SURIAH (Arrahmah.com) – Di Suriah, perjuangan bisa dilakukan dalam bentuk apa saja, baik berjihad dengan senjata, membuat spanduk atau banner untuk demonstrasi anti-rezim atau merilis laporan untuk dipublikasikan di media.
Salah satu kota yang rutin melakukan demonstrasi anti-rezim adalah Qusayr, setiap hari Jum’at rakyat Muslim Suriah melakukan aksi protes menentang Bashar Assad, sehingga setiap hari Kamis-nya, sekelompok pemuda Suriah berkumpul untuk membuat karya, melukis banner yang akan digunakan untuk menghina Bashar Assad dan slogan-slogan anti-rezim lainnya.
Mazir dan kawan-kawannya adalah “seniman demo” yang kegiatannya membuat spanduk yang bergambar atau bertuliskan slogan-slogan anti-Assad. Mazir akan menghabiskan malam, sehari sebelum demo, untuk membuat spanduk yang akan dibawa pada saat protes.
Setelah karya mereka selesai, pada hari aksi demo mereka akan memberikannya kepada para demonstran lainnya yang berbaris di sepanjang jalan di kota itu dan sekitarnya, sejak revolusi dimulai di negara itu.
“Setiap desain, setiap slogan adalah untuk mengejek Bashar. Untuk mencela dia sebagai pembohong, pembunuh, dan sebagai orang yang sombong. Kami ingin rakyat yang turun ke jalan-jalan untuk menuntut kebebasan,” kata Mazir, dikutip Egypt Independent.
“Senjata kami adalah kreativitas kami,” kata Ayman, seorang mantan mahasiswa arsitek. “Dalam revolusi ini, setiap orang memiliki peran. Sebagian berperang, sebagian lainnya menggambar.”
Bagi mereka, segera mati atau tidaknya Assad bukan masalah, yang terpenting adalah Assad turun dari kekuasannya dan membiarkan rakyat Suriah hidup dengan damai dan tenteram.
Mereka rela lembur demi membuat karya untuk memojokkan dan meledek Assad, sambil tertawa dan bercanda, seakan tidak terpikir akan acaman yang akan mereka hadapi pada saat berdemo. Dukungan mereka untuk menentang rezim Assad telah menarik perhatian dan juga ancaman. Sebab, setiap kali demonstrasi terjadi, saat itu pula pasukan rezim akan membalas dengan bom-bom dan tembakan peluru.
“Suatu malam,” Mazir bercerita, “polisi rahasia menyerbu rumah saya dan membawa ayah saya. Mereka menahannya selama 10 hari dan menyiksanya. Semua itu terjadi karena seorang tetangga menceritakan kepada mereka tentang saya,” bahwa Mazir adalah seorang aktivis demo yang sering membuat spanduk anti-Assad.
“Tetapi Saya tidak takut. Jika Saya mati, ketahuilah bahwa Saya telah membantu menggulingkan rezim ini,” tambahnya.
Meski demikian, mereka sadar bahwa karya seni dalam aksi demo hanyalah berperan sedikit dalam upaya menggulingkan Bashar Assad.
“Saya senang melukis, dan membantu teman-teman saya mengorganisir demonstrasi, tetapi Saya sepenuhnya sadar bahwa bukanlah karikatur yang akan menghakhiri rezim Bashar,” kata Ibrahim, yang memebelot dari tentara rezim untuk bergabung dengan ‘pemberontak’ Suriah. Tetapi, “adalah senjata,” lanjut Ibrahim, yang akan menggulingkan rezim Assad.
“Kami hanya bisa memerangi kekerasan dengan kekerasan. Dan sekarang, mereka sendiri yang takut,” tambahnya.
Qusayr, dahulunya berpenduduk sekitar 50.000 orang, tetapi sekarang populasinya berkurang menjadi sekitar 10.000 karena banyak keluarga yang telah melarikan diri atau terbunuh akibat pemboman rutin yang dilakukan oleh tentara rezim. (siraaj/arrahmah.com)