(Arrahmah.com) – Sesungguhnya akal merupakan salah satu tanda akan keagungan Allah ‘azza wa jalla. Di antara banyaknya kenikmatan yang Allah anugerahkan kepada hamba-hambaNya, akal inilah yang termasuk dari nikmat-nikmat yang agung itu. Akal yang salim (selamat) akan mampu membawa pemiliknya kepada kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat, karena dengan akal yang salim, seorang hamba mampu membedakan antara yang hak dan yang batil, mampu memilah dan memilih perkara-perkara yang bermanfaat untuk kehidupan dunia dan akhiratnya. Karena begitu istimewanya akal yang salim ini, Allah pun memberikan pujian kepada mereka yang memiliki akal yang salim ini. Allah ‘azza wa jalla berfirman dalam surah Al imran ayat ke-190,:
إِنَّ فِي خَلۡقِ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِ وَٱخۡتِلَٰفِ ٱلَّيۡلِ وَٱلنَّهَارِ لَأٓيَٰتٖ لِّأُوْلِي ٱلۡأَلۡبَٰبِ ١٩٠
Artinya:
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal.”
Dan yang menjadi salah satu bukti besar akan keagungan nikmat akal ini, di mana syariat telah menjadikan akal sebagai salah satu dari lima pokok hukum islam yang wajib dijaga keberlangsungannya oleh setiap muslim, yang kita kenal dengan istilah dharuriyat al khams.
Saudaraku, Sebagaimana jasad yang bisa rusak jika terkana penyakit, akal yang bak kompas yang bersemayam di dalam hati dan menahkodai seorang hamba pun bisa rusak.
Saudaraku, ketahuilah bahwa tiada perkara yang paling mampu merusak akal seorang hamba selain maksiat kepada Allah ‘azza wa jalla. Karena pada akal itu terdapat cahaya, sedangkan maksiat akan memadamkan setiap cahaya. Dan tatkala maksiat telah memadamkan cahaya akal, maka akal akan melemah kemudian berkurang hingga rusak.
Tidaklah seorang hamba bermaksiat kepada Allah hingga maksiat itu membuat akalnya hilang, yang demikian ini adalah perkara yang sangat jelas, karena jika seandainya ia memiliki akal, maka ia tidak akan berani bermaksiat padahal ia tahu bahwa jiwanya berada di tangan Allah, atau di bawah naungan kuasaNya, Allah senantiasa memperhatikannya, ketika ia tengah tidur dengan bantalnya, ada malaikat-malaikat yang melihatnya, Al-qur’an telah memberinya petunjuk, pun kematian telah menjadi sebaik-baik nasihat baginya. Adapun perkara yang tidak ia peroleh dari kebaikan-kebaikan dunia dan akhirat jumlahnya berlipat ganda, yang semua itu adalah kebahagiaan serta kenikmatan yang tidak akan ia rasakan dengan bermaksiat. Kemudian, apakah mereka yang memiliki akal yang salim kemudian lebih memilih kehinaan di atas maksiat atau mengurangi kebaikan-kebaikan itu hanya karena sebuah maksiat? (Al da’ wa al dawa’, karangan Ibn Qayyim Al jauziyah, hal 59)
Saudaraku, jika maksiat dapat merusak akal, maka dengan ketakwaan, ketaatan kepada Allah ‘azza wa jalla dan RasulNya adalah obat yang menjadi sebab akal bisa sembuh dan menjadi selamat.
Ya Allah, anugerahilah kami akal yang salim, yang dengannya kami mampu membedakan antara hak dan yang batil, yang membuat kami semakin bersyukur akan nikmat-nikmatMu yang tak terhingga. Amiin allahumma amin
Wallahu ta’ala a’lam
Sumber: wahdah.or.id
(*/Arrahmah.com)