SARAJEVO (Arrahmah.id) — Ribuan orang menggelar pawai perdamaian yang digelar melalui hutan di Bosnia timur. Pawai ini mengenang pembantaian Srebrenica tahun 1995, satu-satunya genosida yang diakui Eropa sejak Perang Dunia II.
Pawai tahunan sepanjang 100 kilometer yang diadakan pada hari Sabtu menelusuri kembali rute yang diambil oleh ribuan pria dan anak laki-laki dari kelompok etnis Bosniak.
Sebagian besar peserta pawai adalah Muslim, yang dibantai ketika mereka mencoba melarikan diri dari Srebrenica setelah ditangkap oleh orang Serbia Bosnia.
Pawai tersebut merupakan bagian dari beberapa peristiwa sebelum tanggal untuk memperingati pembantaian pada 11 Juli. Hampir 4.000 orang bergabung dalam pawai tahun ini, menurut penyelenggara.
Peristiwa itu terjadi ketika ketegangan etnis di Bosnia terus berlanjut, dengan orang-orang Serbia Bosnia secara terbuka menyerukan pemisahan.
“Saya datang ke sini untuk mengingat saudara laki-laki saya dan teman-teman saya, kawan perang, yang tewas di sini,” kata Resid Dervisevic, salah satu peserta pawai, seperti dikutip dari Toronto Star (9/7/2023).
“Saya percaya itu adalah kewajiban saya, kewajiban kita untuk melakukan ini, untuk memelihara dan menjaga (ingatan kita).”
Osman Salkic, penyintas Srebrenica lainnya juga turut mengenang peristiwa tragis itu.
“Perasaan campur aduk ketika Anda datang ke sini, ke tempat ini, ketika Anda tahu bagaimana orang terbaring (mati) di sini pada tahun 1995 dan seperti apa situasinya hari ini,” katanya.
Konflik Bosnia meletus pada 1992 setelah bekas Yugoslavia pecah. Saat itu suku Serbia Bosnia melancarkan pemberontakan dan perampasan tanah untuk membentuk negara mereka sendiri dan bergabung dengan Serbia.
Lebih dari 100.000 orang tewas sebelum konflik berakhir pada 1995. Pada Juli 1995, lebih dari 8.000 laki-laki Bosniak dipisahkan oleh tentara Serbia dari istri, ibu dan saudara perempuan. Mereka dikejar melalui hutan di sekitar Srebrenica dan dibunuh.
Tentara Serbia Bosnia membuang mayat korban di banyak kuburan massal yang tersebar di sekitar kota timur dalam upaya untuk menyembunyikan bukti kejahatan tersebut.
Pengadilan kejahatan perang PBB di Den Haag, Belanda, telah menghukum seumur hidup pemimpin politik Serbia Bosnia Radovan Karadzic dan mantan komandan militer Ratko Mladic karena mendalangi genosida.
Sejauh ini, sisa-sisa lebih dari 6.600 orang telah ditemukan dan dikuburkan di pemakaman peringatan yang luas dan terus berkembang di luar Srebrenica.
Jenazah 30 korban lagi akan dimakamkan di sana pada Selasa karena sisa-sisa korban yang baru diidentifikasi terus digali dari kuburan massal. Para korban dimakamkan kembali setiap tahun pada 11 Juli, hari dimulainya pembunuhan pada 1995. (hanoum/arrahmah.id)