IDLIB (Arrahmah.id) — Ribuan warga Suriah turun ke jalan pada Jumat (15/3/2024) untuk memperingati 13 tahun dimulainya revolusi di negara tersebut. Unjuk rasa terjadi di wilayah Idlib yang dikuasai kelompok perlawanan Suriah Hai’ah Tahrir asy syam (HTS).
Dilansir AFP (16/3/2024), demonstran yang memadati jalanan kota Idlib meneriakkan slogan yang menuntut turunnya Presiden Bashar al-Assad dan pemimpin HTS, Abu Muhammed al Jaulani.
Dalam beberapa pekan terakhir, ratusan warga di wilayah yang dikuasai HTS juga melakukan unjuk rasa memprotes kepemimpinan Jaulani yang menguasai Idlib.
Protes dipicu atas tewasnya seorang pria dalam tahanan HTS.
“Revolusi kami adalah melawan semua orang, baik itu Bashar al Assad atau Jaulani,” ujar Mohammed Harnoush, salah seorang peserta aksi di alun-alun utama kota Idlib.
Unjuk rasa serupa juga terjadi di kota Sweida yang dikuasai pemerintah di bagian selatan Suriah.
Rekaman yang dirilis outlet media Suwayda24 memperlihatkan ratusan orang turun ke jalan.
Wilayah Sweida yang merupakan jantung komunitas minoritas Druze Suriah sebagian besar terhindar dari perang. Namun, sejak 2020, protes sporadis menentang memburuknya kondisi ekonomi kerap terjadi di sana.
Gelombang protes terbaru dimulai setelah pemerintah memangkas subsidi bahan bakar pada Agustus lalu.
Dalam pernyataan bersama, Inggris, Prancis, Jerman dan Amerika Serikat menegaskan bahwa protes di Sweida perlu ditindaklanjuti dengan perdamaian dan kebebasan.
Konflik berkepanjangan di Suriah telah menimbulkan dampak kemanusiaan yang semakin memburuk, dengan 7,2 juta orang mengungsi di dalam negeri dan jutaan lainnya melarikan diri ke luar negeri.
Pada 2024, diperkirakan 16,7 juta warga Suriah dan hampir 7,5 juta anak-anak akan membutuhkan bantuan kemanusiaan.
Kondisi ekonomi yang memburuk akibat perang juga menyebabkan sekitar 90 persen penduduk Suriah kini hidup di bawah garis kemiskinan, dilansir dari The New Arab. (hanoum/arrahmah.id)