Dalam buku Manhaj Haroki yang dikarang Munir Ghaddban -seorang sarjana muslim yang memilki konsen terhadap dunia sejarah peradaban islam-, beliau dalam bukunya memaparkan ada lima tahap estafeta perjalanan Rasulullah dalam upaya menegakkan kalimat Allah, tahapan itu:
- Siriyatud Da’wah Wa Sirriyatut Tandzim (dakwah tertutup dan struktur gerakan tertutup).
- Jahriyatud Da’wah Dan Sirriyatut Tandzim (dakwah secara terbuka dan struktur gerakan tertutup).
- Iqomatud Daulah (mendirikan negara).
- Ad Da’wah Wa Tastbitu Da’aimmiha (negara dan pengukuhan ornament-ornamentnya).
- Intisyarud Da’wah Fil Ardhi (menebarkan dakwah kepenjuru dunia).
Mari kita kaji bersama perjuangan Rasulullah dari sudut kesejarahan pada masa awal beliau diutus menjadi rasul, sejak muhammad diutus di gua Hira’ sampai turunnya surat Asy-Syu’ara ayat 214, yang memerintahkan agara Nabi Muhammad menyampaikan dakwah tauhid kepada kerabatnya dengan terang-terangan.
Muhammad Saw. melakukan dakwah secara sembunyi-sembunyi dan lebih banyak melakukan pendekatan pribadi karena ingin menjaga keutuhan dakwah yang baru bertunas ditengah-tengah masyarakat jahiliyah, dan juga untuk menjaga keamanan kaum muslimin yang didominasi orang-orang fakir dan lemah dari teror dan intimidasi kafir quraisy
Pada saat fase ini Rasulullah lebih menitik beratkan pembinaan rutin dirumah Al-Arqam Bin Abu Al-Arqam. Liqo’ atau pertemuan ini jauh dari keramaian dan hiruk pikuk kota makkah sehingga kerahasian dakwah yang dilakukan Rasulullah tetap terjaga, mata-mata kafir quraisy hampir tidak mungkin dapat mengendus keberadaan gerakan ini dan strukturnya karena memang rasulullah pada fase ini sangat amniyah, yakni sangat menjaga kerahasian dan keamanan. Dakwah hanya baru berupa pertemuan atau liqo yang dihadiri secara terbatas pada waktu-waktu tertentu saja hal ini sangat efektif menjaga kemungkinan musuh mengendus dan menciptakan makar untuk menghabis tunas yang baru tumbuh ini.
Fase ini baru berhenti atau mansukh setelah Allah menurunkan surat Asy-Syu’ara : 214 yang memerintahkan nabi untuk melakukan dakwah secara terbuka aatau terang-trangan, dalam ayat yang lain yakni surat Al-Hijr : 94, Allah memerintahkan nabi untuk menyampaikan dengan terang-terang kepada masyarakat quraisy dakwah tauhid, padahal sebelumnya rasulullah diperintahkan agar meninggalkan orang-orang quraisy dengan cara yang baik, Al-Hijr : 85. Ayat 85 tersebut dimansukh-kan, digantikan dengan ayat 94 yang menerangkan kewajiban berdakwah secara terang-terangan dan pada ayat 95 Allah menjamin keberlangsungan dan keamanan dakwah Rasulullah dari makar dan kejahatan kaum quraisy yang suka membuat fitnah.
Dari uraian diatas dapat kita pahami dengan baik bahwa beralih kebijakan dakwah dari satu fase kepada fase yang lain atau selanjut ditentukan melalui kebijakan ijtihad kolektif yang dipimpin imam. Ulasan diatas juga buka sebagai dalil qoth’I gerakan islam dewasa ini harus memulai debutnya dengan dakwah tertutup tapi yang justru harus dilihat adalah mungkin tidaknya gerakan tersebut berdakwah secara terang-terangan atau berdakwah secara terang-terangan pada tataran yangn mungkin dilakukan dan meyembunyikan bagian-bagian tertentu demi kelangsungan benih yang baru tumbuh disemai.
Fase Jahriyatud Dakwah atau dakwah secara terbuka, terang-terangan. Melalaui bimbingan Allah, Rasulullah melakukan dakwah kepada kerabat-kerabatnya dan para sahabatnya terlebih dahulu, karena fase ini dilakukan secara terbuka maka membuat peluang teror, kekerasan dan intimidasi dari pihak quraisy terbuka. Tapi karena adanya jaminan dari Allah yang akan menjaga keberlangsungan dakwah maka Rasulullah pun tak mundur selangkah pun dalam menyampaikan tauhid.
Merupakan Sunnatullah yang mesti terjadi, setan-setan dari kalangan manusia dan jin akan menempatkan posisi mereka sebagai musuh dari dakwah tauhid, sehingga karena begitu beratnya dakwah difase ini dan sebelumnya maka embrio dari dakwah tauhid adalah orang-orang pilihan yang telah terseleksi secara ketat, maka kedudukan mereka pun berbeda dengan generasi selanjutnya. Fase ini berakhir pada tahun kesepuluh setelah kerasulan.
Fase Iqomatud Daulah, mendirikan negara. Pada tahap ini Rasulullah dan kaum muslimin ketika itu dibimbing Allah dengan diizinkan berhijrah dan bahkan selanjutnya diwajibkan berhijrah untuk mendapatkan mahjar, lahan baru yang tepat untuk menegakkan tauhid dan mengamalkannya, hijrah dan tholabun nusyrah, suaka politik diluar makkah ditempuh sebagai langkah awal penegakkan negara. Negara dan agama adalah sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dari sejarah perjalanan dakwah Rasulullah, keduanya ibarat saudara kembar yang mesti ada.
Selain mengirimkan duta-dutanya Rasulullah pun melakukan kaderisasi dari luar makkah, tercatat pada bai’at aqabah yang pertama 12 orang laki-laki dari suku aus dan khazroj dan pada bai’at aqabah yang kedua 73 orang laki-laki dan 2 orang perempuan, setelah bai’at selesai Rasulullah meminta 12 orang perwakilan pemimpin yang mewakili kaumnya dari aus dan khazroj, dari 12 orang inilah nantinya menjadi embrio negara madinah mulai dibangun dan sampai akhirnya Rasulullah hijrah ke madinah.
Dan setelah Rasulullah hijrah ke madinah, selanjutnya pada fae ini ada lima hal paling tidak yang dilakukan Rasulullah dan kaum muslimin saat itu.
- Membangun masjid sebagai markas ibadah dan pembinaan iman.
- Menjalin ukhuwah diantara muhajirun dan anshor, karena begitu kuatnya ikatan diantara mereka sampai Allah menyinggungnya dalam surat Al-Hasyr “wa yu’tsiruna bi amfusihim walau kana bihi khosshoshoh”.
- Melakukan perjanjian kepada seluruh lapisan penduduk madinah dengan mengikrarkan piagam madinah, pada saat itu Rasulullah memprioritaskan permusuhan quraisy terhadap dakwah tauhid.
- Terlibat dalam perdagangan dipasar untuk membangun interaksi sosisal dengan masyarakat madinah dengan secara luas. Pada saat itu beliau juga memberikan perhatian kepada pemulihan ekonomi dan stabilitas keamanan.
- Mempertahankan eksistensi negara madinahdari serangan kaum musyrikin dan munafikin. Fase ini berakhir pada tahun kesepuluh hiriyah.
Fase Ad-Daulah Wa Tastbitu Da’aimiha, penetapan sendi-sendi negara dimulai setelah kaum muslimin memenangi perang khondak, kemudian selanjutnya fathu Makkah dan berakhir pada saat perjanjian hudaibiyah.
Kalau kita cermatin dengan mendalam, dua fase awal dan tiga fase selanjutnya memilki corak dakwah dan kebijakan yang berbeda. Dua fase awal bisa kita sebut dengan fase kenabian karena pengangkat nabi dimulai difase itu kemudian tiga fase selanjutnya bisa kita namakan fase hijrah. Kalau kita merujuk Ilmu Al-Qur’an, fase yang pertama disebut Makki dan yang kedua disebut Madani.
Fase pertama memilki karekteristik pengukuhan inti dakwah Rasulullah yaitu seruan agar beridah hanya kepada Allah semata. Fase ini adalah fase titik tolak fase selanjutnya dan Rasulullah memulainya dengan seruan seluruh para Rasul sebelumnya “wahai kaumku sembahlah Allah saja, kalian tidak memilki Tuhan yang disembah selain Dia saja”. Beliau menyampaikan dan meletakkan kaidah-kaidah pokok secara general pada embrio masyarakat islam ini.
Sedangkan fase hijrah atau madani, embrio tadi disulap dan menetas menjadi masyarakat islam pertama, banguan itupun berhasil dibentuk dan disempurnakan pada fase ini, kaidah-kaidah pokok yang tadinya bersifat general akhirnya dijabarkan difase ini dan berhasil selesai dijabarkan secara menditail.
Fase Intisyarud Dakwah Fil Ardhi, menyebarnya dakwah secara meluas dipenjuru bumi. Tahap ini mapan dengan sempurna setelah wafatnya Rasulullah, dimana kekhilafahan Islam berhasil melumpuhkan dua negara adikuasa saat itu romawi dan persia.
Penutup
Dalam Al-Qur’an Allah menerangkan bahwa pada diri Rasullullah ada suri tauladan yang harus dicontoh bagi orang yang rahmat Allah, begitu juga dalam perjuang penegakkan kalimat Allah kita mesti menapakin jejak-jejak Rasulullah dan menelusuri rekaman-rekaman perjuangan Rasulullah, dalam Al Ahzab : 21.
Kita perlu mengikuti dan menapakin tahap-tahap perjalan hidup Rasulullah dengan tujuan memperjelas titik acuan kita dalam melaksanakan perintah Allah “An Aqimuddin”. Perlu diketahui bahwa Rasulullah ketika menapakin perjalan jihad ini mendapatkan arahan rabbani, sehingga mengikuti perjalan jihad beliau berbentuk ta’abudiyah. Dan langkah beliau itu bukan reaksi spotan ketika mendapatin masalah tetapi beliau berjalan dengan arahan robbani.
Pertempuran antara al-hak dan al-batil dari zaman ke zaman akan diwarisin oleh pewaris masing-masing kubu, pelakunya boleh berubah, senjatanya juga demikian, episode dan lokasi bukan hanya boleh tapi pasti berubah tapi hakikat pertempuran tetap satu, waliyullah versus walisy syaithon, al-hak versus al-bathil, adapun kemenangan dan kesudahan adalah milik wali Allah.
Husna Al-Adilah bintu Sufyan, kenangan belajar siroh dipesantren Ibadurrahman.