MANAMA (Arrahmah.id) – Kelompok perlawanan yang berbasis di Bahrain, Brigade Al-Ashtar telah mengaku bertanggung jawab atas serangan pesawat tak berawak (drone) di pelabuhan Eilat (Umm Al-Rashrash) yang dikuasai ‘Israel’. Menurut pernyataan yang dikeluarkan pada Sabtu (4/5/2024), serangan yang terjadi pada 2 Mei tersebut menargetkan infrastruktur penting di pelabuhan, yang merupakan operasi pertama yang dilakukan kelompok tersebut.
Laporan tersebut muncul setelah laporan sebelumnya pada Kamis (2/5), bahwa faksi tersebut mengaku bertanggung jawab atas serangan pesawat tak berawak pada 27 April, yang menargetkan markas besar perusahaan ‘Israel’ Trucknet, yang berbasis di Eilat. Beberapa media massa menyamakan kedua insiden tersebut, sementara media lain mengklaim bahwa ini adalah serangan pertama dari dua serangan terpisah.
Kelompok tersebut mengatakan target-target tersebut dicapai untuk mendukung rakyat Gaza dalam perjuangan mereka melawan negara pendudukan. Pernyataan itu juga mengatakan operasi melawan ‘Israel’ akan terus berlanjut kecuali perang dan blokade di Gaza dihentikan.
Selama beberapa bulan terakhir, pelabuhan yang sama telah menjadi sasaran faksi-faksi lain dalam Poros Perlawanan, terutama angkatan bersenjata Yaman yang bersekutu dengan Ansarallah, Hizbullah Libanon, dan Perlawanan Islam Irak.
Blokade laut yang diberlakukan oleh Ansarallah, yang juga dikenal sebagai Houtsi, telah mengganggu aktivitas di pelabuhan sedemikian rupa sehingga pada Maret, Gideon Golber, CEO Pelabuhan Eilat, mengatakan: “Setiap bulan, kami memiliki antara 12 dan 13 kapal datang dan pergi, dan sekarang kami punya 0.”
Mengambil nama rekan Imam Ali, Malik Al-Ashtar, Brigade Al-Ashtar, cabang milisi Perlawanan Islam di Bahrain ditetapkan oleh pemerintah Bahrain sebagai organisasi teroris yang beroperasi di luar kerajaan, sebutan ini juga digunakan bersama oleh Amerika dan Inggris.
Meskipun rekaman persiapan untuk operasi April telah beredar secara online, Washington Institute mengatakan: “Medan terbuka dan rangkaian peluncuran drone yang santai membuat drone ini tidak mungkin diluncurkan dari Bahrain, sebuah lingkungan yang menyulitkan bagi Iran dan Saraya al-Ashtar bahkan untuk sekedar menyelundupkan manusia dan senjata ringan atau bahan peledak ke negara tersebut.”
“Kemungkinan besar milisi Irak memfasilitasi (dan mungkin sepenuhnya melakukan) peluncuran tersebut, mendedikasikan upaya tersebut kepada Saraya al-Ashtar untuk membantu menjaga citra mereka tetap hidup.” (zarahamala/arrahmah.id)