JAKARTA (Arrahmah.com) – Beberapa hari lalu, berkumpul sekitar 300 delegasi dari berbagai penjuru negara ASEAN dan China CERT (Computer Emergency and Response Team) untuk menghadiri konferensi tahunan keamanan informasi dan penggulangannya.
Perwakilan dari Negara ASEAN adalah Vietnam, Kamboja, Laos, Filipina, Malaysia, Brunei dan Indonesia, sedangkan perwakilan dari China hampir seluruh pemerintahan daerah/propinsi di wilayah China, ISP, perusahaan keamanan dan akademisi.
Agenda yang paling krusial untuk dibicarakan dalam konferensi kali ini adalah pertumbuhan cybercrime yang semakin meningkat dan jumlah pengguna internet yang semakin menggila. Para peserta sadar bahwa dunia internet seperti menggarami laut, berapa pun bandwidth yang di penetrasi ke pasar habis tanpa sisa, para pengguna internet benar-benar haus informasi dari internet.
Hal yang sangat mencengangkan kali ini adalah pengguna internet China sudah mencapai angka 380 juta user, melebihi jumlah user manapun di dunia ini, jumlah penduduk China sekitar 1,5 miliar, dan pengguna internet ini tumbuh terus seperti gurita, dan pemerintah China sangat concern untuk melindungi rakyat dan generasi muda mereka.
Yang sangat tidak disukai pemerintah China adalah pornografi, mereka mempekerjakan sekitar 30.000 karyawan lepas untuk terus menerus mengupdate database filtering pornografi, situs jejaring Facebook, blogger dan beberapa account lain yang menurut mereka tidak perlu dikonsumsi rakyat China. Dan ini sudah dicoba oleh penulis untuk search berbagai situs yang biasa diakses di Indonesia, semuanya terblok.
Hal lain yang dibicarakan dalam konferensi ini adalah ceremony dan penyusunan CNVD (China Vulnerability Database) yang diwajibkan bagi pemilik situs-situs e-commerce China seperti penerbangan, perbankan, keuangan, pasar saham termasuk layanan pemerintah pusat dan daerah dan lainnya.
Hal ini dibuat sebagai standard keberadaan situs-situs e-commerce tersebut untuk dapat beroperasi dengan baik dan benar, tidak merugikan pelanggan dan dapat tumbuh dengan cepat dan berkesinambungan.
Bagi negara ASEAN, pemerintah China berharap dapat bekerja sama yang baik, saling membantu dan melindungi/proteksi masing-masing negara dari berbagai kejahatan cybercrime, pemerintah China menyadari masukan dari delegasi negara ASEAN bahwa serangan terbesar ke server-server internet berasal dari IP China dan USA.
Pertumbuhan user internet saat ini menggurita, hasil diskusi dengan delegasi negara-negara ASEAN, rata-rata mengatakan dipicu dengan keberadaan device dan handset yang dapat koneksi ke internet, seperti handphone, netbook, game player dan sebagainya, bahkan 1 orang dapat memiliki 2 sampai 5 device yang dapat digunakan untuk koneksi ke internet.
Bahkan pemerintah daerah Hongkong mengguyur dana sampai $HK 140 miliar untuk pengembangan e-learning dan internet content bagi pendidikan dasar dan menengah, anak-anak SD diberikan 1 device/anak sebesar netbook 5 inch untuk dapat koneksi ke internet, tentu saja dengan proteksi yang sangat ketat.
Pemerintah China berpesan bahwa kemajuan suatu negara tidak dapat dilakukan tanpa peran aktif generasi muda untuk membendung arus informasi dalam hal ini keamanan informasi tersebut, baik dari luar maupun ke dalam, kerugian besar pasti terjadi bila tidak ada proteksi dan filtering yang baik, begitu juga dengan peran pemerintah Indonesia diharapkan mampu turut serta untuk mengembangkan dan bekerja sama dengan negara lain dalam hal keamanan informasi dan penanggulangan insiden.
Demikian laporan sekilas pandang dari konferensi internasional Keamanan Informasi dan Penggulangannya di Changsha, China, sekitar 90 menit penerbangan dari Hongkong. Changsha (Hanzi sederhana) merupakan ibukota Hunan, sebuah provinsi di selatan tengah Republik Rakyat Cina, terletak di hilir sungai Xiangjiang, sebuah cabang dari Sungai Yangtze. (dtk/arrahmah.com)