TEHERAN (Arrahmah.com) – Jaringan pompa bensin di seluruh Iran tidak berfungsi pada Selasa (26/10/2021), dilaporkan karena serangan siber besar-besaran, menurut sumber media Iran dan Ibrani.
Belum jelas rinciannya, namun spekulasi menyebutkan serangan berasal dari Amerika Serikat, “Israel”, atau berbagai kelompok anti-rezim lokal Iran,
Menurut laporan, pesan yang diungah di beberapa sistem yang diretas ditujukan kepada Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei secara langsung, menuntut untuk mengetahui ‘di mana gasnya’, merujuk pada protes nasional karena kelangkaan gas pada musim gugur tahun 2019, mengutip The Jerusalem Post (26/10).
Pekan lalu, Iran disebut melakukan serangan kompleks dan terkoordinasi terhadap pasukan Amerika Serikat di Suriah, menggunakan hingga lima drone bersenjata untuk menyerang garnisun Tanf, titik strategis utama di dekat perbatasan Yordania dan Irak.
Serangan itu adalah yang terbaru dari serangkaian serangan pesawat tak berawak semacam itu terhadap pasukan Amerika Serikat.
Dalam konferensi pers pada Hari Senin, Utusan Washington untuk Iran Rob Malley merujuk pada potensi tindakan Amerika Serikat yang akan datang untuk mencegah agresi Iran di kawasan itu, sementara menolak untuk mengisyaratkan tindakan apa yang mungkin dilakukan.
Washington dianggap sebagai kekuatan siber ofensif terbesar di dunia sejauh ini tetapi sering ragu-ragu untuk menggunakan kemampuan siber ofensifnya terhadap kelompok selain ISIS, karena khawatir akan serangan siber.
Di bawah pemerintahan Donald Trump, AS memang meretas operasi-operasi berbasis laut intelijen Iran tertentu untuk membuat Republik Islam mundur dari menyerang sekutu Amerika di laut.
Sementara, Pemerintahan Presiden Biden belum melakukannya hingga saat ini, karena telah berfokus pada membangun niat baik untuk saling kembali ke kesepakatan nuklir Iran 2015.
Sebelumnya, “Israel” dilaporkan meretas pelabuhan Shahid Rajaee Iran pada 9 Mei 2020, sebagai serangan balasan atas upaya serangan dunia maya Iran terhadap pasokan air “Israel” bulan sebelumnya.
Iran juga menuduh Mossad, AS dan berbagai badan intelijen Eropa menggunakan virus STUXNET untuk meretas fasilitas nuklir Natanz pada 2009-2010.
“Ada kemungkinan besar peretas merupakan negara atau bangsa, untuk mencapai peretasan yang luas,” sebut mantan pejabat siber Shin Bet (Badan Keamanan Israel) Harel Menashri mengatakan kepada radio KAN pada Selasa.
Namun, beberapa bulan terakhir juga terlihat peretas amatir menyebabkan masalah besar bagi Amerika Serikat dan kekuatan Eropa dengan ransomware canggih dan serangan lainnya, dengan kepemimpinan Khamenei memiliki banyak musuh lokal dari banyak minoritas Iran.
Pada Agustus, Check Point Software Technologies mengeluarkan laporan yang menyatakan, kelompok pembangkang Iran bernama Indra mengeksekusi mega hack pada sistem kereta Iran pada 9 Juli, bukan “Israel”. (hanoum/arrahmah.com)