegas namun juga jawaban dari permukiman,” tulisnya di X.
“Saya menuntut Perdana Menteri (Benjamin Netanyahu) menyetujui pembentukan dewan perencanaan tinggi dan segera menyetujui rencana ribuan unit rumah di Ma’ale Adumim dan seluruh wilayah,” lanjutnya.
Sejalan dengan agresi di Jalur Gaza, tentara “Israel” meningkatkan serangannya ke kota-kota besar dan kamp-kamp pengungsi di Tepi Barat, menewaskan ratusan orang dan menangkap lebih dari 7.000 warga sipil. (zarahamala/arrahmah.id)