KABUL (Arrahmah.id) — Pemerintahan Taliban atau Imarah Islam Afghanistan (IIA) tengah membangun konsorsium perusahaan-perusahaan termasuk beberapa dari Rusia, Iran dan Pakistan. Menteri Perdagangan IIA, Noorudin Azizi, mengatakan langkah ini untuk menciptakan rencana investasi yang fokus pada listrik, pertambangan dan infrastruktur.
Azizi mengatakan, seperti dilansir Reuters (23/2/2023), konsorsium yang melibatkan 14 pengusaha dan kementeriannya menandatangani nota kesepahaman dengan perusahaan-perusahaan asing yang akan mengirim delegasi mereka ke Kabul. Delegasi itu akan melihat proyek senilai 1 miliar dolar AS.
Azizi mengatakan pemerintahannya fokus meluncurkan sejumlah rencana bisnis jangka panjang. Termasuk membangun konsorsium dan zona ekonomi khusus dan memperkuat keamanan.
“Rapat kabinet juga banyak membahas keamanan, komisi juga telah didirikan dan tempat-tempat persembunyian militan telah dihancurkan,” kata Azizi.
“Imarah Islam akan memastikan keamanan dan mendukung sektor swasta di bidang keamanan,” katanya.
Ia menambahkan selain proyek-proyek pertambangan dan listrik, konsorsium juga mengincar kemungkinan membangun terowongan kedua di terusan Salang yang menghubungkan utara Afghanistan dengan seluruh negeri. Selain itu juga proyek mengalihkan air dari Provinsi Panjshir di utara ke ibukota dan membangun kembali jalan tol yang menghubungkan Kabul dengan Provinsi Herat di sebelah barat.
Azizi mengatakan pemerintah IIA berencana untuk fokus membangun zona ekonomi khusus. Harapannya zona ini dapat menarik investasi asing.
Kementeriannya membantu membangun rencana mengubah pangkalan asing menjadi zona tersebut dan dewan yang berisi dari berbagai kementerian juga telah dibentuk. Ia menolak menjelaskan lebih rinci sementara detailnya sedang dibahas kementerian dan pemimpin senior lain.
Pengiriman minyak, gas dan gandum di bawah kesepakatan dengan Rusia tahun lalu sudah tiba di Afghanistan melalui jalur darat dan kereta. Ia mengatakan pembayarannya dilakukan melalui saluran perbankan meski sanksi membatasi banyak pembayaran internasional.
Ia tidak menjelaskan bank mana yang memfasilitasi pembayaran tersebut. (hanoum/arrahmah.id)